Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#840

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(840)
Mataram.

Pasukan dari Senopati Widarba masih menghujani anak panah ke arah pasukan Madiun yang menghadap ke arah mereka. Cara itu cukup berhasil untuk menghentikan pasukan Madiun yang mendesak pasukan Mataram.
Pasukan Mataram segera berloncatan ke punggung kuda secara acak. Yang mereka tunggangi belum tentu yang ia tunggangi ketika berangkat. Beruntung para prajurit yang bersama Senopati Widarba telah mengendurkan tali pengikat kuda di pagar jalan.
Terdengar sorak sorai kemenangan dari dari pasukan Madiun yang berhasil memukul mundur, bahkan mengusir pasukan Mataram. Bahkan ada yang berteriak-teriak seperti menghalau burung emprit di sawah.
Namun demikian, mereka belum sepenuhnya puas karena sebagian besar dari pasukan Mataram berhasil melarikan diri. Walau demikian sudah cukup membanggakan karena berhasil balas dendam atas gugurnya kawan- kawan mereka di kali Opak.
Berbarengan dengan itu, pasukan berkuda dari Mataram telah berbalik meninggalkan medan pertempuran. Mereka segera memacu kuda-kuda mereka.
Namun demikian masih ada beberapa kuda yang tertambat di pagar pinggir jalan. Namun pasukan Mataram tidak menghiraukan kuda-kuda itu. Yang mereka pikirkan adalah untuk segera meninggalkan kotaraja Madiun.
Penumpang dari kuda-kuda yang tertinggal itu pasti terluka atau tertawan atau bahkan gugur di peperangan. Nanti pasti akan diketahui oleh para senopati atau lurah prajurit di masing-masing bregada.
Pasukan berkuda itu segera memacu kuda-kuda mereka dengan tidak teratur. Tidak masing-masing bregada seperti ketika berangkat. Walau demikian yang di depan kemudian sedikit mengekang kuda-kuda mereka agar tidak terlalu jauh dengan yang dibelakang. Mereka tahu bahwa ada beberapa kawannya yang terluka namun masih bisa meloncat ke punggung kuda.
Mereka akan beristirahat setelah jauh dari kemungkinan terkejar oleh para prajurit Madiun.
“Nanti kita berhenti di Sanggung, di sana ada sungai kecil yang jernih airnya dan pasti sudah aman dari pantauan prajurit Pajang…..!” Berkata Ki Dhandang Wisesa.
“Baik Paman….., nanti bisa kita ketahui siapa saja yang tidak sempat menyelamatkan diri bersama kita…..!” Jawab Raden Gagak Baning.

Senopati Retna Dumilah walau telah berhasil mengusir pasukan Mataram, namun merasa belum puas. Ia ingin melumpuhkan Raden Gagak Baning yang bisa menjadi tawanan di Madiun. Namun pertempuran memang terlalu singkat ketika kemudian pasukan Mataram melarikan diri. Sesungguhnya ia mengetahui bahwa pasukan Mataram memang tangguh. Namun pasukan Madiun memang jauh lebih banyak. Seandainya kemampuan para prajurit seimbang, tentu sudah banyak jatuh korban. Namun kuda-kuda yang tertinggal dan masih tertambat di pagar jalan hanya sekitar sepuluh ekor. Kira-kira sejumlah itulah korban dari para prajurit Mataram.
Sedangkan para prajurit Madiun juga ada beberapa yang terluka, bahkan ada yang terluka berat karena sabetan pedang atau tusukan tombak.
Para prajurit Madiun masih bersuka ria karena berhasil mengalahkan pasukan Mataram. Bahkan banyak dari prajurit Madiun yang belum sempat berhadapan dengan lawan karena mereka berada di barisan belakang pasukannya.
“Sayang aku belum sempat memberi minum pedang pusaka-ku ini dengan darah orang Mataram…..!” Seloroh salah seorang prajurit Madiun.
“Bagaimana jika sebaliknya…..?” Ledek kawannya yang tahu bahwa prajurit tersebut tidaklah berilmu tinggi.
“Akan aku buktikan, jika suatu saat pasukan kita menyerbu ke Mataram, aku akan berada di paling depan….!” Dalih prajurit itu tak mau kalah.
“Baiklah….., nanti aku usulkan kau menjadi salah seorang senopati…..!” Canda kawannya yang lain.
“Ha ha ha ha….., jadi lurah prajurit saja mustahil kok mau jadi senopati…..!” Ledek yang lain.
Prajurit itu pun ikut tertawa karena tahu bahwa mereka memang senang bercanda.
Hampir seluruh prajurit gabungan dari Madiun bersuka ria, namun ada yang bersedih pula karena beberapa prajurit mengalami luka, bahkan ada yang terluka parah.
…………..
Bersambung……….

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *