Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(844)
Mataram.
Seperti yang telah direncanakan, Raden Gagak Baning telah pergi ke Pati.
Adipati Pragola Pati juga sudah mendengar khabar bahwa pasukan Mataram gagal menembus pertahanan Madiun. Bahkan pasukan Mataram telah tinggal glanggang colong playu – meninggalkan medan laga.
“Bagaimana hal itu bisa terjadi, Dimas Gagak Baning…..?” Bertanya Adipati Pragola Pati setelah saling berkabar keselamatan.
“Kesalahan kami, Kangmas. Kami tidak melibatkan prajurit sandi untuk mengetahui kekuatan musuh. Ternyata saat itu para adipati dari bang wetan dan para pengawalnya masih berada di Madiun. Kehadiran mereka sungguh di luar perhitungan kami. Jumlah prajurit di pasukan Madiun menjadi tiga kali lebih banyak dari prajurit Mataram…..!” Berkata Raden Gagak Baning.
“Itulah pentingnya prajurit sandi yang sering diabaikan…..!” Jawab Adipati Pragola Pati.
“Benar Kangmas…..! Pesan dari Kangmas Panembahan hal tersebut jangan sampai terulang lagi. Sebaliknya gerakan pasukan Mataram sekarang ini jangan sampai terendus oleh prajurit sandi dari Madiun…..!” Berkata Raden Gagak Baning.
“Baiklah…..! Pati akan mengirim para prajurit pilihan. Aku sendiri yang akan memimpin…..!” Berkata Adipati Pragola Pati.
“Sebelum bulan purnama, seluruh pasukan pendukung diharapkan sudah sampai di sekitar Madiun…..!” Lanjut Raden Gagak Baning.
“Baik……! Kami akan langsung ke Madiun lewat jalur utara. Kami pun tidak akan berpakaian prajurit. Nanti tidak akan ada yang mengira bahwa kami akan maju ke medan laga….!” Berkata Adipati Pragola Pati.
“Cara yang tepat sekali…..! Nanti akan saya sampaikan kepada Kangmas Panembahan…..!” Berkata Raden Gagak Baning.
“Kira-kira berapa bregada yang akan berangkat, Kangmas…..?” Bertanya Raden Gagak Baning.
“Satu bregada prajurit pilihan dari Pati….!” Janji Adipati Pragola Pati.
“Baiklah…..! Nanti akan saling berkhabar lewat para prajurit sandi…..!” Lanjut Raden Gagak Baning.
Sementara itu, Ki Dhandhang Wisesa telah menghadap Sultan Benawa di Pajang. Yang datang ke Pajang untuk bertemu dengan Sultan Benawa sengaja bukan Panembahan Senopati sendiri. Karena jika Panembahan Senopati sendiri yang ke Pajang pasti akan mudah dikenali oleh siapapun, termasuk para prajurit sandi.
“Kanjeng Panembahan Senopati titip salam persaudaraan, Kanjeng Sultan…..!” Berkata Ki Dhandhang Wisesa setelah saling berkhabar keselamatan.
“Tentu persaudaraan Kangmas Panembahan Senopati tak akan pernah lekang……!” Jawab Sultan Benawa.
Ki Dhandhang Wisesa kemudian mengatakan rencana Mataram terhadap Madiun. Mataram harus megakkan wibawa setelah pasukan berkuda terusir dari medan laga.
Sultan Benawa juga sudah mendengar peristiwa tersebut sebelumnya.
“Tentu kami dari Pajang ini tidak akan berhadapan langsung dengan Paman Rangga Jumena yang aku hormati. Namun wibawa Mataram memang harus ditegakkan. Oleh karena itu, kami akan mengirim pasukan ‘baris pendem’ yang tidak akan diketahui asalnya. Namun pasukan itu terdiri dari para prajurit pilihan…..!” Berkata Sultan Benawa.
“Terimakasih Kanjeng Sultan, pasukan itu sudah harus sampai di Madiun sebelum bulan purnama…..!” Lanjut Ki Dhandhang Wisesa.
“Baiklah, nanti akan aku atur…..!” Jawab Sultan Benawa.
Setelah dianggap cukup, Ki Dhandhang Wisesa kemudian minta diri.
Dalam pada itu, Panembahan Senopati seorang diri telah datang di barak prajurit di Jatinom.
Senopati barak prajurit Jatinom menerima dengan ramah. Senopati barak prajurit itu juga sudah mendengar apa yang terjadi di Madiun.
Setelah saling berkhabar keselamatan, Panembahan Senopati kemudian mengatakan rencananya terhadap Madiun. Lebih dari itu, Panembahan Senopati meminta keterlibatan pasukan di barak prajurit itu untuk ikut melawat ke Madiun.
“Akan kami kirim pasukan berkuda yang tangguh dari barak ini, Panembahan…..!” Berkata Senopati itu.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.