Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(848)
Mataram.
Namun orang tua dari muridnya yang lebih tua dan yang juga orang tua dari Senopati barak prajurit di Jatinom itu sudah lama tiada. Demikian pula sang ibu sehingga rumah pendapa yang ditinggali itu kini kosong.
Waktu bagi ketiga orang itu untuk sampai di Madiun masih cukup longgar. Mereka sengaja lewat jalur selatan yang tidak banyak melewati pemukiman yang ramai. Mereka memang tidak ingin langsung ke Madiun, tetapi akan ke Majapahit terlebih dahulu. Hal itu juga sudah disampaikan kepada Senopati barak prajurit di Jatinom.
Perjalanan mereka bagai bertamasya saja.
Selang beberapa hari kemudian, pasukan dari Pati juga sudah berangkat. Namun pasukan itu berangkat tidak bersama-sama namun bergelombang. Setiap keberangkatan antara enam atau tujuh prajurit. Dengan demikian tidak akan yang mengira bahwa mereka adalah para prajurit pilihan yang akan maju ke medan laga. Waktu bagi mereka pun masih cukup longgar untuk sampai di luar kotaraja Madiun. Demikian pula pasukan yang dipimpin oleh Senopati Wirasekti dari Pajang juga akan seperti yang dilakukan oleh para prajurit dari Pati. Namun mereka akan berangkat belakangan.
Sementara itu di Madiun, Senopati Retna Dumilah benar-benar dengan sungguh-sungguh menggembleng diri. Keinginannya untuk mengalahkan Panembahan Senopati begitu tinggi dan untuk menaklukkan Mataram begitu besar. Impiannya untuk menjadi seperti Dyah Ayu Kencana Wungu di Majapahit tak terbendung.
“Aku harus bisa…..!” Batin Senopati Retna Dumilah kepada dirinya sendiri.
Pada suatu kesempatan, Senopati Retna Dumilah mencoba mantram batin kepada seorang senopati yang masih muda. Namun sesungguhnya ia sama sekali tidak ada rasa untuk menjadi pendamping dari senopati itu. Ia hanya ingin menguji apakah ilmunya bisa mengenai sasaran.
“Boleh…., kau boleh mencoba kepada siapapun. Namun jika telah berhasil dan kau tidak berminat. Kau bisa menarik kembali mantram itu…..!” Berkata sang guru yang sudah lanjut usia itu.
Benar juga, Senopati Retna Dumilah telah membatin mantram yang ditujukan kepada seorang senopati muda yang tampan dan gagah.
Di keesokan harinya, ketika matahari belum sepenggalah, senopati itu telah datang ke kaputren tempat tinggal Senopati Retna Dumilah.
Senopati Retna Dumilah menerima dengan sewajarnya, seakan ia tidak tahu mengapa senopati itu datang ke paputren.
“Ada keperluan yang mendadak-kah sehingga senopati datang sepagi ini…..?” Bertanya Senopati Retna Dumilah.
“Eeh….., eeh…., anu…., anu Sang Senopati…..! Anu…., apakah ada rencana penyerbuan ke Mataram dalam waktu dekat…..?” Jawab senopati muda itu terbata-bata sekenanya. Sebab ia sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba tertarik kepada Senopati Retna Dumilah dan kepingin segera bertemu.
“Mungkin dua atau tiga bulan lagi…..!” Jawab Senopati Retna Dumilah sekenanya. Karena ia yakin kedatangan senopati muda itu karena mantram pengasihan yang ia lontarkan secara batin. Namun sesungguhnya ia tak berniat sama sekali untuk menjalin hubungan dengan senopati itu.
Sebenarnya ia kasihan juga kepada senopati muda itu yang ia jadikan kelinci percobaan. Namun demikian, ia gembira karena percobaannya telah berhasil. Dan jika ia mempertajam mantram itu sekarang juga, senopati muda itu pasti akan menuruti apa yang ia kehendaki. Namun Senopati Retna Dumilah kemudian justru menarik kembali mantram itu dengan batinnya pula. Ia tidak tega karena senopati muda yang tampan dan gagah itu seperti orang linglung.
“Kembalilah……! Jika ada perkembangan, kau akan aku panggil…..!” Berkata Senopati Retna Dumilah yang telah menarik kembali mantram batin yang telah ia lontarkan.
Senopati muda itu tidak segera menjawab karena merasa pusing yang tidak ia ketahui sebabnya.
Senopati Retna Dumilah melihat bahwa senopati muda itu tampak pucat. Ia kemudian meminta seorang pelayan untuk memberikan minuman hangat kepada senopati muda itu.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…