Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#851

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(851)
Mataram.

Matahari belum tenggelam ketika sebuah pasukan berkuda yang besar sedang meninggalkan alun-alun Mataram. Pasukan yang dilengkapi dengan segala perlengkapan kebesaran sebuah pasukan. Rontek dan umbul-umbul berkibar menambah gagahnya pasukan itu. Mereka tidak khawatir jika diketahui oleh para prajurit sandi dari mana pun. Namun dengan sengaja biar diketahui oleh siapapun. Karena prajurit sandi terutama dari Madiun tidak akan sempat mengabarkan ke kotaraja Madiun. Dan jika sempat maka kedatangannya sampai di Madiun tak akan berselang lama dengan pasukan itu. Dan Madiun pasti tidak akan sempat mengabarkan kepada kadipaten-kadipaten di sekitar Madiun.
Senopati Widarba di barisan paling depan dari pasukan berkuda yang besar itu. Namun Panembahan Senopati sendiri yang sebagai senopati agung pasukan yang besar itu yang berkuda di barisan paling belakang. Panembahan Senopati didampingi oleh Ki Ageng Giring seorang yang telah lebih dari separuh baya yang seangkatan dengan Ki Ageng Pemanahan – ayah kandung dari Panembahan Senopati. Ki Ageng Giring merasa ikut bertanggungjawab atas kewibawaan Mataram. Mataram yang sedang mekar bertumbuh itu tak boleh direndahkan oleh kadipaten mana pun.
Kuda-kuda yang teji tinggi besar berderap kencang ke arah timur. Di harapkan sebelum matahari muncul di ufuk timur pasukan itu telah sampai di luar kotaraja Madiun.
Sementara itu, sebelumnya telah pergi terlebih dahulu prajurit penghubung yang pergi ke barak prajurit di Jatinom.
Prajurit itu mengabarkan bahwa pasukan Mataram akan berangkat sore sebelum matahari terbenam. Yang diharapkan sebelum matahari terbit telah sampai di luar kotaraja Madiun.
“Baik…., terimakasih prajurit…..! Kami akan bersiap-siap. Akan kami tunggu di sekitar Karangwuni…..!” Berkata Senopati itu.
“Terimakasih….., akan kami kabarkan kepada Kanjeng Panembahan Senopati…..!” Jawab prajurit itu..
Sepasukan prajurit yang terdiri dari sepuluh bregada prajurit berkuda segera berderap meninggalkan Jatinom. Pasukan prajurit yang setiap harinya diisi dengan berlatih dan berlatih itu menjadi sepasukan prajurit yang tangguh tanggon. Sepasukan prajurit yang disegani oleh kawan maupun lawan. Sang Senopati adalah seorang yang berilmu tinggi pula. Ia adalah kakak dari murid orang bercambuk yang lebih tua.
Kini pasukan itu telah tiba di Karangwuni lebih dahulu dari pasukan Mataram. Mereka menunggu di tepi jalan yang tanahnya lapang dan sedikit jauh dari pemukiman warga.
Kedua pasukan berkuda yang kuat itu akan bergabung bersama-sama menuju ke Madiun.
Tak berapa lama mereka menunggu ketika kemudian terdengar derap kaki kuda dari arah barat. Mereka yakin yang datang adalah pasukan berkuda dari Mataram.
Benar, yang sepasukan prajurit berkuda telah terlihat. Senopati Widarba yang gagah tinggi besar dengan kumis tebal melintang di atas bibirnya berkuda di paling depan.
Senopati dari barak prajurit di Jatinom telah mengenal dengan baik senopati dari Mataram itu.
Pasukan dari Mataram berhenti sejenak di tanah lapang yang tak jauh dari sebuah sungai kecil yang airnya jernih.
Mereka berkesempatan untuk memberi minum kuda-kuda mereka sebelum menempuh perjalanan jauh. Bahkan kuda-kuda itu juga diberi masing-masing lima butir telur bebek untuk menambah daya tahan kuda-kuda itu.
“Apakah pasukan dari Jatinom telah lama menunggu di sini, Senopati…..?” Bertanya Senopati Widarba yang telah meloncat turun.
“Kami baru saja tiba, Kakang Widarba, namun sudah cukup beristirahat…..!” Berkata Senopati dari barak prajurit Jatinom.
Beberapa saat kemudian Panembahan Senopati dan Ki Ageng Giring juga telah tiba.
Mereka kemudian berbincang beberapa saat untuk mematangkan rencana penyerbuan ke Madiun.
Pasukan dari Jatinom itu akan menyambung di belakang pasukan Mataram.
Matahari hampir tenggelam, namun pasukan gabungan dari Mataram dan dari Jatinom itu tetap akan melanjutkan perjalanan. Di harapankan sebelum matahari terbit di ufuk timur, pasukan berkuda yang semakin panjang itu telah tiba di luar kotaraja Madiun.
…………..
Bersambung……….

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *