Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(859)
Mataram.
Guru orang bercambuk itu juga pernah mendengar seseorang yang bersenjata tongkat perak yang berujung tanduk rusa. “Dia pasti saudara seperguruan dari Kanjeng Adipati Rangga Jumena.” Batin Guru orang bercambuk dari atas dahan pohon beringin di tepi alun-alun.
Ia melihat tongkat perak berujung tanduk rusa itu dengan cepat melibas Ki Ageng Giring. Namun Ki Ageng Giring dengan tenang melayani dengan tongkat kayu yang dicabut dari pinggir jalan. Namun setiap kali kedua senjata aneh itu beradu seperti beradunya dua batang besi baja, terdengar ‘kemenclang.”
Para prajurit yang sempat melirik perkelahian dua orang yang telah lewat setengah baya itu pun heran dibuatnya. Namun mereka tidak sempat memperhatikan dengan sungguh-sungguh karena terikat dengan lawan masing-masing.
Sejenak kemudian, Guru orang bercambuk tersebut tertegun ketika menyaksikan kedua orang muridnya telah mendapat lawan masing-masing. Ia harus bersiaga untuk membantu jika salah seorang atau kedua orang muridnya itu mengalami kesulitan.
“Siapa-kah lawan mereka itu….?” Batin Guru orang bercambuk itu.
Namun Guru orang bercambuk itu sedikit tenang, karena lawan muridnya yang tambun tidaklah terlalu berbahaya. Sepertinya ia berhadapan dengan salah seorang senopati andalan dari pasukan Madiun. Seorang senopati dengan senjata trisula – tombak bermata tiga. Guru orang bercambuk tidak terkejut ketika melihat muridnya yang tambun itu telah mengurai cambuknya. Akan berbahaya bagi diri muridnya jika melawan tanpa senjata. Walau ia telah membekali dengan ilmu kebal, namun jika lawannya berilmu tinggi tentu akan bisa menembus ilmu kebalnya.
Hampir semua prajurit terkejut ketika mendengar ledakan bunyi cambuk di tengah arena pertempuran di tengah alun-alun itu.
“Jangan sepelekan aku dengan senjata gembala kambing itu…..!” Geram senopati Madiun.
“Ayo kita buktikan dalam perkelahian ini…..!” Jawab murid orang bercambuk yang bertubuh tambun. Yang tiba-tiba telah meledakkan kembali juntai cambuknya tepat di muka lawannya. Lawannya pun terkejut dan meloncat mundur menghindari ujung juntai cambuk yang berujung besi runcing.
Namun ia percaya diri dengan ujung trisula akan mampu mengait cambuk lawannya.
Kedua orang itu segera terlibat perkelahian dengan senjata masing-masing yang berbeda watak.
Senopati Madiun itu merasa beruntung dengan senjata trisula karena akan bisa mengait senjata lawan yang bersenjata cambuk.
Guru orang bercambuk itu terpana ketika melihat lawan dari muridnya yang pertama bersenjatakan sabuk kulit yang panjang. Senjata sederhana itu tentu sangat berbahaya di tangan orang yang berilmu tinggi. Senjata lentur namun bisa menjadi seperti lempengan baja.
“Bukankah itu Ki Tumpak…..!” Batin dari Guru orang bercambuk. Ia telah mengenal orang itu, sejak dahulu sudah bersenjatakan sabuk kulit. “Sekarang pasti ia telah matang ilmunya dengan senjata itu….!” Batin Guru orang bercambuk. Ia berharap muridnya yang pertama itu akan mampu mengimbangi lawannya. Ia tahu bahwa muridnya yang pertama itu telah jauh lebih matang dari muridnya yang kedua yang bertubuh tambun. Namun ia juga harus siaga untuk turun gelanggang jika membahayakan muridnya. Namun demikian, ia juga harus siap membantu jika ada salah seorang senopati Mataram yang lain mengalami kesulitan. Namun sepertinya pasukan Mataram dalam keseluruhan tidak mengalami kesulitan walau jumlahnya lebih sedikit.
Ia tersenyum ketika melihat muridnya yang pertama itu melawan dengan cambuk yang terbalik. Juntai cambuknya justru dipegang dengan tangan kiri. Sedangkan ujung tangkai digenggam dengan tangan kanan dan pangkal tangkai yang tumpul teracung.
“Apakah kau juga salah seorang murid orang bercambuk….?” Bertanya orang yang bersenjatakan sabuk kulit itu.
“Yaaa….., aku salah seorang muridnya yang masih harus belajar banyak….!” Jawab murid orang bercambuk itu merendah.
“Di mana gurumu yang sepantasnya menjadi lawanku, bukan kau…..!” Berkata orang yang bersenjata sabuk kulit itu.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…