Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(861)
Mataram.
Kedua orang senopati dari Madiun itu sedikit ragu dan tak segera meninggalkan Kanjeng Adipati Rangga Jumena. Mereka bimbang karena Kanjeng Adipati harus menghadapi dua orang senopati dari Mataram. Namun Kanjeng Adipati Rangga Jumena kembali mendesaknya.
“Cepat sebelum pasukan lawan merangsek. Dan panggil pasukan cadangan…..!” Perintah Kanjeng Adipati Rangga Jumena.
Kedua orang senopati itu segera tanggap dan berlari ke arah pasukan Madiun yang terdesak mundur.
Salah seorang dari keduanya berlari ke balik pagar alun-alun untuk memanggil pasukan cadangan. Sedangkan yang seorang membantu seorang senopati Madiun yang terdesak oleh senopati dari barak pasukan di Jatinom. Senopati yang terdesak itu hampir saja kena tebas pedang lawan jika bantuan tidak datang pada saat. Dan kini senopati dari barak prajurit di Jatinom harus menghadapi dua orang senopati Madiun.
Dalam pada itu, Kanjeng Adipati Rangga Jumena telah berhadapan dengan Senopati Widarba yang didampingi oleh seorang senopati. Senopati Widarba tahu bahwa Kanjeng Adipati Rangga Jumena berilmu tinggi.
“Mengapa Mataram menyerbu Madiun, Kakang Widarba…..?” Bertanya Kanjeng Adipati Rangga Jumena yang telah saling kenal itu.
“Karena kami tahu bahwa Madiun akan menyerang Mataram…..!” Jawab Senopati Widarba.
“Akan terulang bahwa Mataram akan dipermalukan lagi di telatah Madiun….!” Berkata Kanjeng Adipati Rangga Jumena.
“Marilah kita buktikan, Kanjeng…..!” Jawab Senopati Widarba singkat.
Pertempuran pun segera berlangsung, Kanjeng Adipati Rangga Jumena melawan Senopati Widarba yang dibantu seorang senopati Mataram.
Dalam pada itu, Ki Rungkut berada di belakang Senopati Retna Dumilah sambil membatin mantra pengasihan untuk mendukung muridnya itu melancarkan serangan yang sama kepada Panembahan Senopati yang telah saling berhadapan namun masih beberapa depa. Sedangkan Senopati Retna Dumilah tersenyum menawan kepada Panembahan Senopati. Senyuman yang dilambari dengan mantram pengasihan yang sangat kuat.
Jika orang lain yang menerima senyuman dari Senopati Retna Dumilah saat itu tentu sudah tergetar hatinya dan akan menjadi linglung. Dan kemudian akan menuruti segala perintah oleh Senopati Retna Dumilah.
Namun yang diserang adalah Panembahan Senopati yang mampu meluluhkan hati penguasa laut Kidul. Sejak awal ia telah merasakan ada serangan batin yang tidak wajar terhadap dirinya. Telah terbayang senyuman seorang gadis yang menggoda nalar budi dan perasaannya. Dan kini terbukti bahwa senyuman itu telah nyata berada di depan matanya. Sebelum begitu dekat dengan Senopati Retna Dumilah, Panembahan Senopati berhenti. Ia pun kemudian tersenyum tipis sambil menatap tajam ke arah mata Senopati Retna Dumilah.
Senopati Retna Dumilah yakin bahwa sebentar lagi Panembahan Senopati akan bertekuk lutut dan bersimpuh di hadapannya. Ia sudah beberapa kali mencoba menyerang dengan cara itu kepada banyak lelaki, dan semuanya kemudian bersimpuh dan bertekuk lutut di hadapannya. Dan kemudian lelaki itu akan menurut setiap perintahnya.
Sesungguhnya sedang terjadi pertempuran yang aneh antara Senopati Retna Dumilah yang didukung oleh Ki Rungkut melawan Panembahan Senopati dengan ilmu yang tidak kasat mata.
Kini mata beradu mata antara Senopati Retna Dumilah yang bertatap mata dengan Panembahan Senopati. Senyuman menawan tersungging dari keduanya. Namun senyuman itu adalah senyuman yang mampu meluluhkan hati siapapun yang menjadi sasarannya.
Mereka yang menyaksikan banyak yang tidak tahu apa yang sedang terjadi. Mereka justru heran terhadap sikap dari Senopati Retna Dumilah maupun sikap dari Panembahan Senopati. Namun bagi mereka yang berilmu tinggi tahu bahwa sedang terjadi adu ilmu antara dua orang senopati agung pasukan dari kedua pasukan.
Dua orang senopati pilihan mendampingi Panembahan Senopati agar tidak mendapat serangan dengan curang.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.