Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(869)
Mataram.
Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini telah menjadi bagian dari Mataram. Karena tidak mungkin ia akan bermusuhan dengan suami anaknya. Suatu kenyataan yang sebelumnya tak terbayangkan. Bahkan yang ia inginkan adalah Madiun-lah yang menjadi pusat pemerintahan.
Sementara itu, hampir semua senopati dan prajurit Pati tidak mengerti dengan sikap dari Adipati Pragola Pati yang tiba-tiba meninggalkan alun-alun Madiun tanpa berpamitan kepada Panembahan Senopati. Namun tampak sekali bahwa sang adipati sangat kecewa. Namun kecewa karena apa, mereka juga belum mengerti.
Dalam kesempatan ketika sedang beristirahat, seorang senopati yang telah lebih dari separuh baya memberanikan diri untuk bertanya kepada Adipati Pragola Pati.
“Maaf Kanjeng Adipati, adakah sesuatu yang membuat Kanjeng Adipati begitu kecewa sehingga begitu saja meninggalkan medan laga…..?”
“Benar Paman…..! Aku sangat kecewa kepada Kangmas Panembahan Senopati. Bagaimana tidak, dahulu ketika melamar kakakku Kangmbok Waskita Jati, kakakku itu akan dijadikan garwa permaisuri. Dan bahkan kini telah diberi gelar Kanjeng Ratu Mas. Namun dengan seenaknya, Kangmas Panembahan Senopati menyatakan pula bahwa Retna Dumilah putri senopati Madiun itu sebagai garwa permaisuri pula. Aku tidak bisa menerima hal itu Paman…..!” Berkata Kanjeng Adipati Pragola Pati.
Senopati Pati yang telah berusia lebih dari separuh baya itu diam beberapa saat. Ia tidak mengira bahwa alasannya adalah seperti yang dikatakan oleh Adipati Pragola Pati tersebut. Namun kemudian ia berkata; “Yaaa….., orang yang sedang dimabuk asmara sering kali tak mampu mengendalikan diri, walau ia seorang yang sakti mandraguna sekalipun…..!”
“Tetapi bagi seorang yang memiliki kedudukan tinggi dan dalam keadaan seperti itu semestinya bisa mengendalikan diri…..!” Dalih dari Kanjeng Adipati Pragola Pati.
Senopati itu tidak ingin berbantah dengan Adipati Pragola Pati. Ia mencoba memahami gejolak hati dari gustinya itu.
“Yaaa….., aku mengerti Kanjeng Adipati…..! Kanjeng pasti sangat kecewa…..!” Berkata senopati yang telah lebih dari separuh baya itu untuk membesarkan hati Kanjeng Adipati Pragola Pati.
Namun tanggapan dari Adipati Pragola Pati semakin keras karena merasa mendapat dukungan dari senopati-nya.
“Jika Retna Dumilah tetap diangkat sebagai garwa permaisuri, aku – Adipati Pragola Pati tidak sudi tunduk kepada Panembahan Senopati, kepada Mataram….!” Berkata Adipati Pragola Pati tegas.
“Kangjeng…..?!” Hanya itu yang terucap dari senopati itu karena tidak mengira dengan keputusan Adipati Pragola Pati.
“Biarlah Paman…..! Kami, trah Penjawi juga memiliki harga diri. Tak mau kakakku – Kanjeng Ratu Mas direndahkan, yang berarti juga merendahkan trah Penjawi…..!” Lanjut dari Adipati Pragola Pati.
Senopati separuh baya itu kembali terdiam karena sedemikian kerasnya sikap dari Adipati Pragola Pati. Walau ia telah mengenal watak dari gustinya itu yang memang keras. Berbeda dengan watak sang ayah – Ki Penjawi yang sabar sareh. Namun senopati itu memang tak ingin berbantah dengan junjungannya.
“Yaaa…., kami memahami Kanjeng…..!” Itulah yang kemudian terucap oleh senopati yang telah lebih dari separuh baya itu.
Jawaban itu semakin menguatkan tekat dari Adipati Pragola Pati untuk tidak tunduk kepada Panembahan Senopati dan Mataram.
Perbincangan tidak berlanjut karena pasukan itu akan segera melanjutkan perjalanan kembali ke Pati.
Sementara itu, rombongan pasukan Mataram yang besar pun juga sedang beristirahat. Mereka beristirahat di sebuah banjar kademangan. Ki Demang dan seluruh perangkat kademangan pun menyambut dengan suka cita. Apalagi mereka tahu bahwa pasukan itu adalah pasukan yang menang perang. Dan diantara mereka ada Kanjeng Panembahan Senopati.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.