Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(885)
Mataram.
Senopati Kalingga bertempur sambil tertawa-tawa. Ia memang lincah dan gesit. Meloncat ke kiri ke kanan dan kadang melenting tinggi dengan ringannya. Serbuan murid orang bercambuk yang tambun itu selalu dapat ia hindari. Jika hantaman atau tendangannya hanya menerpa angin, para prajurit Pati bersorak-sorai dan bertepuk tangan. Seakan mereka mendapatkan pelampiasan setelah Adipati Pragola dikalahkan oleh Panembahan Senopati. Senopati Kalingga dengan sengaja ingin menunjukkan kegesitan dan kelincahan untuk menghibur para prajurit Pati. Bahkan kadang dengan gerakan lucu namun lentur sehingga membuat gelak tawa para prajurit Pati. Namun mereka semua terperangah ketika dalam sebuah kesempatan, pancingan murid orang bercambuk itu mampu mengecoh senopati Kalingga. Serbuan hantaman tangan kiri kanan mampu dihindari dengan gerakan lucu oleh senopati Kalingga, namun tiba-tiba tendangan kuat murid orang bercambuk yang tambun menghantam kaki senopati Kalingga.
“Uooooch…..!” Hampir semua yang menyaksikan berdesah.
Kaki kiri senopati Kalingga sampai terayun, dan bahkan ia pun terhuyung hampir terjatuh. Namun ia berhasil meloncat mundur dan kemudian telah bersiap kembali. Tetapi ia kini tidak tertawa-tawa lagi. Walau ia telah melindungi diri dengan ilmu kebalnya, namun kakinya terasa sakit juga. Dengan demikian ia mulai menyadari bahwa lawannya tersebut juga memiliki ilmu yang mampu menembus ilmu kebalnya. Ia tidak ingin lagi bermain-main agar ia tidak dipermalukan karena polahnya sendiri. Ia kemudian meningkatkan ilmu kebalnya dan ilmu meringankan tubuh serta kekuatannya.
“Jangan besar kepala hanya karena sebuah kebetulan…..!” Berkata senopati Kalingga.
Ia-lah yang kemudian menyerang murid orang bercambuk itu dengan garangnya. Namun orang yang tambun itu pun bukan batang pisang yang diam. Ia pun mampu berkelit dengan gerakan- gerakan yang sederhana yang membuat serbuan senopati Kalingga hanya menerpa angin.
Para prajurit dari kedua kubu tak ada yang bersorak-sorai lagi. Mereka menyaksikan pertarungan dua orang yang berilmu tinggi.
Sementara itu tak kalah menegangkan adalah pertarungan di arena yang lain. Senopati Darudeksa sejak awal tidak ingin bermain-main. Ia ingin menunjukkan kepada seluruh mereka yang menyaksikan, bahwa dalam gebrakan yang pertama ia akan mampu merobohkan lawannya yang jauh lebih muda itu. Namun ia pun tahu bahwa murid orang bercambuk yang langsing itu tentu memiliki bekal untuk melawannya. Tetapi ia yakin bahwa ilmu orang muda itu tentu belum akan mampu menandinginya. Tetapi ia heran bahwa serbuannya belum bisa sekalipun menyentuh lawannya. Orang muda itu-lah yang dengan sangat ringan mampu menghindari serangan senopati Kalingga. Mereka yang menyaksikan, terutama para prajurit Pati heran, mengapa senopati Darudeksa tidak segera melumpuhkan lawannya yang masih jauh lebih muda itu. Sedangkan para prajurit Mataram menyaksikan dengan penuh ketegangan. Para prajurit Mataram yang dipimpin oleh Raden Gagak Baning belum banyak yang mengenal orang muda yang berani melawan senopati dari Pati tersebut. Lain halnya dengan para prajurit dari Jatinom. Mereka telah banyak tahu tentang murid orang bercambuk. Mereka banyak yang pernah menyaksikan ketika ia bertiga bersama gurunya mampu melumpuhkan gerombolan pengacau di lereng merapi yang jumlahnya lebih dari dua puluh orang. Dan gerombolan itu pun terdiri dari orang-orang berilmu pula. Yang bahkan satu bregada prajurit pun tidak mampu melumpuhkan gerombolan pengacau itu.
Namun senopati Darudeksa tidak ingin dipermalukan dihadapan seluruh pasukan dari kedua kubu. Ia segera meningkatkan ilmunya dalam tataran tertinggi, baik ilmu untuk melindungi diri maupun ilmu untuk menggempur lawan. Namun demikian, lawannya yang masih muda itu pun tidak ingin menjadi korban keganasan lawannya. Ia pun telah melindungi diri dengan ilmunya dan meningkatkan ilmunya dalam tataran yang tinggi pula.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(884)Mataram. Murid orang bercambuk itu terus memburu senopati Pati yang pongah itu. Sedangkan…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(883)Mataram. Senopati Darudeksa yang telah setengah baya itu berkata dengan lantang; "Akan aku…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(882)Mataram. Sementara itu, perjalanan pasukan Pati masih diikuti oleh pasukan Mataram pimpinan Raden…
Perbedaan Sistem Operasi Beda Chromebook dengan Laptop - Salah satu perbedaan paling mencolok antara Chromebook…
Penurunan Harga iPhone 15 dan iPhone 13 di Indonesia Pada bulan November 2024, pasar gadget…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(881)Mataram. Sesaat kemudian terdengar senopati yang berlari-lari kecil itu kemudian berhenti di depan…