Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(889)
Mataram.
Senopati Darudeksa yang mengetahui rekannya, senopati Kalingga tak berdaya marah bukan kepalang. Ia kerahkan ilmu puncaknya untuk menyerang lawannya yang sedang mengingatkan adik seperguruannya itu. Hantaman yang mampu membuat lawannya seperti tersengat tawon gung, bahkan lebih dari itu. Jika lawannya tersengat seperti itu, ia pasti akan sangat terkejut. Dan kemudian akan dengan mudah disusul dengan serangan-serangan berikutnya yang membuat lawannya lumpuh. Namun lawannya adalah murid dari Guru orang bercambuk yang telah matang dan saat itu telah dilepas oleh sang guru, tidak didampingi. Ia harus sudah mampu menjunjung tinggi kebesaran nama perguruan orang bercambuk. Ia pun telah mengetrapkan puncak ilmu orang bercambuk dan ilmu kebalnya.
Sekarang yang terkejut adalah senopati Darudeksa sendiri. Lawannya mampu berkelit sangat gesit sehingga serangan-serangannya hanya menerpa angin. Dan yang lebih mengejutkan adalah, ia merasakan udara panas. Semakin ia lebih dekat dengan lawannya, semakin kuat udara panas yang ia rasakan.
“Heeem……, anak setan…..! Ilmu apakah yang dimiliki bocah ini…..!” Batin senopati Darudeksa yang mulai gelisah.
Tanpa udara panas yang menerpa pun ia kesulitan untuk mengenai lawannya, apalagi kini lawannya telah melindungi diri dengan udara panas.
Udara panas yang timbul itu adalah akibat dari puncak ilmu kebal yang dimiliki oleh murid orang bercambuk itu.
Mereka yang menyaksikan, baik dari pasukan Pati maupun pasukan Mataram heran. Senopati Darudeksa sepertinya tidak mampu mendekati lawannya, bahkan terlihat seperti ingin selalu menjauh. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, karena mereka tidak merasakan udara panas seperti yang dirasakan oleh senopati Darudeksa.
Namun tiba-tiba senopati Darudeksa telah memegang senjata tombak panjang yang ia minta dari senopati lain yang tak jauh dari pertempuran itu. Satu-satunya cara melawan lawannya itu hanya dengan senjata panjang. Jika ia terlalu dekat ia tidak tahan dengan udara panas.
Murid orang bercambuk itu tak ingin lengah. Jika ujung tombak itu dilambari dengan puncak ilmu lawannya, bisa jadi akan bisa menembus ilmu puncaknya. Maka tiba-tiba ia telah mengurai cambuknya yang sebelumnya melingkar di pinggangnya. Dengan cambuk itulah puncak ilmu orang bercambuk bisa disalurkan. Jika seseorang terlecut oleh cambuk yang telah dilambari puncak ilmu orang bercambuk, pasti akan hancur.
Namun demikian, murid orang bercambuk itu tak ingin membunuh lawannya. Jika ia membunuh senopati andalan dari Pati itu, pasti hanya akan menimbulkan dendam yang bisa berkepanjangan.
Selagi senopati Darudeksa masih termangu, ia terkejut bukan kepalang dan kemudian meloncat kesamping. Bahkan semua orang yang menyaksikan pun ternganga dan terpana tak percaya. Bahkan adik seperguruan orang bercambuk yang tambun pun ternganga heran pula. Yang mereka saksikan adalah, murid orang bercambuk lawan dari senopati Darudeksa itu telah mengayunkan cambuknya dengan puncak ilmu cambuknya. Yang terjadi adalah ledakan dahsyat yang menghantam tanah di samping senopati Darudeksa. Akibatnya membuat tanah terbelah memanjang sepanjang panjangnya juntai cambuk. Sedemikian dahsyatnya puncak dari ilmu orang bercambuk itu.
Senopati Darudeksa terpaku beberapa saat, jika saat itu lawannya menghendaki, tentu dengan mudah bisa melumpuhkan senopati Darudeksa. Tetapi hal itu tidak dilakukan oleh murid orang bercambuk itu. Di diamkannya senopati Darudeksa yang masih terpaku. Namun demikian, murid orang bercambuk itu tetap bersiaga jika tiba-tiba lawannya melakukan serangan tak terduga dengan puncak ilmunya pula.
Namun yang terjadi membuat semua orang terkejut, terutama para prajurit dari Pati. Bahkan para senopati dari Pati pun terkejut pula.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.