Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(893)
Mataram.
Malam hari itu, Panembahan Senopati telah menerima urusan dari Pajang perihal mangkatnya Sultan Benawa.
Hampir semua yang mendengar khabar itu hampir tak percaya. Sultan Benawa masih muda dan belum banyak yang mendengar bahwa beliau sakit. Dan seandainya sakit-pun tidak akan mengakibatkan kematian. Namun yang terjadi, Sultan Benawa telah benar-benar mangkat.
Panembahan Senopati sangat sedih atas kepergian adik-nya itu. Dari seluruh putra mendiang Sultan Hadiwijaya, Sultan Benawa-lah yang paling dekat dengan Panembahan Senopati. Ia paling sering berkunjung ke Mataram. Dan ia pulalah yang menyatakan kesetiaan Pajang kepada Mataram.
Panembahan Senopati berencana, besuk dini hari sudah akan berangkat menuju Pajang. Ia akan berangkat bersama beberapa senopati pilihan beserta Raden Gagak Baning, Raden Ketompe, Raden Singosari dan sebagainya.
Malam itu pula, Kanjeng Panembahan Senopati sempat menghadap Ki Juru Martani. Banyak yang diperbincangkan dalam pertemuan itu. Terutama tentang kelanjutan pemerintahan di Pajang. Pemerintahan di Pajang tidak boleh komplang – kosong. Harus segera ditunjuk orang yang akan menggantikan sebagai adipati di Pajang. Jika tidak, bisa jadi akan terjadi perebutan kekuasaan di Pajang.
“Sebaiknya siapa yang layak dan pantas untuk menggantikan Dimas Benawa, Uwa…..?” Bertanya Panembahan Senopati.
Ki Juru Martani tidak segera menjawab karena masih banyak pertimbangan. Lagi pula, ini keadaan yang sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya.
Setelah beberapa saat, Ki Juru Martani menarik nafas panjang, kemudian katanya; “Apakah Angger Panembahan sudah memiliki nama yang sekiranya layak dan pantas…..?” Ki Juru Martani balik bertanya.
“Belum ada, Uwa…..! Karena memang sama sekali tak terpikirkan…..!” Jawab Panembahan Senopati.
“Baiklah…..! Bagaimana jika Angger Gagak Baning yang kita percaya…..?” Jawab Ki Juru Martani kemudian.
“Oooh….., kami kira cocok, Uwa. Tetapi Dimas Gagak Baning harus ada yang mendampingi. Terutama untuk keselamatannya di Pajang. Dimas Gagak Baning tentu belum banyak dikenal oleh punggawa Pajang…..!” Jawab Panembahan Senopati.
Mereka kemudian masih berbincang untuk mematangkan rencana pergantian pemegang kekuasaan di Pajang.
“Sebaiknya, senopati dan kedua orang murid orang bercambuk itu diajak serta besuk pagi untuk bersama-sama ke Pajang….!” Saran Ki Juru Martani.
“Baiklah Uwa…..!” Jawab Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati juga mengirim utusan ke Jatinom untuk menyambung kabar. Barangkali belum ada utusan dari Pajang yang mengabarkan ke Jatinom. Panembahan Senopati juga berpesan agar senopati pasukan yang berada di Pajang berangkat ke Pajang besok dini hari pula. Dipesankan pula agar dua orang murid bercambuk untuk ikut serta.
Malam itu pula dua orang prajurit telah melajukan kudanya menuju ke Jatinom.
Di dini hari yang dingin itu, rombongan dari Mataram telah berangkat menuju ke Pajang. Ada sekitar lima belas orang yang berangkat. Yang mengiringi Panembahan Senopati adalah para senopati pilihan beserta Raden Ketompe, Raden Gagak Baning, Raden Singasari adik-adik dari Panembahan Senopati. Sedangkan Ki Juru Martani yang telah lanjut usia itu tetap tinggal di Mataram.
Panembahan Senopati belum mengatakan kepada Raden Gagak Baning tentang rencana yang tadi malam diperbincangkan bersama Ki Juru Martani.
Para bakul pasar yang sedang berangkat menuju pasar heran karena di dini hari yang dingin itu telah berpapasan dengan rombongan orang berkuda. Mereka tidak tahu bahwa diantara mereka ada Kanjeng Panembahan Senopati.
Setelah sampai di pasar, mereka baru mendengar bahwa Kanjeng Sultan Benawa di Pajang telah mangkat.
Di pasar itu kemudian riuh memperbincangkan mangkatnya Kanjeng Sultan Benawa.
“Aku tadi berpapasan dengan rombongan Panembahan Senopati yang menuju ke Pajang…..!” Berkata bakul pasar yang mengetahui dan mengenali Panembahan Senopati.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.