Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(902)
Mataram.
Ki Gagak Ireng berkelit dengan lincahnya ketika tiba-tiba Ki Rangga Keniten menyerang dengan cepat dengan keris menyala merah. Ki Gagak Ireng tak ingin gegabah dengan tanpa menghindari keris yang menyala itu. Jika ia lengah dan ternyata ajian tameng waja yang dirangkap dengan ajian lembu sekilan bisa ditembus keris pusaka, maka akan sangat berbahaya baginya.
Walau Ki Rangga Keniten telah mengerahkan ilmunya dan dengan keiris pusaka yang menyala di tangan, namun keris itu hanya menerpa angin. Ki Gagak Ireng dengan enteng berkelit. Namun Ki Rangga Keniten yang yakin keris pusakanya akan mampu menggores lawannya, ia terus memburunya. Namun Ki Gagak Ireng memang gesit dan licin, sehingga keris pusaka itu tak pernah bisa menggores lawannya. Bahkan kain Ki Gagak Ireng sobek pun tidak. Sedangkan Ki Rangga Keniten terus memburunya.
Mereka yang menyaksikan, terutama para prajurit Mataram yang tidak banyak itu dilanda kecemasan. Mereka khawatir jika ajian milik Ki Gagak Ireng tak mampu menahan keris pusaka milik lawan. Terbukti Ki Gagak Ireng selalu menghindar. Jika dalam suatu kesempatan Ki Gagak Ireng lengah, tentu akan sangat berbahaya baginya.
Sedangkan para prajurit Pasuruan berbesar hati bahwa Ki Rangga Keniten di atas angin yang selalu memburu lawannya.
“Jangan main petak umpet, Gagak Ireng…..!” Teriakan Ki Rangga Keniten.
Ketika Ki Rangga Keniten berteriak, ia sedikit lengah. Sebuah hantaman kaki menyapu kaki kirinya. Sebuah tendangan yang dilambari dengan ilmunya. Sekali lagi Ki Gagak Ireng yang sakti itu terkejut. Ki Rangga Keniten tak goyah sedikitpun.
“Ha ha ha ha ha……, kerahkan ilmumu Gagak Ireng ha ha ha ha……!” Sesumbar Ki Rangga Keniten.
Terdengar tepuk tangan dari pasukan Pasuruan yang mengagumi ketangguhan dari Ki Rangga Keniten.
Ki Rangga Keniten yang semakin percaya diri itu kembali memburu lawannya. Namun lawannya sungguh gesit tak sekalipun keris pusaka lawannya bisa menyentuhnya.
Ki Gagak Ireng merasa bahwa dengan tanpa senjata ia tak akan mampu melukai lawannya. Oleh karena itu ia kemudian memberi tanda kepada senopati pengirimannya. Salah seorang senopati Mataram segera tanggap. Ia kemudian berlari ke arah Ki Gagak Ireng dan kemudian mengulurkan sebilah pedang. Kini kedua orang petarung yang berilmu tinggi itu saling memegang senjata.
Ki Rangga Keniten tidak ragu bahwa ilmu kebalnya akan mampu menahan pedang biasa yang tanpa pamor itu. Ketika pedang lawannya mengarah ke lambungnya, ia sengaja tidak menghindar. Yang terjadi sungguh membuat kagum siapapun yang menyaksikan. Pedang di tangan orang yang berilmu tinggi itu tak mampu melukai Ki Rangga Keniten.
Para prajurit Pasuruan kembali bertepuk tangan, kini ditimpali dengan sorak sorai. Mereka semakin kagum kepada Ki Rangga Keniten yang sungguh sakti mandraguna.
Ki Rangga Keniten kembali tertawa terbahak-bahak dan sangat bangga karena sorak sorai yang mengelu-elukannya.
“Ha ha ha ha ha……. pedang congkel kelapa kok untuk berperang ha ha ha ha ha……!” Sindir Ki Rangga Keniten yang semakin yakin bahwa ia mampu menahan senjata lawannya. Bahkan kini ia berani membusungkan dada dengan tanpa menghindar meminta lawannya untuk menghantamkan pedangnya. Ki Gagak Ireng yang tak lain adalah Panembahan Senopati itu kemudian memang menghantamkan pedangnya. Ki Rangga Keniten sungguh sakti mandraguna, pedang itu tidak mampu melukai Ki Rangga Keniten. Bahkan kemudian Ki Rangga Keniten yang kini menyerang lawannya dengan tanpa khawatir dirinya akan terluka.
Dalam suatu kesempatan, Ki Gagak Ireng ingin mengetahui, apakah ilmu kebal yang rangkap miliknya mampu menahan keris pusaka lawannya. Ia mengerahkan kedua ilmunya itu. Namun demikian, ia tetap harus waspada, jika ajian lembu sekilan tak mampu menahan, ia harus segera meloncat mundur.
Dalam kesempatan itu, keris pusaka Ki Rangga Keniten mengarah ke dada Ki Gagak Ireng. Namun ternyata keris pusaka itu meleset tak mampu menembus ajian lembu sekilan yang dilapisi dengan ajian tameng waja.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.