Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(906)
Mataram.
Prajurit yang baru saja menghadap Adipati Pasuruan terkejut ketika para juru sembuh yang sedang merawat mereka yang sakit berloncatan keluar.
Namun ia kemudian tahu bahwa mereka mendapat amarah dari Ki Rangga Keniten yang kemudian melontarkan ajiannya melalui bentakan kemarahan.
Prajurit itu kemudian menyampaikan perintah Adipati Pasuruan kepada beberapa senopati yang berada di tempat itu.
“Kanjeng Adipati memerintahkan agar Ki Rangga Keniten dibawa ke sanggar.
Nanti di sanggar akan kami sampaikan perintah selanjutnya…..!” Berkata prajurit itu.
Para senopati dan para prajurit yang berada di sekitar panti rawat itu kemudian melaksanakan perintah Adipati Pasuruan lewat prajurit itu.
Setelah Ki Rangga Keniten sedikit reda kemarahannya, kemudian dibujuk untuk dipindahkan ke sanggar.
“Di sana akan dirawat secara tersendiri Ki Rangga…..!” Bujuk seorang senopati.
“Pakai tandu…..!” Bentak Ki Rangga Keniten.
“Itu pasti, Ki Rangga…..!” Jawab senopati itu.
Akhirnya Ki Rangga Keniten benar-benar dibawa ke sanggar. Sanggar yang agak jauh dari pendapa.
Akhirnya prajurit itu membisikkan perintah dari Adipati Pasuruan untuk menghukum Ki Rangga Keniten dengan hukuman paling berat.
“Benarkah perintah Kanjeng Adipati demikian…..?” Bertanya senopati itu untuk meyakinkan.
“Benar gusti senopati…..! Jika tidak, Ki Rangga Keniten itu sangat berbahaya bagi keutuhan Pasuruan…..!” Berkata prajurit itu meyakinkan.
“Baiklah…..! Ini menyangkut nyawa seseorang, akan aku yakinkan kepada Kanjeng Adipati. Jika kau menipu aku, kaulah yang akan aku hukum…..!” Berkata senopati itu.
“Silahkan gusti senopati…..!” Jawab prajurit itu tidak ragu.
Senopati itu akhirnya meyakini bahwa perintah dari Kanjeng Adipati Pasuruan seperti yang disampaikan oleh prajurit sebelumnya.
Senopati itu kemudian memanggil dua orang juru pati. Merekalah yang dipercaya untuk melaksanakan menghukum mati siapa pun yang telah diperintahkan oleh Kanjeng Adipati. Banyak cara untuk melaksanakan hukuman itu. Bisa dengan cara digantung, ditombak, dibakar, dimasukan sumur dan sebagainya. Namun yang paling sering adalah dengan memenggal leher sehingga kepalanya terlepas.
Dan cara yang terakhir itu yang akan dilaksanakan oleh dua orang juru pati tersebut.
Alat dan perlengkapan untuk melaksanakan hukuman itu telah tersedia di sanggar itu. Alat yang sudah sering digunakan. Demikian juga kapak khusus yang selalu digunakan. Kapak baja yang sangat tajam dan lebih besar dan lebih lebar dari pada kapak kebanyakan. Setiap kali kapak itu digunakan, pasti sekali tebas, kepala akan terpisah dari tubuh. Korbannya tak akan sempat mengaduh. Pasti akan tewas seketika.
Sore itu, Ki Rangga Keniten meraung-raung dengan kemarahan yang memuncak setelah mengetahui akan dihukum mati. Namun para senopati yang juga berilmu tinggi berhasil mengikat tubuh Ki Rangga Keniten pada papan hukuman yang telah disiapkan. Walaupun Ki Rangga Keniten meronta-ronta dan meraung-raung namun tetap terikat kuat. Namun akhirnya Ki Rangga Keniten lelah juga sehingga ia diam di papan hukuman.
Sanggar di ruang hukuman kini telah ditutup rapat. Hanya para senopati dan para juru pati yang berada di dalamnya.
Ki Rangga Keniten diam terlentang di papan hukuman, namun terlihat wajahnya merah padam menahan amarah.
Para senopati mengawasi di sekeliling papan hukuman. Sedangkan dua orang juru pati telah bersiap dengan senjatanya. Yang seorang telah bersiap untuk mengayunkan kapaknya. Sedangkan yang seorang bersiap jika kepala korbannya belum putus. Maka ia akan menyusuli dengan tebasan berikutnya.
Ki Rangga Keniten yang sangat marah, namun tidak bisa bergerak, wajahnya tampak memerah.
Juru pati yang bertubuh kekar dan berwajah sangar telah siap mengayunkan kapaknya. Mereka pun bukan prajurit sembarangan, namun yang berilmu tinggi pula. Dengan mengangkat kapak besar dan lebar tinggi-tinggi, ia siap untuk menebas leher Ki Rangga Keniten.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
ceritanya runtut, enteng & mudah dicerna dan sarat dengan nilai- nilai kesejarahan…
Alhamdulillah akhirnya muncul juga Part 906, kemaren seharian nunggu tidak hadir-hadir.
Semoga lanjutannya rutin tiap hari
Mohon Maaf, 2 hari ini website Maswo sedang dalam perbaikan.
saya kira di ropel..906..907..908
mohon sehari di share 2 seri
sungguh menghibur sekaligus mengenang sejarah dengan cara yg menyenangkan.. bravo Maswo
Setuju cerita diposting setidaknya sampai seri 1.000.
Pasti menarik.