Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(924)
Mataram.
Senopati Jenawi tertatih-tatih pincang dituntun oleh dua orang prajurit.
Sedangkan murid orang bercambuk yang tambun namun kekar itu berjalan ke tepi dengan wajah tengadah. Cambuknya masih ditentengnya. Sedangkan tangan kirinya memegang juntai cambuk yang berujung besi runcing. Namun semua orang terkejut ketika ia belum sampai di tempat para prajurit pengawal Adipati Gagak Baning, ia melecutkan cambuknya dengan sangat keras sehingga menggetarkan seluruh alun-alun. Hampir semua prajurit kagum mendengar gelegar lecutan cambuk yang menggelegar itu. Namun bagi orang-orang berilmu tinggi tahu bahwa lecutan itu bukanlah puncak dari ilmu cambuk. Mereka tahu bahwa puncak ilmu cambuk justru tidak meledak, namun mampu membelah batu cadas.
“Huuuuh……, gembala kambing pamer di sini…..!” Umpat senopati Birawa.
“Jangan hiraukan dia…..!” Tukas senopati Wirasekti.
“Lawan bermain-mu ada di hadapanmu, bersiaplah…..!” Lanjut senopati Wirasekti.
Namun semua orang yang menyaksikan terkejut bukan kepalang.
Tiba-tiba senopati Birawa mengayunkan kepalan tangannya ke tanah di hadapannya. Yang terjadi sungguh menggetarkan. Tanah berhamburan dan kemudian terlihat lobang sejengkal selebar lebih dari kepalan tangan.
“Ini bukan pamer…..! Tetapi sebagai peringatan agar tidak terjadi kematian di pertempuran nanti….! Sebelum terjadi mundurlah….!” Sesumbar senopati Birawa kepada murid orang bercambuk yang tinggi langsing.
Namun murid orang bercambuk itu hanya tersenyum saja.
Sikap itu dinilai oleh senopati Birawa sebagai penghinaan.
“Jangan salahkan saya jika terjadi kematian di alun-alun ini…..!” Sesumbar senopati Birawa.
“Ilmu ini aku namakan aji narantaka seperti milik Raden Gatotkaca…..!” Lanjut Senopati Birawa. Namun murid orang bercambuk yang langsing itu tidak menjawab, hanya tersenyum saja.
Mereka yang menyaksikan berdebar-debar melihat ilmu yang dipamerkan oleh senopati Birawa tersebut. Jika itu menghantam dada, tentu akan remuk tulang iganya. Jika itu menghantam rahang, bisa lepas rahang bawahnya.
Namun demikian, murid orang bercambuk itu menyadari bahwa ilmu dari senopati Birawa tidak boleh dipandang sebelah mata. Ia harus mempersiapkan diri pada puncak ilmu di tataran tinggi. Jika ia lengah bisa saja terjadi seperti yang dikatakan oleh senopati Birawa tersebut. Ia menduga lawannya tidak akan memulai dari tingkat yang rendah, tetapi akan langsung pada tataran yang tinggi.
Para penonton pun dilanda ketegangan. Pasti akan terjadi pertarungan yang seru. Atau sebaliknya, dalam gebrakan pertama murid orang bercambuk itu langsung terkapar, jika demikian selesai-lah sudah pertarungan. Para prajurit dari pasukan Gagak Ireng pun sangat ingin mengetahui pertarungan di antara orang yang berilmu tinggi. Namun mereka berharap bahwa murid orang bercambuk itu akan mampu mengatasi lawannya. Panembahan Senopati pun dengan sungguh-sungguh mengikuti perkembangan. Ia belum tahu persis tingkat ilmu dari senopati Birawa. Namun menyaksikan ia mampu menghamburkan tanah sampai berlubang hanya dengan pukulan tangan kosong, tentu karena ilmunya yang tinggi.
Sementara itu, Adipati Gagak Baning yang telah menerima laporan tentang perkembangan keadaan, diam-diam datang ke alun-alun Kidul. Menurut laporan yang ia terima, senopati Jenawi telah menyerah, namun senopati Birawa tidak terima dan menantang murid orang bercambuk. Adipati Gagak Baning tidak senang dengan sikap senopati Birawa tersebut sehingga ia kemudian datang ke alun-alun Kidul.
Namun kedatangan Adipati Gagak Baning sedikit terlambat, ketika ia datang, senopati Birawa telah menyerang murid orang bercambuk yang langsing. Serangan yang sangat cepat dan tentu dengan kuat.
Namun ia sempat melihat murid orang bercambuk itu meloncat kesamping yang searah dengan arah pukulan. Sehingga ayunan pukulan itu melayang hanya sejengkal dari rahang murid orang bercambuk yang langsing.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(926)Mataram. Mereka yang tidak tahu apa yang terjadi heran, mengapa senopati Birawa selau…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(925)Mataram. Senopati Birawa berputar setengah lingkaran. Namun kemudian ia kembali melancarkan serangan dengan…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(923)Mataram. Senopati Wirasekti yang terkejut dengan tindakan orang yang telah dikenalnya dengan baik…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(922)Mataram. Perasaan amat nyeri mendera kakinya. Ia tak mengira sama sekali bahwa ujung…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(921)Mataram. Oleh karena itu, mereka harus cukup perhitungan agar lawan jangan sampai terbunuh.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(920)Mataram. Hantaman kaki lawan yang tentu saja dilambari dengan ilmunya yang tinggi. Senopati…