Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(927)
Mataram.
Bahkan seluruh yang menyaksikan pun tergetar hatinya. Bahkan mereka yang berilmu tinggi sekalipun. Sedangkan senopati Wirasekti yang berada paling dekat dengan mereka juga meloncat mundur. Sejak semula senopati Wirasekti telah merasakan udara panas yang keluar dari tubuh murid orang bercambuk itu. Mungkin sekali udara panas itu telah disalurkan lewat ujung juntai cambuk yang kemudian diledakkan. Akibatnya sungguh menggetarkan.
Panembahan Senopati tersenyum, ia tahu bahwa ledakkan cambuk dengan kilatan api itu merupakan salah satu puncak dari ilmu orang bercambuk. Sedangkan Adipati Gagak Baning tidak terlalu terkejut, karena ia pernah menyaksikan murid orang bercambuk yang kini menjadi pengawal pribadinya itu pernah membelah tanah dengan juntai cambuknya, jauh lebih dahsyat dengan ayunan tangan senopati Birawa yang menghantam tanah.
Betapa tidak, ujung juntai cambuk itu mengeluarkan kilat api. Sehingga ledakannya bagaikan petir. Seluruh yang menyaksikan hanya diam ternganga. Mereka tak mengira bahwa ilmu cambuk yang telah banyak ditinggalkan oleh orang-orang berilmu itu ternyata miliki kekuatan yang dahsyat.
Seandainya ujung cambuk itu diledakkan ke tubuh senopati Birawa, tentu tubuhnya akan hangus terbakar. Walaupun senopati Birawa telah melindungi diri dengan ilmu kebalnya.
Bahkan senopati Birawa pun hanya bisa ternganga dan tertegun sehingga beberapa saat ia termangu. Namun semua orang yang menyaksikan kembali terkejut bukan kepalang. Terlebih lagi senopati Birawa. Ketika tiba-tiba juntai cambuk itu kembali meledak di atas kepala senopati Birawa dengan kilatan api. Senopati Birawa terjengkang ke belakang. Namun sekejap kemudian, juntai cambuk itu telah melilit trisula di tangan senopati Birawa. Tanpa mampu bertahan, trisula pun direnggut oleh murid orang bercambuk dengan juntai cambuknya. Dan sekarang trisula itu telah berada di tangan kiri murid orang bercambuk itu.
Senopati Birawa kembali ternganga tak tahu apa yang akan dilakukannya.
Tiba-tiba tepuk tangan dan sorak sorai bergemuruh menggetarkan alun-alun Kidul yang semakin penuh orang berdatangan sebelumnya. Kabar tentang perang tanding itu memang telah cepat menyebar di seluruh kotaraja Pajang. Namun banyak di antara mereka yang merasa terlambat menyaksikan. Mereka tidak tahu terjadinya pertarungan sebelumnya. Bahkan banyak di antara mereka yang hanya menyaksikan ujung juntai cambuk yang meledak dan mengeluarkan kilat api yang menggetarkan mereka. Namun sorak sorai dan tepuk tangan itu tiba-tiba terhenti. Mereka kembali terkejut bukan kepalang, ketika melihat senopati Birawa yang masih kebingungan, tiba-tiba tanah di sampingnya meledak dan tanah berhamburan. Tanah sepanjang juntai cambuk itu ternganga sedalam lebih dari sejengkal. Bahkan hamburan tanah itu menerpa wajah senopati Birawa. Senopati Birawa hanya bisa menutup wajahnya. Tak terbayangkan olehnya jika lecutan cambuk itu diarahkan kepadanya, tentu tubuhnya akan hancur. Dan pasti ia tak akan mampu mengelak.
“Cukup….., cukup…..!” Seru senopati Wirasekti yang kemudian berlari kecil ke arah murid orang bercambuk yang tinggi langsing itu.
Sesaat kemudian tepuk tangan dan sorak sorai kembali menggetarkan alun-alun Kidul. Kali ini lebih gegap gempita karena kemenangan sudah pasti untuk pengawal pribadi Kanjeng Adipati Gagak Baning itu. Karena mereka melihat bahwa senopati Wirasekti telah menghentikan perang tanding. Hampir semua mereka yang menyaksikan kagum akan kedahsyatan ilmu cambuk di tangan pengawal pribadi Kanjeng Adipati Gagak Baning itu. Bahkan adik seperguruan yang tambun kekar pun heran. Ia tidak mengira sama sekali bahkan ilmu kakak seperguruannya itu telah sedemikian tinggi. Ia mengira bahwa ilmunya masih setara dengan ilmunya. Karena ia sendiri belum pernah menyaksikan saudara seperguruannya itu mampu meledakkan cambuk dengan kilatan api bagai petir.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(926)Mataram. Mereka yang tidak tahu apa yang terjadi heran, mengapa senopati Birawa selau…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(925)Mataram. Senopati Birawa berputar setengah lingkaran. Namun kemudian ia kembali melancarkan serangan dengan…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(924)Mataram. Senopati Jenawi tertatih-tatih pincang dituntun oleh dua orang prajurit.Sedangkan murid orang bercambuk…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(923)Mataram. Senopati Wirasekti yang terkejut dengan tindakan orang yang telah dikenalnya dengan baik…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(922)Mataram. Perasaan amat nyeri mendera kakinya. Ia tak mengira sama sekali bahwa ujung…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(921)Mataram. Oleh karena itu, mereka harus cukup perhitungan agar lawan jangan sampai terbunuh.…