Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(932)
Mataram.
Tak heran jika di Mataram sekarang banyak kuda-kuda teji yang bagus. Sedangkan kuda-kuda itu juga kuda-kuda yang terlatih untuk bertempur.
Ketika melewati perbatasan antar kadipaten, para prajurit jaga juga tidak mencegah sepasukan prajurit berkuda tersebut. Karena mereka segera mengenali bahwa pasukan itu dari Mataram. Dan kemudian mereka pun mengerti bahwa pasukan yang kuat itu akan menuju ke Kediri. Hampir semua yang menyaksikan kagum dengan pasukan itu. Terutama dengan kuda-kuda yang semuanya kuda teji yang tinggi besar. Dengan berbagai ‘ules’ – warna bulu kulit yang beraneka warga. Yang paling mencolok adalah yang putih mulus atau yang hitam mulus yang biasanya ditunggangi oleh para sentana kerajaan.
Para sentana kerajaan yang menyertai pasukan itu antara lain; Pangeran Singasari, Panji Wirabhumi, Dipati Jaraga, Ngabehi Malang Sumirang, Pangeran Rangga, Ngabehi Kerta Wedana, Raden Harya Wira Mantri, Pangeran Riya Menggala, Tepasana, Adipati Anom, Dipati Puger, Pangeran Juminah, Harya Panular, Demang Tanpanaha, Mantri Pajegan, Demang Wiradangsa, Kiai Tumenggung Jagabaya, Demang Wiradangsa, Ngabehi Putrabangsa, juga Ngabehi Wiratanu. Ikut serta pula, Ngabehi Jenar Winarna, Ngabehi Kalang, Ngabehi Ngrawa Singgih, Ngabehi Ngawu Awu. Mereka adalah para sentana – kerabat keraton yang memiliki olah kanuragan yang lebih dari cukup serta menguasai menunggang kuda. Para prajurit berkuda itu pun berbesar hati karena para sentana kerajaan ikut serta dalam pasukan itu.
Sementara itu, para prajurit sandi Kediri yang ditempatkan di Surabaya telah mengabarkan bahwa pasukan yang besar dan kuat telah berangkat dari Surabaya. Yang didengar oleh para prajurit sandi itu bahwa senopati yang memimpin pasukan itu adalah Tumenggung Pasegi dan Tumenggung Gending. Tumenggung Pasegi akan memimpin pasukan yang akan menyerang Kediri dari sisi utara, sedangkan Tumenggung Gending akan memimpin penyerangan dari sisi selatan.
“Biarlah, paman Tumenggung Pasegi aku yang menghadapi. Sedangkan paman Tumenggung Gending dan pasukannya dihadapi oleh pasukan Mataram…..!” Berkata Senopati Kediri.
Ki Senopati Kediri akan didampingi oleh para kerabatnya, antara lain adalah; Ki Suradipa, Ki Kentol Jejenggu dan Ki Kartiwangsa serta Lurah Gendoreh.
Beruntung Ki Senopati Kediri beberapa waktu yang lalu segera meninggalkan Mataram sehingga tidak terlambat mempersoalkan pasukan. Demikian pula pasukan berkuda dari Mataram juga segera berangkat ke Kediri. Pasukan itu juga tidak terlambat tiba di Kediri. Pasukan itu dipimpin oleh Ki Panji Wirabhumi dan Pangeran Singasari. Pangeran Singasari mengusulkan agar pasukan Mataram tidak langsung menempatkan diri di medan laga yang diperkirakan akan disasar oleh pasukan brang wetan dari sisi selatan. Tetapi pasukan itu akan berada di tepi sungai yang tidak jauh dari perkiraan arena medan laga. Namun pasukan itu akan dengan cepat bisa digerakkan menuju medan laga. Para senopati pasukan Mataram pun setuju dengan gagasan dari Pangeran Singasari tersebut. Sedangkan yang akan menghadang pasukan dari Surabaya yang dipimpin oleh Tumenggung Gending itu hanyalah sepasukan kecil dari Kediri. Dengan demikian, diharapkan nantinya pasukan dari Surabaya itu akan terkecoh.
Benar saja, Tumenggung Gending yang didampingi oleh Adipati Surabaya itu heran ketika menerima laporan bahwa di sisi selatan hanya akan dihadang oleh pasukan kecil dari Kediri.
“Akan kita libas pasukan Kediri dari sisi selatan. Para petinggi Kediri pasti berkumpul di sisi utara…..!” Berkata Tumenggung Gending.
“Yaaa……! Ketika dua pasukan di sisi utara sedang bertempur, kita sudah bisa masuk ke keraton. Kita berhak untuk menjarah seisi keraton……!” Berkata Adipati Surabaya.
“Aku tahu, di Kediri tidak ada yang akan mampu mengalahkan aku dan Kakang Tumenggung Pasegi…..!” Berkata Tumenggung Gending.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.