Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(935)
Mataram.
Senopati Kediri menghela nafas panjang dan kemudian katanya; “Ternyata pengetahuan Paman dangkal, hanya sebatas katanya…..!”
“Keparat…..! Anak kemarin sore mau menggurui aku….! Apa maksudmu…..?” Bertanya Ki Tumenggung Pasegi.
Kemudian jawab Senopati Kediri; “Ketahuilah Paman, bahwa Panembahan Senopati itu putra Ki Pemanahan, Ki Pemanahan putra Ki Ageng Nis, Ki Ageng Nis putra Ki Ageng Sela, Ki Ageng Sela putra Ki Ageng Getas Pendawa, Ki Ageng Getas Pendawa putra Ki Lembu Peteng, Ki Lembu Peteng putra putra raja Majapahit – Prabu Brawijaya…..! Apakah Paman belum paham…..?” Sindir Senopati Kediri.
“Aku tidak perduli….! Itu hanya karanganmu saja…..!” Dalih Ki Tumenggung Pasegi.
“Aku tahu, itu hanya dalih saja untuk memusuhi aku. Aku pun tahu, Paman iri karena bukan Paman yang dipercaya oleh Kanjeng Panembahan Senopati…!”
“Keparat…..! Kau memang harus mampus. Kau tahu, tombak-ku ini memiliki warangan yang kuat. Segores kecil akan membuatmu kejang-kejang…..!” Sesumbar Ki Tumenggung Pasegi.
“Marilah Paman, aku layani….!” Berkata Ki Senopati. Namun ia memang harus berhati-hati. Ia pun tahu bahwa tombak milik pamannya itu selalu direndam dengan racun yang kuat.
“Di medan perang tidak ada paman dan keponakan. Yang ada musuh yang harus dibunuh…..!” Berkata Ki Tumenggung Pasegi yang yakin akan dengan mudah membunuh lawannya.
Berkata demikian, Ki Tumenggung Pasegi langsung menerjang Senopati Kediri dengan tombaknya. Namun Senopati Kediri bukanlah anak kemarin sore seperti yang dikatakan oleh Ki Tumenggung Pasegi. Ia mampu menghindari terjangan tombak Ki Tumenggung Pasegi. Namun Ki Tumenggung Pasegi terus memburu. Ia hanya ingin sekedar menggoreskan ujung tombaknya ke kulit Senopati Kediri. Namun Senopati Kediri memang tangguh. Ia selalu mampu berkelit, dan kadang menangkis tombak Ki Tumenggung Pasegi dengan tombaknya. Terjadi benturan yang keras. Namun sama-sama tangguh. Senopati Kediri memang kuat, namun Ki Tumenggung Pasegi kaya pengalaman.
Dalam pada itu, pertempuran di sekitar perkelahian antara Ki Tumenggung Pasegi melawan Senopati Kediri berlangsung dengan sengitnya. Tak sedikit korban berjatuhan dari kedua belah pihak.
Senopati Kediri didampingi oleh Ngabehi Patrabangsa dan Dipati Jagaraga. Dua orang pendamping yang berilmu tinggi pula. Tak heran membuat pasukan bang wetan kewalahan membendung sepak terjang Ngabehi Patrabangsa dan Dipati Jayaraga.
Pasukan bang wetan pun terdesak mundur.
Tiba-tiba terdengar sorak sorai pasukan Kediri. Mereka menyaksikan Ki Tumenggung Pasegi roboh, dadanya tertembus tombak Senopati Kediri. Namun yang tidak diperhitungkan oleh Senopati Kediri terjadilah. Senopati Kediri sedikit lengah, ketika tombaknya masih menghujam dada Tumenggung Pasegi. Sebelum Ki Tumenggung Pasegi roboh, ia sempat melontarkan tombaknya. Dan tombak itu sempat menggoreskan luka kecil di leher Senopati Kediri. Semula Senopati Kediri tidak merasakan apa-apa. Namun ketika para prajurit Kediri masih bersorak sorai karena tewasnya Ki Tumenggung Pasegi, tiba-tiba Senopati Kediri terhuyung dan kemudian jatuh. Ngabehi Patrabangsa segera berlari menghampiri Senopati Kediri yang telah terbaring di rerumputan. Ngabehi Patrabangsa terkejut bukan kepalang ketika menyaksikan wajah dan leher Senopati Kediri membiru dan nafasnya pun telah putus.
“Oooh….., dimas Senopati Kediri telah gugur…..!” Gumam Ngabehi Patrabangsa.
Seketika sorak sorai pun terhenti setelah mereka mengetahui bahwa Senopati Kediri pun telah gugur.
Dipati Jayaraga yang masih di medan laga marah bukan kepalang setelah mengetahui Senopati Kediri gugur.
“Ayoooo……, serbu mereka……!” Teriak Dipati Jayaraga memberi aba-aba kepada pasukannya.
Pasukan magersari yang yang berjumlah empat puluh prajurit, yang sebelumnya berada di belakang Senopati Kediri pun ikut meyerbu pula.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.