Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(942)
Mataram.
Adipati Grobogan berpikir dua tiga kali jika akan melawan permintaan dari Raden Mas Jolang. Ia tahu pasukan Mataram itu terlalu tangguh untuk dilawan. Jika ia hanya demi harga diri, maka akan banyak jatuh korban. Lagi pula, Grobogan tidak ada ikatan dan perjanjian dengan Pati atau pun Blora. Oleh karena itu, Adipati Grobogan memilih untuk menuruti permintaan dari Raden Mas Jolang tersebut.
“Baik Raden, Grobogan tidak akan ikut campur perseteruan antara Pati dengan Mataram. Pasukan Grobogan akan tetap tinggal di kadipaten untuk menjaga ketentraman kawula Grobogan…..!” Berkata Adipati Grobogan.
“Terimakasih Paman, Paman telah bertindak bijak. Kami mohon izin untuk berkemah di hutan perbatasan sambil menunggu pasukan yang besar yang akan menuju ke Blora….!” Berkata Raden Mas Jolang.
“Silahkan Raden, semoga tidak akan pernah terjadi peperangan di mana pun juga…..!” Jawab Adipati Grobogan.
“Itu menjadi harapan kita semua. Pasukan Mataram pun tak ingin ada peperangan. Kami hanya akan menyongsong pasukan dari timur yang ingin melawan Mataram…..!” Berkata Raden Mas Jolang.
Pagi itu, Adipati Grobogan benar-benar membatalkan rencana pasukannya untuk bergabung dengan pasukan Blora dan dari timur yang akan bergabung dengan pasukan Pati. Sedangkan pasukan Mataram telah melanjutkan perjalanan. Mereka tentu akan tiba lebih dahulu dari pasukan yang lain.
Dalam pada itu, pasukan besar yang bermalam di Tingkir, pagi itu juga sudah berangkat menuju perbatasan Blora. Pasukan berkuda yang besar tentu menarik perhatian perhatian di sepanjang perjalanan. Begitu juga para prajurit telik sandi dari Pati. Mereka tertegun menyaksikan prajurit berkuda yang beriringan sangat panjang. Mereka juga tahu bahwa pasukan itu adalah pasukan dari Mataram. Semula mereka mengira akan ke Pati, tetapi ternyata justru ke arah timur. Baru setelah pasukan itu lewat, para prajurit sandi yang mencari tahu itu akhirnya mengerti bahwa pasukan itu akan menghadang pasukan dari timur yang akan bergabung dengan Pati.
“Cerdik juga para petinggi pasukan Mataram itu. Mereka akan memotong ranting-rantingnya terlebih dahulu…..!” Berkata salah seorang prajurit sandi kepada sejawatnya.
“Harus segera kita laporkan kepada Kanjeng Adipati Pati….!” Berkata prajurit sandi itu.
“Ayo kita kembali ke Pati sekarang, semoga belum terlambat….!” Ajak kawannya.
Sementara itu, pasukan besar Mataram telah melewati Grobogan. Para petinggi pasukan itu juga sudah menerima laporan tentang kejadian di Grobogan pagi tadi. Mereka memuji Raden Mas Jolang yang masih muda itu yang mampu menghindari pertempuran di Grobogan. Karena jika terjadi pertempuran, walaupun unggul dalam peperangan, tetap saja akan melemahkan pasukan itu. Terlebih akan melukai pasukan yang dikalahkan. Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Singasari kemudian berembug. Bagaimana jika cara itu juga digunakan di Blora, mumpung pasukan dari timur belum tiba.
“Baik…..! Aku setuju….! Jika demikian, biarlah pasukan Jatinom segera menyusul pasukan Raden Mas Jolang. Dengan pasukan yang lebih besar, tentu Adipati Blora akan berpikir dua tiga kali untuk mengadakan perlawanan….!” Berkata Pangeran Singasari.
Akhirnya diputuskan, pasukan dari Jatinom yang kuat itu diminta untuk mempercepat derap kuda. Pasukan itu agar segera bergabung dengan pasukan Raden Mas Jolang. Dua orang senopati juga telah mendahului pasukan itu untuk mengabarkan kepada Raden Mas Jolang. Kuda-kuda pilihan tak akan banyak menemui halangan dalam perjalanan.
Demikian juga senopati pasukan Jatinom, setelah diberi pengertian secukupnya, pasukan dari Jatinom itu segera memacu kuda-kuda mereka pula. Mereka telah paham dan kagum dengan rencana dari Pangeran Singasari dan Pangeran Mangkubumi. Pasukan Jatinom yang telah teruji dalam setiap pertempuran.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.