Trah Prabu Brawijaya.
Seri 953
Mataram.
Semakin kebelakang dari pasukan bang wetan tersebut, penumpukan prajurit semakin berjubel. Dalam keadaan seperti itu, mereka menjadi sasaran yang empuk bagi pasukan panah atau pasukan lembing dari lawan. Bahkan tanpa mengarahkan bidikan pun, ujung anak panah akan menghujam lawan. Pasukan berkuda dari Mataram di sisi kiri terus merangsek di sisi kiri. Pasukan Pajang yang dipimpin oleh senopati Sawungrana mengimbangi merangsek dari sisi kiri. Sedangkan senopati utama dari pasukan Jatinom yang didampingi para senopati pilihan dari Mataram beserta para prajurit terus menerjang dari arah depan.
Para prajurit dari bang wetan yang sebelumnya bersenda gurau dengan gelak tawa, kini yang terdengar jerit pilu dari mereka.
Peperangan aneh yang seakan tanpa gelar perang, namun sesungguhnya penyerangan yang penuh perhitungan dari para senopati Mataram. Bahkan lawanlah yang sama sekali tidak sempat menggelar gelar perang. Suatu hal yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh para petinggi dari pasukan bang wetan. Mereka memang tidak siap sama sekali akan mendapat serbuan yang sangat mendadak oleh pasukan berkuda yang sangat kuat.
Selama ini, bahkan sejak awal berdirinya negeri Mataram, Panembahan Senopati telah merintis pasukan berkuda. Dimulai dengan latihan berkuda di tanah lapang di Lipura saat itu. Itu tak lepas dari kegemaran Raden Mas Danang Sutawijaya muda yang gemar bermain kuda. Bahkan kemudian berlatih bertempur di atas panggung kuda. Bahkan kemudian dari atas punggung kuda pula ia mampu menaklukkan Harya Penangsang di tepi Bengawan Sore ketika itu. Beruntung pula di kemudian hari mendapatkan kuda unggul dari Adipati Pati yang ditukarkan dengan seekor sapi. Dari bibit seekor kuda unggul tersebut kini pasukan Mataram memiliki pasukan berkuda yang sangat tangguh. Hampir semua kuda dari pasukan berkuda pasukan Mataram tersebut adalah kuda unggul yang teji tinggi besar. Sehingga terbentuklah pasukan berkuda yang tangguh tanggon, sulit dilawan.
Karena selama itu pula, Panembahan Senopati sendiri terlibat langsung dalam menggeleng para senopati dan para prajurit. Bahkan Raden Mas Jolang sang putra pun digemblengnya pula. Dan kini Raden Mas Jolang telah mewarisi ilmu dari sang ayah, Kanjeng Panembahan Senopati.
Dan kini pasukan bang wetan sama sekali tak mampu memberikan perlawanan terhadap serbuan pasukan berkuda dari Mataram. Kini korban prajurit dari pasukan bang wetan sudah tak terhitung jumlahnya. Prajurit dari pasukan bang wetan yang semula jumlahnya lebih banyak dari prajurit di pasukan Mataram. Kini telah sangat banyak berkurang, hanya sedikit yang berhasil menyelamatkan diri. Mereka yang berhasil menyelamatkan diri pun tercerai berai bubar mawut masuk hutan di sekitar arena pertempuran yang tidak seimbang itu.
Kini pasukan Mataram telah sampai diujung paling belakang dari pasukan bang wetan. Namun sudah tidak ada prajurit yang menghadang. Pasukan dari bang wetan sungguh tumpas tapis tak bersisa. Bahkan para prajurit pembawa perlengkapan makanan dan para prajurit juru masak pun lari tunggang langgang menyelamatkan diri meninggalkan perbekalan mereka.
Korban prajurit lawan kali ini jauh lebih banyak dari korban prajurit dari pasukan Grobogan, pasukan Rembang dan pasukan Blora yang telah mereka libas sebelumnya. Sedangkan korban dari pihak pasukan Mataram sangat sedikit. Sedangkan korban dari pihak lawan bergelimpangan di sepanjang jalan setapak itu. Banyak dari mereka yang telah tewas.
Raden Mas Jolang memang ingin menegakkan wibawa Mataram terhadap kadipaten-kadipaten di telatah bang wetan dengan cara seperti itu. Selama ini selalu saja muncul pemberontakan dari wilayah bang wetan silih berganti. Dengan menumpas pemberontakan seperti itu dipastikan para adipati dari bang wetan berpikir beberapa kali untuk berani berontak terhadap Mataram.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.