Trah Prabu Brawijaya.
Seri 961
Mataram.
Dalam pada itu, pasukan Mataram yang dipimpin oleh Pangeran Singasari dan Pangeran Mangkubumi tengah mengatur diri. Separuh dari pasukan itu tetap tinggal di perkemahan. Namun yang separuh itu adalah para prajurit pilihan.
Mereka akan memberi kesan bahwa pasukan Mataram tidaklah besar. Diharapkan, pasukan Pati akan penuh semangat menyerbu pasukan Mataram itu. Para prajurit Pati akan mengira akan dengan mudah melumpuhkan pasukan Mataram. Sedangkan pasukan yang separuh lagi telah disebar di kiri kanan jalan yang akan dilalui oleh pasukan Pati. Para prajurit itu menggelar gelar perang Baris Pendem, yaitu bersembunyi di sepanjang jalan itu. Mereka menyadari bahwa pasukan Pati memang jauh lebih besar dari pasukan yang berkemah di lereng gunung Kendeng itu. Jika pasukan Pati tidak dikurangi kekuatannya sebelum bentrokan, pasti akan terasa berat bagi pasukan Mataram. Seperti pasukan yang dipimpin oleh Raden Mas Jolang sebelumnya, mereka memanfaatkan senjata lontar seperti anak panah dan lembing untuk mengurangi kekuatan lawan. Mereka pun menyadari bahwa pasukan Pati yang besar itu pasti juga ada pasukan yang membawa tameng dan anak panah. Namun demikian, pasukan Mataram itu ingin memanfaatkan kesempatan dan keadaan yang lebih menguntungkan. Sebelum pasukan Pati itu benar-benar siap, harus sudah diserang terlebih dahulu.
Dalam pada itu, pasukan Pati memang mengirim prajurit untuk mendahului dan untuk meyakinkan bahwa pasukan Mataram tidak tinggal glanggang colong playu – meninggalkan medan perang sebelum pertempuran.
Dua orang prajurit yang mendahului itu bisa menyaksikan bahwa pasukan Mataram tidaklah sebesar yang diperkirakan. Dan sepertinya mereka hanya duduk-duduk dengan malas.
“Pasukan yang bermalas-malasan, mereka tidak tahu bahwa sebentar lagi digulung oleh pasukan kita…..!” Berkata salah seorang prajurit Pati.
“Ayo segera kita laporkan agar pasukan itu tidak keburu lari menyelamatkan diri…..!” Sahut kawannya.
Kedua orang prajurit utusan dari pasukan Pati itu segera berlari untuk kembali ke pasukan Pati yang masih dalam perjalanan.
Namun prajurit utusan itu tak luput dari pengawasan prajurit Mataram. Bahkan para prajurit Mataram sengaja membiarkan prajurit dari Pati itu untuk mengawasi mereka. Dan kemudian dibiarkannya mereka melaporkan ke pasukan Pati. Namun mereka yang di balik gerumbul perdu tidak dilihat oleh prajurit utusan pasukan Pati.
Prajurit utusan itu telah sampai di hadapan para petinggi pasukan Pati. Dengan tergopoh-gopoh prajurit utusan itu melaporkan apa yang mereka saksikan.
“Pasukan kecil yang bermalas-malasan, gusti senopati….!” Lapor prajurit utusan itu kemudian.
“Laporkan secara rinci…..!” Pinta senopati pasukan Pati.
Dua orang prajurit utusan tersebut kemudian melaporkan secara rinci apa yang mereka lihat. Keduanya saling melengkapi.
“Ha ha ha ha….. Suwe mijet wohing ranti – semudah memijit buah ranti…..!” Berkata salah seorang senopati Pati.
“Ayo kita percepat langkah kita…..!” Perintah senopati utama dari pasukan Pati. Mereka khawatir bahwa pasukan Mataram
“Pasukan……! Langkah cepaaaat……!” Teriak salah satu senopati.
Pasukan pun segera berderap lebih cepat, bahkan berlari-lari kecil.
Mereka penuh semangat ingin segera menggempur pasukan Mataram di lereng gunung Kendeng yang sudah tidak jauh lagi. Kini perkemahan pasukan Mataram telah tampak oleh para prajurit di barisan depan pasukan Pati.
Pasukan Mataram pun kini telah bersiaga sepenuhnya. Ketika kemudian terdengar panah sendaren bergaung di udara. Empat lima panah sendaren yang mengarah ke barat dan ke timur dan lurus ke atas.
“Awas siagaaa….!” Teriak senopati Pati. Namun ketika para prajurit Pati masih terkejut, hujan anak panah dari segala arah. Prajurit bertameng segera melindungi diri. Namun sedikit terlambat sehingga beberapa ujung anak panah mengenai sasaran.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.