Trah Prabu Brawijaya.
Seri 962
Mataram.
Ujung barisan pasukan Pati terpaksa berhenti. Namun mereka pun tak puput dari hujan anak panah. Yang membawa tameng bisa berlindung, namun yang tidak ber-tameng banyak yang menjadi korban. Para prajurit Pati yang telah bersiap untuk menyerbu perkemahan itu tidak menduga sama sekali jika mereka yang mendapat serangan. Serangan anak panah dari samping kiri dan kanan itu terlalu sulit untuk dielakkan. Bahkan ketika ujung pasukan itu sedang sibuk melindungi diri dari hujan anak panah, pasukan Mataram yang semula berada di perkemahan, kini serentak menyerbu pasukan Pati.
Ujung pasukan Pati yang tidak besar itu kalang kabut mendapat serbuan pasukan Mataram yang serentak. Sementara prajurit-nya sudah banyak yang terluka oleh ujung anak panah. Mereka tidak bisa melarikan diri ke kanan atau ke kiri. Karena hujan anak panah tidak semakin reda. Yang masih sempat, mereka berlari ke belakang. Namun itu pun tidak mudah karena serbuan pasukan Mataram bagai banjir bandang melanda sungai kecil. Apu pun yang menghalangi akan diterjang. Bahkan pasukan bertameng tak banyak bisa memberi perlawanan. Mereka pun diterjangnya pula. Pangeran Singasari yang berilmu tinggi pun ikut di barisan depan pasukan Mataram. Namun demikian, pasukan Pati di barisan tengah dan belakang belum mendapat serangan anak panah. Barisan pasukan Pati yang panjang itu tidak terjangkau oleh pasukan panah di kiri dan kanan barisan itu. Pasukan Pati kini melebar untuk menyongsong pasukan Mataram. Walau korban dari pasukan Pati cukup banyak, namun jumlah keseluruhan yang besar masih akan mampu memberikan perlawanan. Bahkan dengan keyakinan yang tinggi anak mampu membalikkan keadaan.
Kini pasukan panah dari pasukan Mataram di kiri dan kanan menjadi sayap kiri dan sayap kanan gelar perang pasukan Mataram. Pertempuran yang sesungguhnya dari dua pasukan yang besar benar-benar telah terjadi.
Sementara itu, pertempuran sengit juga sedang berlangsung jauh di belakang pasukan Pati.
Pasukan berkuda dari Pati yang semula menjadi pasukan cadangan dari pasukan Pati, kini dihadang oleh pasukan pilihan dari Jatinom. Pasukan dari Jatinom adalah pasukan yang amat terlatih. Mereka di barak di Jatinom setiap harinya hanya berlatih dan berlatih menggembleng olah kanuragan secara pribadi maupun dalam kesatuan. Dan mereka sudah berpengalaman bertempur di berbagai medan. Sedangkan para prajurit Pati walaupun mereka juga memiliki bekal olah kanuragan yang cukup, namun banyak yang belum berpengalaman di medan pertempuran. Mereka juga amat terlatih bertempur dari atas punggung kuda. Tak heran jika banyak dari mereka yang canggung di peperangan yang bertaruh nyawa itu. Lambat tetapi pasti, pasukan dari Jatinom yang dipimpin langsung oleh senopati utama itu mendesak mundur pasukan Pati. Bahkan dari sisi senjata, pasukan berkuda dari Jatinom itu juga lebih siap. Mereka mempersenjatai diri dengan senjata yang bertangkai panjang. Tombak dan trisula maupun canggah bertangkai lebih panjang dari senjata sejenisnya yang lumrah. Mereka akan bisa lebih panjang menjangkau lawan dari atas kuda. Sedangkan para prajurit dari pasukan Pati hanya dengan senjata sewajarnya sesuai dengan kesenangan masing-masing prajurit. Bahkan ada yang bersenjata keris dan pisau belati serta pedang pendek. Dan jika ada yang bersenjata tombak, trisula atau canggah, senjata-senjata itu tidak lebih panjang dari senjata para prajurit lawannya. Belum lagi kuda-kuda dari pasukan Jatinom itu lebih tegar dan lebih kuat dan besar dari kuda-kuda milik pasukan Pati. Kuda-kuda itu juga banyak yang merupakan keturunan kuda dari Mataram yang memang unggul.
Para prajurit berkuda dari Pati itu benar-benar mengalami kesulitan untuk menahan serbuan para prajurit dari Jatinom. Tak sedikit para prajurit itu yang telah terpental dari punggung kuda dan tak mampu bangkit lagi. Sedangkan kuda-kudanya berlarian tak tahu arah.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.