Trah Prabu Brawijaya.
Seri 964
Mataram.
Namun betapa terkejutnya para prajurit di barisan belakang itu. Yang terlihat bukan umbul-umbul dan panji-panji pasukan Pati. Tetapi umbul-umbul dan panji yang tidak mereka kenal. Lebih terkejut lagi ketika prajurit berkuda itu langsung menerjang mereka. Mereka mengira yang datang adalah pasukan cadangan prajurit berkuda dari Pati. Mereka tidak siap mendapat terjangan pasukan berkuda dengan kuda-kuda yang tinggi besar. Senjata-senjata mereka senjata bertangkai panjang sehingga mampu menggapai para prajurit yang di tanah. Dalam gebrakan yang tiba-tiba itu telah banyak jatuh korban di pihak pasukan Pati. Namun terjangan pasukan berkuda yang kemudian mereka ketahui dari pasukan Jatinom itu tidak berhenti di gebrakan pertama. Mereka terus merangsek pasukan Pati dari arah belakang pasukan Pati secara keseluruhan. Korban pun berjatuhan di pihak pasukan Pati. Mereka pun kemudian tahu bahwa pasukan cadangan pasukan berkuda dari Pati telah diporakporandakan oleh pasukan yang menyerbu itu. Pasukan Pati benar-benar sulit memberikan perlawanan.
Tak kalah tangguhnya adalah pasukan berkuda yang datang dari arah timur. Pasukan gabungan dari Mataram yang dipimpin oleh Raden Mas Jolang dan pasukan dari Pajang yang dipimpin oleh senopati Sawungrana. Mereka melibas pasukan Pati yang tidak berkuda. Pasukan berkuda dari Mataram adalah pasukan yang tangguh dan kaya akan pengalaman berperang yang sesungguhnya di medan pertempuran. Mereka, pasukan itu telah lama dan terus menerus selalu digembleng di tanah lapang Lipura. Panembahan Senopati sendiri sering ikut memberi latihan kepada pasukan berkuda itu. Demikian pula Ki Juru Martani sering memberi arahan kepada para prajurit yang sedang berlatih. Tak heran jika pasukan itu sungguh tangguh tanggon.
Pasukan Pati dengan cepat terdesak mundur.
Dalam pada itu, pasukan Pati dari arah barat juga mendapat tekanan yang berat dari lawannya. Mereka kemudian tahu bahwa pasukan itu adalah pasukan dari Demak. Para petinggi pasukan Pati sama sekali juga tidak memperhitungkan bahwa pasukan Demak akan terlibat dalam pertempuran antara Pati dengan Mataram. Pada saat-saat terakhir, Adipati Pati mendapat jaminan bahwa Demak tidak akan ikut campur. Mereka akan bersikap netral. Namun yang terjadi, pasukan Demak telah terlibat dalam pertempuran dan ada di pihak Mataram. Pasukan darat dari Demak itu pun mendesak pasukan Pati dari arah barat.
Tak kalah menggetarkan pasukan Pati adalah pasukan lawan dari arah selatan. Mereka adalah pasukan yang semula akan digempur oleh pasukan Pati. Pasukan yang sejak kemarin berkemah di lereng gunung Kendeng. Pasukan itu pun terdiri dari para prajurit pilihan yang sengaja dikirim ke Pati. Pasukan yang dipimpin dua orang pangeran kakak beradik. Mereka adalah Pangeran Singasari dan Pangeran Mangkubumi yang berilmu tinggi. Tak heran jika pasukan Pati yang semula di barisan depan itu kini terdesak mundur jauh kebelakang. Celakanya, para prajurit di bagian belakang juga didesak oleh pasukan dari Jatinom.
Pasukan Pati benar-benar tak berdaya karena didesak dari segala penjuru, dari selatan, dari timur, dari utara dan dari barat.
Sorak sorai menggetarkan padang pertempuran itu ketika pasukan gabungan dari Mataram itu telah saling bertemu. Lawan sungguh-sungguh sudah tidak ada perlawanan lagi dengan korban yang teramat banyak. Karena hampir mustahil para prajurit Pati bisa meloloskan diri dari kepungan gabungan pasukan Mataram. Namun yang mustahil itu terjadi juga. Adipati Pati bersama para pengawalnya yang berilmu tinggi berhasil lolos dari kepungan. Adipati Pati beserta para pengawalnya itu tahu bahwa titik lemah dari pasukan pengepung itu adalah pasukan Demak. Maka mereka berhasil menerobos ke arah barat.
Adipati Pati bersama para pengawalnya itu terus berlari ke arah barat lewat jalan setapak di lereng gunung Kendeng itu dan kemudian masuk ke dalam hutan.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.