Trah Prabu Brawijaya.
Seri 965
Mataram.
Dalam pada itu, Raden Mas Jolang sedang mencari sang paman, Kanjeng Adipati Pati. Terutama di antara mereka yang terluka atau bahkan yang telah gugur. Dan ia juga memerintahkan kepada siapa pun untuk memberi khabar keberadaan Kanjeng Adipati Pati itu. Namun sama sekali tidak diketemukan. Baru kemudian ada khabar dari para prajurit Demak, bahwa Kanjeng Adipati Pati lolos bersama beberapa pengiringnya ke arah barat. Raden Mas Jolang percaya dengan khabar itu sehingga kemudian tidak meneruskan pencarian terhadap Kanjeng Adipati Pati. Dalam batin Raden Mas Jolang bersyukur bahwa sang paman tetap selamat, tidak menjadi korban dari para senopati Mataram. Bagaimana pun, sang adipati adalah pamannya sendiri.
Setelah dipastikan bahwa sudah tidak ada perlawanan lagi dari para prajurit Pati, para petinggi Mataram kemudian berembug untuk menentukan langkah.
Salah seorang senopati Mataram mengusulkan agar pasukan Mataram menyerbu Pati dan kemudian menjarah kekayaan dari keraton Pati. Demikian pula para wanita Pati bisa menjadi putri boyongan. Penjarahan terhadap negeri yang kalah perang adalah lumrah. Dengan dalih untuk mengganti biaya perang dan untuk tebusan bagi para prajurit yang gugur. Juga bisa sebagai upah bagi para prajurit yang menang perang. Tak heran jika dikemudian hari banyak keraton yang pernah kalah perang menjadi tidak berbekas. Bahkan keratonnya pun bisa dirobohkan dan kemudian dijarah tanpa sisa. Apalagi bagi sebuah negeri yang memberontak. Namun Raden Mas Jolang tidak menyetujuinya. Bagaimana pun, ibunda dari Raden Mas Jolang berasal dari keraton Pati pula. Dan Ki Penjawi sang pendiri keraton Pati adalah eyangnya sendiri.
Mereka kemudian memutuskan untuk semua pasukan kembali ke kesatuan masing-masing. Penghargaan bagi kesatuan dan pribadi akan ditentukan kemudian. Biarlah Kanjeng Panembahan Senopati sendiri nantinya yang memutuskan penghargaan yang pantas bagi semuanya. Yang bisa di sita saat itu adalah segala perbekalan perang prajurit Pati. Perbekalan itu bisa untuk bekal bagi pasukan yang akan kembali ke kesatuan masing-masing. Demikian pula senjata-senjata yang berserakan serta yang masih dalam genggaman para prajurit yang terluka semua disita pula. Demikian pula kuda-kuda dan kereta yang milik pasukan Pati disita pula.
Mereka kemudian menyetujui pendapat dari Raden Mas Jolang tersebut.
Para prajurit gabungan dari Mataram kemudian sibuk mengumpulkan senjata-senjata dan perbekalan milik pasukan Pati. Barang-barang sitaan tersebut terkumpul banyak juga. Bagi para prajurit diperkenankan untuk membawa satu senjata sitaan dari para prajurit Pati tersebut. Akhirnya semua kebagian senjata-senjata tersebut, bahkan masih tersisa. Tak sedikit dari para prajurit Pati yang menjadi korban itu bersenjatakan rangkap. Di samping memegang senjata andalan untuk maju perang, di punggung mereka juga terselip sebuah keris sebagai sipat kandel. Tak sedikit pula dari keris-keris itu yang berlapis emas berlian. Keris-keris itu untuk sementara dikumpulkan di kereta untuk dibawa ke Mataram.
Para prajurit yang tergabung dalam kesatuan pasukan Mataram yang menang perang itu tidak kecewa karena tidak menyita kekayaan keraton Pati. Mereka tetap bangga karena menang perang secara keseluruhan. Bahkan kesatuan pasukan yang dipimpin oleh Raden Mas Jolang dalam sekali lawatan mampu menundukkan pasukan Grobogan, pasukan Rembang, pasukan Blora dan kemudian pasukan dari bang wetan yang besar. Dan kini ikut terlibat dalam menundukkan pasukan Pati. Dan korban dari pasukan Mataram amat sedikit.
Raden Mas Jolang tetap meminta agar seluruh pasukan untuk singgah di Mataram dahulu. Baik pasukan dari Jatinom, dari Pajang dan seluruh prajurit Mataram. Bahkan yang dari Demak diminta pula untuk hadir di Mataram.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.