Trah Prabu Brawijaya.
Seri 967
Mataram.
Sementara itu, Kanjeng Adipati Pati dan para pengiringnya sempat bersembunyi di tepi hutan. Setelah beberapa saat, mereka yakin bahwa tak ada pasukan Mataram yang mengejarnya. Mereka kemudian melanjutkan pelariannya. Mereka menuju ke arah barat. Tempat yang dahulu pernah untuk singgah ketika menghindari pasukan Mataram pula. Ketika dahulu pasukan Pati juga dikalahkan oleh pasukan Mataram dalam pertempuran di sebelah utara Prambanan. Saat itu pasukan Pati singgah di sebuah bukit di sebelah timur Semarang. Di sana saat itu pasukan Pati beberapa waktu singgah dan membuat pesanggrahan. Tempat itu kemudian mereka namakan Gunung Pati. Dan sekarang Kanjeng Adipati Pati beserta para pengiringnya akan kembali ke tempat itu sambil menunggu perkembangan keadaan. Mereka masih mengira bahwa pasukan Mataram pasti menjarah keraton Pati. Mereka belum tahu bahwa pasukan Mataram telah meninggalkan lereng gunung Kendeng untuk kembali ke Mataram.
Dalam pada itu, pasukan berkuda Mataram pun harus bermalam di perjalanan. Mereka memilih bermalam di Pengging. Karena banyak diantara para prajurit Mataram itu yang orang tuanya berasal dari Pengging. Lagi pula masih banyak sanak saudaranya yang masih tinggal di Pengging. Dengan demikian mereka tidak mengalami kesulitan untuk mencari tempat bermalam. Bahkan Ki Demang Pengging menyambut gembira kedatangan pasukan Mataram tersebut. Terlebih setelah tahu bahwa pasukan Mataram itu baru saja memenangkan peperangan di wilayah utara dari pulau ini. Namun demikian, tiga orang prajurit yang diutus untuk mendahului seluruh pasukan tidak bermalam di perjalanan. Mereka ingin segera mengabarkan kemenangan pasukan Mataram itu kepada Kanjeng Panembahan Senopati. Walau demikian, beberapa kali mereka harus beristirahat untuk memberi kesempatan kepada kuda-kuda mereka beristirahat.
Sementara itu, pasukan dari bang wetan sungguh-sungguh telah tercerai berai. Mereka ingin segera pulang ke tempat asal masing-masing. Mereka semula membayangkan akan kemenangan dalam pertempuran melawan pasukan Mataram. Namun yang terjadi sungguh diluar perhitungan mereka, mereka hancur lebur tercerai berai.
Sejak saat itu, negeri-negeri di bang wetan berhitung beberapa kali untuk berani berontak terhadap Mataram. Mereka mengakui ketangguhan pasukan Mataram. Madiun, Kediri, Surabaya, Pasuruan beserta beberapa kadipaten di bang wetan pernah ditaklukkan oleh Mataram. Pasukan Mataram memang tangguh, terutama pasukan berkudanya.
Dalam pada itu, pasukan Mataram disambut dengan gegap gempita oleh kawula Mataram. Mereka sebelumnya telah mendengar khabar bahwa pasukan Mataram telah menang perang di beberapa medan pertempuran. Mereka mengelu-elukan para pahlawan mereka. Nama Raden Mas Jolang mulai disebut-sebut, bahkan dielu-elukan oleh kawula Mataram. Dia sebagai seorang pangeran yang digadang akan meneruskan kepemimpinan di Mataram. Diharapkan pula, Raden Mas Jolang akan mewarisi ilmu dan kesaktian sang ayah yakni Panembahan Senopati. Dia masih muda dan tampan, setampan sang ayah. Dia pun telah terbukti mampu memimpin pasukan yang besar dan pasukan itu mampu menundukkan lawan-lawan-nya.
Nama Pangeran Singasari dan Pangeran Mangkubumi pun dielu-elukan oleh kawula Mataram. Demikian pula pasukan dari Jatinom yang tangguh pun disambut dengan gegap gempita pula. Nama senopati utama dari pasukan Jatinom pun dikagumi oleh kawula Mataram. Para prajurit yang tergabung dalam pasukan dari Jatinom pun berbangga karenanya. Yang tak kalah meriah adalah sambutan kepada pasukan Pajang yang dipimpin oleh senopati setengah baya – senopati Sawungrana. Pasukan Pajang yang dahulu dalam perang di Prambanan sebagai lawan pasukan Mataram. Namun kini bergabung di pihak Mataram.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.