Trah Prabu Brawijaya.
Seri 968
Mataram.
Para prajurit dari Jatinom maupun dari Pajang tidak mengira akan menerima sambutan yang sedemikian meriah. Mereka belum pernah mendapat sambutan seperti itu sebelumnya. Bahkan ketika di Jatinom bagi prajurit dari pasukan di Jatinom maupun di Pajang bagi pasukan Pajang. Bahkan pasukan dari Demak pun dielu-elukan pula. Para prajurit Demak banyak yang belum pernah berkunjung ke Mataram. Mereka kagum akan kemajuan negeri Mataram. Mereka pun ikut bangga menjadi bagian dari pasukan Mataram yang besar.
Itu terjadi karena kawula Mataram telah mendengar tentang kemenangan besar dari pasukan Mataram bersama pasukan Jatinom dan dari Pajang dan juga pasukan Demak.
Alun-alun Mataram berubah menjadi lautan manusia yang ingin mengetahui lebih dekat dengan para prajurit yang menang perang itu. Para prajurit pun senang karenanya. Pihak keraton bersama kawula di sekitar keraton telah menjamu para prajurit itu. Aneka hidangan tersedia bagi para prajurit dari berbagai wilayah itu.
Dalam kesempatan itu, Panembahan Senopati berkenan memberi penghargaan kepada mereka selaras dengan pangkat dan kedudukannya.
Namun akhirnya, mereka harus kembali ke tempat asal mereka masing-masing.
Yang dari Demak kembali ke Demak, yang dari Jatinom kembali ke Jatinom, yang dari Pajang kembali ke Pajang. Namun demikian, mereka kembali dalam suasana bergembira suka ria.
Para prajurit Mataram pun kembali ke kesatuan masing-masing. Mereka bangga menjadi prajurit Mataram yang menang besar dalam lawatan beberapa waktu yang lalu. Namun cerita kemenangan besar itu masih selalu menjadi bahan perbincangan di tengah warga Mataram. Cerita yang berkembang bahwa pasukan Mataram mampu menggulung secara berturut-turut, pasukan Grobogan, pasukan Rembang, pasukan Blora, pasukan Lasem, pasukan Warung, pasukan Tuban yang didukung oleh banyak prajurit dari berbagai kadipaten di bang wetan. Semua ditundukkan oleh pasukan Mataram. Bahkan kemudian pasukan Pati yang besar dan kuat pun berhasil dihancurkan. Yang selalu menjadi perbincangan adalah Raden Mas Jolang, putra Kanjeng Panembahan Senopati yang memimpin pasukan yang besar itu. Putra Kanjeng Panembahan Senopati yang digadang akan diangkat menjadi putra Mahkota.
Kini keraton Mataram kembali menjalankan pemerintahan seperti sebelumnya. Namun wibawa Mataram semakin terangkat dan pasukan Mataram semakin disegani.
Sementara itu, Kanjeng Panembahan Senopati yang merupakan kakak ipar dari Adipati Pragola Pati menerima permintaan dari sang permaisuri. Sang permaisuri adalah kakak kandung dari Adipati Pati yang konon masih di pengasingan di Gunung Pati sebelah timur Semarang. Permintaannya adalah agar sang adik tetap sebagai adipati di Pati. Dan itulah yang terjadi kemudian.
Setelah peristiwa perang besar tersebut, dalam kurun waktu yang cukup lama tidak terjadi perlawanan terhadap Mataram dari kadipaten-kadipaten. Baik dari pesisir utara, bang kulon, bang tengah maupun bang wetan. Negeri Mataram semakin disegani.
Alkisah, ketenaran Mataram di pulau Jawa terdengar pula sampai jauh di seberang lautan. Setelah beberapa waktu sebelumnya, pasukan Belanda atau lebih dikenal dengan sebutan Bangsa Landa beberapa kali berperang melawan penguasa-penguasa di pulau Jawa. Kini penguasa Spanyol tertarik dengan pulau Jawa yang konon tanahnya subur makmur loh jinawi. Segala jenis tanaman bisa tumbuh subur dan berbuah lebat di tanah itu. Berbagai macam rempah pun tumbuh subur di tanah Jawa. Berbagai macam rempah memang amat disukai oleh bangsa berkulit putih di negeri yang dingin. Konon saat itu, negeri Belanda pun di bawah kuasa dari negeri Spanyol. Salah seorang bangsawan Spanyol saat itu tertarik untuk berkunjung ke tanah Jawa. Berangkatlah sang bangsawan bersama para pengikutnya dengan kapal besar ke tanah Jawa yang cukup jauh dengan menyeberangi lautan luas. Bangsawan tersebut adalah Baron Sekeber.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.