Trah Prabu Brawijaya.
Seri 969
Mataram.
Perjalanan Baron Sekeber bersama para pengiringnya dengan kapal besar berjalan lancar. Karena nahkoda kapal berpengalaman mengarungi samudra luas. Perjalanan pun telah sampai di laut sebelah utara pulau Jawa. Namun yang tidak diperhitungkan terjadilah. Angin badai tiba-tiba melanda kapal yang besar itu. Badai yang menyerupai puting beliung itu pun melanda kapal itu. Kapal yang sebagian besar terbuat dari kayu itu tak mampu bertahan. Kapal pun hancur pecah berantakan. Para penumpang pun terhempas jatuh ke laut. Mereka mencoba mencari selamat masing-masing. Demikian pula Baron Sekeber. Ia berhasil meraih potongan papan yang bisa untuk tengkurap. Dan kemudian bisa meraih potongan papan kecil yang bisa untuk mendayung. Para penumpang yang lain pun berusaha untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Sedangkan barang-barang di dalam kapal tidak ada yang bisa diselamatkan. Angin badai akhirnya reda juga. Laut kembali tenang. Baron Sekeber masih sadarkan diri, namun ia tak tahu arah. Namun kemudian ia bisa melihat pucuk sebuah gunung, sedangkan daratannya belum terlihat. Secercah harapan ada di benak Baron Sekeber. Ia kemudian berusaha mendayung dengan potongan papan kecil itu sambil tengkurap di potongan papan yang lebih besar. Beberapa saat Baron Sekeber terus mendayung. Ia tidak melihat para pengiringnya. Ia tidak tahu nasib mereka. Yang paling penting bagi Baron Sekeber adalah menyelamatkan diri sendiri. Sedikit beruntung karena Baron Sekeber memiliki bekal olah kanuragan dan pandai berenang, bahkan ia pun pandai menyelam. Beruntung pula bahwa sebelum terjadi badai, ia telah makan dan minum secukupnya. Tubuhnya yang kekar dan bugar mendukung usahanya untuk segera sampai ke daratan.
Usahanya berhasil, ia pun telah bisa menginjakkan kaki di pantai. Namun demikian, ia sangat kelelahan sehingga terbaring di tepi pantai, walau tubuh yang kekar dan bugar. Namun ketahanan tubuh ada batasnya. Ia tertidur atau pingsan tak ia sadari. Namun akhirnya ia terjaga pula. Beberapa saat ia baru bisa memulihkan ingatannya. Ia mulai ingat bahwa sebelumnya ia naik kapal bersama para pengiringnya. Namun kemudian datang badai puting beliung yang menghancurkan kapalnya. Dan kemudian ia berhasil sampai di tepian laut ini. Beberapa saat ia mengedarkan pandangan ke segala penjuru, namun tidak ada siapa-siapa. Ia tidak tahu bagaimana keadaan kawan-kawan dan awak kapal yang lain. Ia terperangah sendiri ketika menyadari bahwa ternyata pakaiannya compang-camping dan bahkan tak bersepatu dan celana panjang-nya pun lepas. Demikian juga baju luarnya lepas pula.
“Aaach….., keadaaku seperti ini…..!” Desis Baron Sekeber dengan bahasanya sendiri.
Namun Baron Sekeber terkejut dan kemudian menoleh ketika mendengar suara orang berbincang.
“Embok….., itu orangnya…..!” Suara seorang wanita.
“Yaaa…., ayo kita hampiri. Mungkin butuh pertolongan…..!” Jawab suara wanita yang lain.
“Tadi aku lihat ia tertidur dan sekarang sudah terjaga…..!” Suara wanita yang lebih muda. Wanita itu memang telah melihat terlebih dahulu ada seseorang yang terbaring di tepi pantai. Sepertinya orang asing karena berkulit putih dan perawakan yang lebih besar dari orang kebanyakan di telatah itu. Kemudian ia bergegas pulang untuk memberitahukan kepada emboknya.
Orang itu kemudian berusaha untuk duduk, namun dengan menutupi bagian tubuhnya yang kurang pantas.
“Ayo Nduuk….., kita dekati. Mungkin ia memerlukan bantuan…..!” Berkata si Embok yang memang embok dari si wanita muda itu.
Dengan melangkah pelan, dua orang wanita tua dan muda – embok dan anaknya itu mendekati Baron Sekeber yang duduk namun nampak terlihat lemah. Meskipun demikian, Baron Sekeber tersenyum menyambut kedatangan dua orang wanita itu. Secercah harapan akan mendapat bantuan dari orang yang datang itu. Ia yakin di tepi pantai itu ada perkampungan yang akan bisa menerima kehadirannya sebagai orang asing.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.