Trah Prabu Brawijaya.
Seri 975
Mataram.
Baron Sekeber.
Sedangkan Genduk Suli masih lelap tertidur. Bahkan ia kini miring menghadap ke kanan, ke arah Baron Sekeber berbaring. Namun nampaknya ia tidak menyadari hal itu. Baron Sekeber sendiri yang tertidur terlentang tampaknya juga sudah tertidur pulas.
Kokok ayam jago yang begitu dekat dengan berbaringnya Baron Sekeber membuat ia terjaga. Bahkan kokok ayam tersebut beberapa kali yang berada di sebalik dinding bambu tempat Baron Sekeber berbaring. Ia terkejut dan berdebar ketika tangannya tak sengaja menyentuh tangan halus di sampingnya. Ketika ia menoleh ke kiri, dilihatnya Genduk Suli begitu dekat dengannya. Ketika ia sedikit melongok, tidak terlihat Mbok Iyem berbaring di samping Genduk Suli. “Ke manakah ia?” Batin Baron Sekeber. Namun kemudian ia mendengar sedikit berisik di luar rumah. Mungkin Mbok Iyem sedang di luar.
Beberapa saat ia perhatikan wajah cantik di sampingnya yang sepertinya masih tertidur pulas. Mungkin gadis itu tidak terganggu oleh suara kokok ayam di sampingnya karena sudah terbiasa. Namun dengan pelan ia menarik tangannya yang bersinggungan dengan tangan gadis cantik itu.
“Heeeem….., tangan yang halus. Lebih halus dari tangan sang istri yang berbulu tipis yang jauh di negerinya…..!” Batin Baron Sekeber. Beberapa saat Baron Sekeber tidak bisa segera tidur kembali. Terlebih setelah terdengar pula kicauan burung yang riuh namun merdu tak jauh dari tempat itu. Lamunan Baron Sekeber kembali melayang jauh. Dan sesekali ia melirik wajah cantik di sampingnya. Namun yang dilirik yang masih tertidur pulas tak menyadarinya. Ia kembali terlentang menatap atap daun kelapa yang tidak tinggi itu. Atap yang sederhana namun mampu menahan air hujan sehingga tidak trocoh – bocor. Namun demikian, panggilan alam tak bisa ditolak. Ia kemudian terbangun. Sejenak ia duduk di tepi amben bambu dengan kaki menapak lantai tanah berpasir yang lembab. Diliriknya kaki Genduk Suli yang begitu dekat dengan tempat ia duduk. Kaki yang sedikit tidak tertutup karena kainnya tersingkap. Namun Baron Sekeber kemudian bangun berdiri dan kemudian melangkah ke pintu yang sedikit terbuka.
“Heee….., mau ke mana…..?” Bertanya Mbok Iyem yang melihatnya. Namun yang ditanya hanya celingukan karena tidak paham dengan yang dikatakan oleh Mbok Iyem itu. Beberapa saat Baron Sekeber celingukan seakan mencari sesuatu. Mbok Iyem kemudian teringat kebiasaan suaminya dahulu ketika masih hidup. Setiap bangun pagi pasti buang hajat kecil atau pun besar.
Mbok Iyem sedikit bingung bagaimana caranya untuk memberi tahukan hal itu. Ia kemudian menunjuk-tunjuk ke arah sungai dan dengan gerakan tangan dah tubuhnya agar tamu asingnya itu paham. Baron Sekeber tersenyum setelah paham maksud dari Mbok Iyem. Di keremangan pagi itu, Baron Sekeber kemudian melangkah menuju sungai yang tidak jauh dari rumah itu.
Ketika suara anak-anak ayam riuh di samping dinding, Genduk Suli terjaga. Ia sedikit terkejut karena tidak ada siapa-siapa di sampingnya. Sebenarnya ia tahu bahwa di samping kirinya emboknya berbaring dan di samping kanannya Baron Sekeber berbaring.
“Mbok…..?” Panggil Genduk Suli.
“Ini lagi menjerang air…..!” Berkata Mbok Suli dari luar rumah.
“Lhah di mana Baron, Mbok…..?” Bertanya Genduk Suli.
“Ooo…., dia ke sungai…..!” Jawab Mbok Iyem.
Genduk Suli kemudian bangkit berdiri dan kemudian menghampiri embok-nya di dapur.
“Mau membuat sarapan apa Mbok….?” Bertanya Genduk Suli setelah duduk di depan tungku sambil berdiang di perapian yang masih menyala.
“Tela pendem godog saja yang mudah dan membuat wedang jahe gula kelapa…..!” Jawab Mbok Iyem.
“Apakah Baron sudah lama pergi ke sungai, Mbok…?” Bertanya Genduk Suli.
“Belum….., biarlah ia sendiri…..!” Jawab Mbok Iyem.
Sementara itu, Baron Sekeber tidak merasa dingin di tepi pantai itu. Karena di negerinya jauh lebih dingin. Bahkan ia ingin kembali mandi di pagi buta yang masih gelap itu.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.