Trah Prabu Brawijaya.
Seri 983
Mataram.
Baron Sekeber.
Danurwenda dan Sirwenda sepertinya sangat senang berlarian dan berkejaran di alun-alun yang luas. Kadang mereka mengitari pohon beringin di tengah alun-alun itu. Mereka yang melihatnya heran ada dua anak kembar yang sangat mirip yang berbeda dengan anak-anak kebanyakan.
Kusir andong senang karena beberapa saat kemudian mereka kembali ke andong dengan keringat basah kuyup. Mereka terlihat kehausan ketika kemudian minum bekal yang dibawa dari rumah.
Sementara itu, Baron Sekeber dan Genduk Suli istrinya sedang menunggu di gandok keraton kadipaten Pati. Mereka memang dipersilahkan untuk menunggu Kanjeng Adipati Pragola yang sedang diberi tahu akan kedatangan mereka.
Baron Sekeber kagum akan ukir-ukiran bangunan yang lebih banyak dari kayu jati itu. Ukiran yang indah dan rumit sampai yang kecil-kecil. Bangunan keraton yang indah yang sangat berbeda dengan bangunan yang berada di negerinya, Spanyol. Walau bangunan di Spanyol juga indah dan megah, namun memiliki watak yang berbeda. Halaman keraton pun tampak indah dan tertata rapi.
Keduanya seketika berdiri ketika melihat seseorang yang gagah dan berkumis tebal keluar dari dalam keraton. Mereka yakin dialah Kanjeng Adipati Pragola walau belum pernah melihat.
“Silahkan naik ke pendapa…..! Bukankah kalian Baron Sekeber dan Genduk Suli….!” Berkata orang itu yang memang Kanjeng Adipati Pragola.
“Daulat Kanjeng Adipati…..!” Berkata Genduk Suli yang ditirukan oleh Baron Sekeber.
Kanjeng Adipati Pati terpana melihat kecantikan Genduk Suli dengan dandanan yang berbeda dengan wanita kebanyakan. Demikian juga dengan gelung rambut yang berbeda dengan wanita Pati pada umumnya.
Kanjeng Adipati juga kagum akan perawakan Baron Sekeber yang gagah tinggi besar jauh lebih tinggi dan besar dari Kanjeng Adipati sendiri. Demikian juga dengan kulitnya yang putih, hidung mancung dan bermata kebiruan. Sungguh sangat berbeda dengan pria di kadipaten Pati.
Kanjeng Adipati Pati memang pernah mendengar tentang bangsa kulit putih yang datang ke tanah Jawa. Bahkan pernah mendengar kisah tentang Sultan Sabrang Lor alias Pati Unus, Sultan Demak yang kedua. Ia gugur di tengah lautan ketika bertempur dengan pasukan kapal bangsa kulit putih. Yang kemudian ia ketahui mereka dari negeri Landa atau Netherland atau Belanda.
Bahkan kemudian ia dengar pula terjadi pertempuran di bang wetan antara pasukan bangsa kulit putih itu dengan kadipaten-kadipaten di bang wetan. Ia juga pernah mendengar pertempuran pasukan bangsa kulit putih itu dengan pasukan Jepara yang dipimpin sendiri oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat. Namun kemudian lama tak terdengar kabarnya. Namun kemudian Kanjeng Sultan mendengar bahwa pasukan bangsa kulit putih telah kembali membangun beteng di Sunda Kelapa.
“Apakah orang ini bagian dari mereka, atau mata pita – telik sandi dari negerinya…..?” Batin Kanjeng Adipati Pragola. Kanjeng Adipati sendiri memang belum pernah melihat secara langsung orang-orang bangsa kulit putih itu.
Keduanya kemudian diterima di pendapa keraton yang indah.
Mereka kemudian saling berkabar keselamatan selaras dengan adat-istiadat kadipaten Pati.
Kanjeng Adipati Pragola kemudian minta kepada Baron Sekeber untuk menceritakan bagaimana bisa sampai di pesisir pantai tanah Jawa ini. Kanjeng Adipati memang pernah mendengar dari Ki Demang Kliripan. Namun kini ia ingin tahu ceritanya dari yang bersangkutan.
“Maaf Kanjeng Adipati, apakah diperkenankan hamba yang matur karena Kakang Baron Sekeber belum lancar berbahasa Jawa dan belum tahu unggah-ungguh….?” Bertanya Genduk Suli.
Kanjeng Adipati Pragola tersenyum, namun ia memang ingin mengetahui sampai seberapa jauh orang kulit putih itu bisa berbahasa Jawa serta sopan santunnya.
“He he he he….., biarlah ia bercerita dengan caranya. Jika nanti kurang kesulitan, kaulah yang membantu…..!” Berkata Kanjeng Adipati Pragola.
…………..
Bersambung……….
**Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.