Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#985

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 985
Mataram.
Baron Sekeber.
Genduk Suli bertanya ke sana ke mari, namun jawabannya hampir sama bahwa keduanya tadi berlarian di alun-alun. Dan juga terlihat bersembunyi di bawah pohon beringin di tengah alun-alun. Genduk Suli kemudian berlari-lari ke bawah pohon beringin sambil memanggil-manggil nama kedua anaknya. Namun tidak ada jawaban. Pak Kusir andong pun ikut mencari ke sana ke mari, namun tidak diketemukan.

Dalam pada itu, seorang abdi keraton terkejut bukan kepalang. Ketika ia sedang ingin membuka air di tempayan besar di pojok taman. Bahkan ia sampai meloncat mundur. Ketika tiba-tiba muncul kepala dua orang anak dari dalam tempayan itu. Dua orang anak yang basah kuyup karena berendam dan bersembunyi di dalam tempayan besar. Bahkan kedua anak itu kemudian tertawa lepas. Abdi keraton tersebut masih heran karena kedua anak itu berbeda dengan anak kebanyakan. Kulitnya yang putih, rambutnya yang pirang, hidungnya yang mancung dan matanya yang kebiruan. Ia kemudian memanggil para abdi yang lain.
“Heee turun….! Kurang ajar kau anak-anak….!” Bentak salah seorang dari mereka yang telah yakin bahwa keduanya adalah anak-anak.
Bahkan kemudian, beberapa orang memaksa kedua anak itu untuk keluar dan turun dari dalam tempayan besar itu.
Kedua anak tersebut yang semula menganggap sebuah permainan yang menyenangkan karena bisa berendam di air yang sejuk, kini ketakutan. Sebelumnya mereka memang kegerahan karena sehabis berlarian di alun-alun yang terik. Dan ketika mereka melihat air yang jernih di tempayan, mereka langsung masuk dan berendam masih dengan pakaiannya. Mereka yang masih kanak-kanak itu tidak tahu bahwa perbuatan mereka itu tidak diperbolehkan.
“Ayo kita bawa ke belakang anak-anak yang aneh ini….!” Berkata salah seorang prajurit yang telah datang.
Kedua anak tersebut kemudian memang dibawa ke halaman bagian belakang.
Salah seorang tetua nayaka praja kemudian bertanya kepada kedua anak yang masih kecil itu. Namun ia heran ketika pertanyaan-pertanyaan tentang diri mereka dijawab dengan lancar dan tidak takut. Walau kedua anak itu dengan bahasa ngoko.
Mereka kemudian tahu bahwa nama anak-anak itu Danurwenda dan Sirwenda. Mereka putra dari Baron Sekeber dan Genduk Suli dari kademangan Kliripan di tepi pantai. Mereka pun kemudian tahu bahwa orang tua mereka sedang menghadap Kanjeng Adipati. Keduanya menjawab dengan lancar. Untuk anak-anak pada umumnya hampir mustahil bisa menjawab selancar itu. Menurut tetua nayaka praja yang berbincang dengan kedua anak itu, anak-anak itu sungguh pintar dan cerdas. Namun sayangnya kedua anak itu keturunan orang asing. Jika nanti dewasa tentu bisa berbahaya bagi negeri Pati. Karena tetua nayaka praja itu pernah mendengar bahwa orang asing berkulit putih adalah musuh dari negeri-negeri di pulau ini. Orang tua dari anak-anak itu pasti bagian dari mereka. Batin tetua nayaka praja itu. Sesungguhnya itu adalah pemikiran yang sangat sempit. Namun tetua nayaka praja yang telah lewat dari paruh baya itu menjadi penasehat Kanjeng Adipati.
“Akan aku laporkan kepada Kanjeng Adipati bahwa kedua anak itu harus dikurung. Karena telah mengotori air untuk sesuci…..!” Batin tetua nara praja tersebut.

Dalam pada itu, Kanjeng Adipati Pragola dan Baron Sekeber telah berada di sanggar olah kanuragan. Baron Sekeber telah menerima tantangan dari Kanjeng Adipati Pragola untuk adu ilmu olah kanuragan tanpa senjata. Perkelahian perang tanding antara Kanjeng Adipati Pragola dengan Baron Sekeber akan berlangsung di sanggar itu.
Jika Baron Sekeber mampu bertahan akan tetap diperkenankan tetap tinggal di telatah Pati, namun jika tidak mampu harus pergi dari telatah Pati. Baron Sekeber yang ingin tetap bertahan di bumi Pati menyanggupi tantangan dari Kanjeng Adipati Pragola yang perawakannya jauh lebih kecil dari Baron Sekeber. Baron Sekeber yang adalah seorang bangsawan Spanyol itu memang telah dilatih olah kanuragan untuk bisa melindungi diri. Dengan demikian, ia yakin akan mampu mengalahkan Kanjeng Adipati Pragola.
Beberapa orang senopati Pati ikut mengawasi perang tanding yang akan segera berlangsung.
…………
Bersambung……….

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi youtube : https://www.youtube.com/@stsunaryo4601 , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *