Trah Prabu Brawijaya.
Seri 988
Mataram.
Baron Sekeber.
Para senopati yang menyaksikan sejak semula kagum kepada keduanya. Pertarungan memang telah berlangsung cukup lama. Namun tidak ada seorang pun yang terluka parah. Hanya memar-memar di tubuhnya yang terlihat kemerahan. Kanjeng Adipati Pragola yang berperawakan tak setinggi dan sebesar lawannya itu mampu menahan setiap hantaman dan tendangan lawan. Demikian pula sebaliknya. Perawakan dari Baron Sekeber yang lebih tinggi dan lebih besar mampu menangkis serangan dari lawannya. Namun demikian, raga manusia ada batasnya. Setelah saling mengerahkan tenaga masing-masing. Hampir berbarengan keduanya sempoyongan dan terduduk. Hampir berbarengan pula keduanya mencoba bangkit kembali, dan akan saling menyerang, namun ayunan tangan mereka sudah terlalu lemah. Keduanya pun kembali sempoyongan dan bersimpuh di lututnya. Bahkan keduanya kemudian kesulitan untuk berdiri.
Para senopati kemudian menghentikan pertarungan keduanya. Mereka menilai perang tanding berlangsung sengit itu akhirnya tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang.
Sementara itu, selagi pertarungan telah terhenti, datanglah tetua nayaka praja yang sebelumnya memergoki dua anak kembar yang masuk ke dalam tempayan. Tetua itu ingin berbicara banyak dengan Kanjeng Adipati Pragola. Tetua itu telah tahu bahwa Kanjeng Adipati sedang di sanggar untuk berperang tanding. Namun ketika telah tidak terdengar ada pertarungan, maka ia masuk ke sanggar.
“Dihaturkan kepada Kanjeng Adipati, bahwa aku mohon waktu untuk menghadap sebentar….!” Berkata tetua itu kepada salah seorang senopati.
Walaupun Kanjeng Adipati masih terlihat kelelahan, namun jika hanya untuk sekedar menemuinya tentu tidak akan keberatan. Terlebih yang akan menghadap adalah salah seorang tetua nayaka praja.
“Baiklah akan aku temui di luar…..!” Jawab Kanjeng Adipati Pragola.
Setelah menghaturkan sembah, tetua itu menceritakan tentang kejadian dua anak kembar yang dengan tidak sopan masuk kedalam tempayan besar di ujung taman. Tempayan yang sesungguhnya untuk berbersih diri sebelum menjalankan ibadah.
Tetua itu menganggap bahwa kedua anak itu nantinya akan menjadi orang yang berbahaya bagi kadipaten Pati. Tetua itu kemudian tahu bahwa kedua anak kembar yang berbeda dengan anak kebanyakan itu adalah keturunan orang asing yang sedang berperang tanding dengan Kanjeng Adipati Pragola. Tetua nayaka praja itu menilai anak-anak itu nantinya akan berbahaya karena kepintarannya yang jauh di atas rata-rata anak seumurnya.
Tetua yang memang selalu dipercaya oleh Kanjeng Adipati Pragola dan sering dimintai pertimbangan itu berhasil mempengaruhi pemikiran Kanjeng Adipati Pragola. Itu juga karena raga Kanjeng Adipati Pragola sedang kelelahan sehingga kurang pertimbangan nalarnya.
“Bagaimana pun caranya, kedua anak itu harus disingkirkan, Kanjeng….!” Berkata tetua itu.
“Baiklah…..! Amankan dulu kedua anak itu….!” Berkata Kanjeng Adipati Pragola.
Kanjeng Adipati Pragola kemudian yang bercerita tentang perang tanding yang berakhir tanpa pemenang. Jika kedua anak itu akan disingkirkan, orang tuanya juga harus disingkirkan pula. Namun bagaimana caranya? Jika kembali diadakan perang tanding tentu kejadian tanpa pemenang akan terulang.
Tetua nayaka praja itu kemudian tercetus pemikirannya. Ia teringat bahwa di samping taman sari ada kedung yang cukup dalam. Dahulu ketika ia masih remaja sering bermain di kedung itu. Ia tahu bahwa di tebing kedung itu ada gua yang bisa untuk bersembunyi. Mulut gua itu tidak terlihat karena di bawah permukaan air. Namun jika sudah masuk ada ruangan kosong yang tidak terendam air sehingga bisa untuk bersembunyi.
“Bagaimana Kanjeng, jika orang asing itu ditantang untuk tanding menyelam di kedung. Jika ia kalah, ia harus meninggalkan Pati atau diserahkan ke Mataram, jika ia menang tetap boleh tinggal di Pati, bahkan diangkat sebagai senopati….!” Berkata tetua itu serta merta.
“Apa maksudmu Paman, aku tidak mengerti. Kau tahu aku tidak pandai menyelam…..!” Sanggah Kanjeng Adipati Pragola.
………
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.