Tak diceritakan apa yang terjadi kemudian di bangku dingklik di bawah pohon ketepeng tersebut. Seorang pangeran muda yang dikenal sebagai buaya darat menghadapi seorang gadis muda yang cantik jelita namun tak berdaya. Tak berdaya karena sapu tangan yang telah dibasahi wewangian terhirup oleh gadis yang tengah tertidur itu. Gadis molek yang beraroma wangi karena sehabis mandi. Dan Gendhuk Jinten itu pun hanya mengenakan kain seadanya.
Maka menggelegaklah hasrat kelelakian Bayaputih seorang pangeran muda itu.
Sementara itu, Lasa sedang berbincang dengan seorang pengunjung kebun buah di sekitar pondok Ki Tanu. Ia berusaha untuk menahan orang itu agar tidak mendekati sungai.
“Aku pingin mandi di sungai itu, pasti segar di udara yang gerah ini….!” kata pengunjung itu.
“Nanti sajalah bersama aku, aku juga ingin mandi…..! Tetapi jangan sekarang, karena Gendhuk Jinten sedang mandi juga…..!” dalih Lasa.
“Justru itulah…..! mumpung Gendhuk Jinten sedang mandi….., pasti ada pemandangan yang menggetarkan….!” desak orang itu.
“Itu tidak pantas bagi kita orang yang beradab ini…..! Apalagi Gendhuk Jinten adalah tuan rumah di sini…..! Bagaimana jika Ki Tanu suatu saat tahu…..? Bisa jadi pondok ini akan ditutup selamnya, tidak boleh ada orang yang berkunjung……!” dalih Lasa kemudian.
“Heeemm…..! benar kisanak….! maaf aku hanya bergurau…..! Tidak mungkin aku akan nyelonong ke kali hanya untuk melihat gadis mandi…..!” kata orang itu.
“Marilah kita mencari buah durian saja, aromanya tajam, mungkin sudah ada yang matang…..!” kata Lasa untuk mengalihkan perbincangan dan keinginan untuk pergi ke sungai.
“Haaa….., benar…..! Aku suka durian, durian musang aku paling demen…..!” kata orang itu.
Lasa pun kemudian memancing orang itu untuk berlama-lama di bawah pohon durian. Bahkan orang itu kemudian memanjat pohon durian itu untuk mencari durian yang aromanya cukup menyengat. Bahkan kemudian ada beberapa pengunjung yang ikut bergabung di bawah pohon durian itu. Mereka pun senang karena ada beberapa durian yang benar-benar telah matang. Lasa pun senang karena pancingannya berhasil. Mereka kemudian makan durian sambil bersenda gurau.
Sementara itu, penyuluhan Ki Tanu ditanggapi dengan baik oleh warga kabekelan Pereng. Mereka bertekad untuk mewujudkan ilmu yang telah mereka terima di tempat mereka masing-masing. Mereka yang pernah datang ke pondok Ki Tanu meyakinkan yang lain bahwa Ki Tanu tidak hanya bercerita, namun telah melakukannya. Semua yang di tanam di pekarangan Ki Tanu tumbuh subur dan berbuah lebat. Bahkan tempat itu sangat layak untuk dikunjungi.
Dengan seringnya orang-orang berkunjung ke tempat itu membuat hati Ki Tanu tenang. Keselamatan putrinya dan lingkungannya akan terjamin. Namun keyakinan itu tidak selamanya selaras dengan kenyataan. Itulah yang terjadi pada Gendhuk Jinten.
Gendhuk Jinten geragapan ketika terbangun. Matahari telah memanjat tinggi, itu artinya ia telah tertidur cukup lama. Tidak seperti biasanya bahwa ia hanya terlelap sebentar saja. Gendhuk Jinten heran bahwa ia bisa tertidur begitu lama. Dan lebih heran lagi, Gendhuk Jinten seperti terbuai dalam mimpi yang sangat indah, mimpi seorang wanita dengan seorang laki-laki. Mimpi yang dialami oleh Gendhuk Jinten itu seolah nyata, benar-benar nyata. Gendhuk Jinten mengusap-usap matanya untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia benar-benar telah terbangun.
“Ooh….., apa yang telah terjadi pada diriku….? Mengapa mimpi itu seakan benar-benar nyata…..?” batin Gendhuk Jinten yang tidak menyadari apa yang sesungguhnya terjadi. Mimpi yang membuat merinding seluruh bulu halus di permukaan kulitnya. Bahkan dalam keadaan setengah sadar, seakan Gendhuk Jinten itu melihat wajah samar seorang lelaki, namun kesadaran itu kemudian hilang kembali. Ketika itu ia merasa menghirup sesuatu yang wangi tajam menusuk hidung.
Gendhuk Jinten pun segera membenahi jaritnya yang tidak rapi dan kemudian bergegas mengambil cuciannya yang telah kering semua.
………..
Bersambung……….
Petuah Simbah: “Sering terjadi, peristiwa yang dialami diluar kendali dirinya sendiri.”
(@SUN)