Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#77

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!

Penerus Trah Prabu Brawijaya.

Gendhuk Jinten.

Mbok dukun tertegun menerima bungkusan dari Ki Tanu. Ia tidak tahu apa isi bungkusan kain kacu besar itu. Tak disadari oleh Mbok dukun ketika teraba oleh tangannya, sepertinya uang logam. Mbok dukun mencoba membuka sedikit bungkusan kain kacu tersebut. Ia terkejut karena yang ia terima itu benar-benar uang perak yang nilainya tidak sedikit.
“Maaf Ki Tanu….., ini uang yang terlalu banyak bagiku…..!” kata Mbok dukun.
“Tidak banyak Mbok…..! bisa jadi keperluan Jinten dan bayinya akan lebih banyak…..! Terimalah, Jinten juga sudah saya tinggali cukup untuk keperluan hidupnya, namun ia belum aku beritahu…….!” kata Ki Tanu.
Mbok dukun heran dengan uang yang ia terima dari Ki Tanu, bukan lagi banyak, namun sangat banyak baginya. Sesungguhnya, tanpa diberi uang oleh Ki Tanu, Mbok dukun pun akan dengan suka rela menemani Gendhuk Jinten sebagai rasa kemanusiaan. Sebagai seorang dukun bayi, ia akan sangat bergembira jika bisa membantu kelancaran sebuah persalinan. Ia juga akan ikut berbahagia jika ibu dan bayinya selamat. Ia sering tak mendapat upah sesenpun dari membantu persalinan seorang ibu.
“Ki Tanu jangan terlalu lama pergi….!” kata Mbok dukun.
“Tentu, Mbok…..!” jawab Ki Tanu singkat.
Setelah menyampaikan banyak pesan kepada Mbok dukun, Ki Tanu kemudian minta diri.
“Terimakasih Mbok…..!” kata Ki Tanu sambil melangkah meninggalkan rumah Mbok dukun.

Dengan menundukkan kepala, Ki Tanu berjalan menuju ke rumah Ki Demang Pengging.
“Sugeng siang, Ki……!” sapa warga yang heran melihat Ki Tanu menundukkan kepala. Sikap yang tidak pernah dilakukan oleh Ki Tanu. Ki Tanu yang sehari-hari bersikap ramah kepada siapapun dan selalu berjalan tegak, kini berwajah muram.
“Eeeh…. sugeng siang, Kang……!” jawab Ki Tanu gagap.
Namun Ki Tanu segera bisa menguasai diri, sehingga bisa berbincang sewajarnya.
Orang yang sederhana itupun tidak mempermasalahkan sikap Ki Tanu tersebut.

Ki Demang Pengging tidak terkejut ketika menerima kedatangan Ki Tanu. Ki Tanu sudah terbiasa berkunjung ke rumah Ki Demang di setiap saat.
Ki Demang dan Nyi Demang yang sudah semakin sepuh itu sampai saat itu belum dikaruniai seorang putra yang bisa melanjutkan sebagai seorang demang nantinya.
Namun yang membuat Ki Demang sedikit heran adalah wajah Ki Tanu yang tidak secerah biasanya.
Setelah saling berkabar keselamatan sesuai adat di kademangan itu, Nyi Demang kemudian mundur meninggalkan Ki Demang dan Ki Tanu berdua.
Ki Demang tidak memungkiri bahwa Ki Tanu sangat berperan dalam ikut memajukan kademangan Pengging ini. Walaupun Ki Tanu tidak memiliki jabatan apapun di kademangan ini, namun Ki Tanu banyak memberi gagasan dan ikut mewujudkan gagasan itu.
Wujud yang paling nyata dari gagasan Ki Tanu adalah terwujudnya bendungan di hulu sungai yang kini mampu mensejahterakan warga kademangan Pengging.
Majunya, perikanan, peternakan dan perkebunan tak lepas dari gagasan Ki Tanu pula.
Bahkan, terbentuknya pasukan pengawal kademangan yang kuat juga atas prakarsa dari Ki Tanu. Dengan pasukan pengawal itu, kademangan Pengging menjadi aman dan jarang terjadi tindak durjana.
“Sekarang sudah banyak yang mengembangkan susu sapi perah, Ki……!” kata Ki Demang setelah berbincang beberapa saat.
“Yaa… benar, Ki Demang….! Ini menjadi salah satu keunggulan dari kademangan ini…..!” kata Ki Tanu yang masih mengesampingkan rencananya sendiri yang membuat siang itu datang menemuinya.
“Saya ada gagasan, bagaimana bisa membuat susu itu awet dan menjadi seperti bubuk tepung seperti yang pernah aku temui di sebuah negeri….!” kata Ki Tanu tiba-tiba. Sebuah gagasan yang bisa menjadi alasan untuk pamit kepada Ki Demang untuk meninggalkan kademangan ini.
“Bagus sekali itu, Ki Tanu….! Tentu akan semakin sejahtera para peternak susu sapi perah itu nantinya…..!” kata Ki Demang yang tidak menyadari pancingan dari Ki Tanu.
“Oleh karena itu, Ki Demang….., saya ingin meninggalkan kademangan ini untuk beberapa waktu……!” kata Ki Tanu.
…………
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Gagasan muncul, kadang dari keadaan keterpaksaan.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *