Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#76

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
Penerus Trah Prabu Brawijaya.

Gendhuk Jinten.

Ki Tanu menarik nafas dalam-dalam, ia percaya bahwa putrinya itu berkata jujur. Tetapi bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi pada putri semata wayangnya? Tanpa berhubungan dengan lawan jenis mustahil hal itu akan terjadi.

Gendhuk Jinten pun menjadi risau, jangan-jangan yang dikatakan oleh ayahnya itu benar terjadi. Ia kemudian mengelus-elus perut bagian bawah dan juga meraba payudaranya sendiri. Gendhuk Jinten sedikit merasakan keanehan pada tubuhnya sendiri. Gendhuk Jinten berdebar dan keringat dingin mulai mengembun ketika menyadari sudah lebih dua bulan atau tiga bulan ia terlambat garap sari.
“Oooh….., ayaaah…..! Apa yang terjadi pada diriku, ayaaah….! Jinten sama sekali belum pernah melakukan hal yang tercela itu, ayaaah….!” keluh Gendhuk Jinten dengan mata berkaca-kaca.
“Heeem…..! pasti ada seseorang yang berbuat nista tanpa disadari oleh Gendhuk Jinten…..!” batin Ki Tanu. “Tetapi siapakah orangnya…..?”
Siapapun orangnya, pasti orang yang tidak bertanggungjawab. Dan itu sangat memukul harga diri Ki Tanu.
“Jinten…..! Apakah kau pernah merasakan mimpi yang bisa membuatmu seperti ini…..?” selidik Ki Tanu.
Gendhuk Jinten termenung beberapa saat. Ia mencoba mengingat-ingat kejadian sekitar tiga bulan yang lalu, kejadian di tepi sungai, mimpi yang seperti nyata. Bahkan ia sering melamunkan mimpi itu terulang kembali.
“Ayaaah……, Jinten memang pernah bermimpi di siang bolong, ketika tertidur di tepi sungai. Mimpi yang seakan benar-benar terjadi, Jinten dalam keadaan setengah sadar, namun lemas tak berdaya. Tetapi ketika Jinten terbangun, tidak ada siapa-siapa…..! Jinten tidak tahu, apakah itu nyata……!” kata Gendhuk Jinten.
“Apakah mimpi itu kemudian datang lagi……?” selidik ayahnya.
“Tidak, ayah……! Hanya sekali itu…..!” jawab Gendhuk Jinten.
Ki Tanu bisa menerima dalih dari putrinya itu, namun warga kademangan tentu tidak akan bisa menerima cerita seperti itu. Mereka pasti akan menuduh putrinya itu telah berbuat tak sepantasnya. Dan tentu sangat sulit untuk memberi pengertian kepada mereka.
Ki Tanu sungguh sangat risau memikirkan hal itu, ia sangat malu kepada seluruh warga kademangan, terlebih kepada Ki Demang dan para perangkatnya. Ia yang sering diminta oleh Ki Demang untuk memberi sesuluh tentang berbagai hal, namun tak bisa menjaga putrinya sendiri. Mau ditaruh di mana muka ini?
“Sekarang beristirahatlah, Jinten…..!” kata Ki Tanu singkat, karena ia sendiri tak tahu harus berkata apa.
Gendhuk Jinten kemudian mundur dengan mata sembab.

Semalaman Ki Tanu tidak bisa tertidur sekejap pun. Ia telah menulis beberapa lembar surat, namun kemudian ia bakar. Kemudian ia kembali menulis surat yang lebih singkat namun jelas. Dua lembar surat telah ia siapkan, beberapa kali Ki Tanu membaca suratnya sendiri itu.
Matahari baru naik sejengkal ketika Ki Tanu sudah sampai di rumah Mbok dukun yang telah lebih dari setengah baya itu, Mbok dukun yang bijak. Mbok dukun yang sudah terlanjur mengetahui itu akan ia ceritakan tentang keadaan Gendhuk Jinten seperti yang diceritakan oleh putrinya tadi malam.
Ki Tanu kemudian bercerita panjang lebar tentang keadaan putrinya sehingga terjadi seperti yang telah diketahui oleh Mbok dukun. Ki Tanu pun bercerita tentang mimpi Gendhuk Jinten di siang bolong di tepi sungai.
“Kemungkinan sekali, ada seseorang yang membuat Gendhuk Jinten tak sadarkan diri dan kemudian diruda paksa, Mbok……!” kata Ki Tanu.
“Ooh kasihan sekali Nini Jinten, gadis yang baik, namun mendapat lelakon yang menyedihkan…..!” kata Mbok dukun.
“Demikianlah, Mbok lelakon yang harus dijalani putriku…..!” kata Ki Tanu.
“Mbok, aku mau minta tolong kepadamu…..! Tolong temani Gendhuk Jinten untuk beberapa waktu…..! Aku akan pergi untuk mencari ibunya Jinten…..! Dan aku juga akan titip Jinten kepada Ki Demang……!” kata Ki Tanu yang mengejutkan Mbok dukun.
“Oooh……, Ki Tanu akan pergi…..?” tanya Mbok dukun.
“Benar Mbok…..! Aku titip bungkusan ini untuk segala keperluan yang dibutuhkan oleh Jinten…..!” lanjut Ki Tanu.
……………
Bersambung………

Petuah Simbah: “Demikianlah drama kehidupan, orang yang baik, namun mengalami kejadian yang kurang baik, demikian pula sebaliknya.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *