Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(174)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir belum tahu siapakah kedua gadis cantik jelita itu. Di samping mereka juga duduk seorang perjaka yang tampan dan berbusana seorang pangeran. Seseorang yang duduk agak di depan dengan udeng putih dan berjubah putih, Jaka Tingkir yakin bahwa orang itu adalah Kanjeng Sunan Kudus yang sudah sering ia dengar.
Namun Jaka Tingkir kemudian mendengar celetukan beberapa orang di sekitarnya yang mungkin mengenal mereka yang duduk di panggungan.
“Ooh….. itu seorang putri yang cantik jelita dan berambut panjang terurai itu adalah gusti putri Kanjeng Ratu Kalinyamat…..!” kata salah seorang.
“Yaaa benar….! Aku pernah melihat beliau belanja di Pasar Gede…..!” sahut yang lain yang merasa tahu.
“Aku tahu nama putri yang masih muda dan cantik jelita itu…..!” kata orang lain lagi.
“Beliau gusti putri Mas Cempaka…..!” orang lain lagi yang menyahut.
“Benar….. gusti putri Mas Cempaka…..!”
“Oooh cantik sekali…..!” seloroh yang lain.
Jaka Tingkir akhirnya tahu nama kedua putri yang cantik jelita itu. Yang seorang sudah terlihat dewasa dan matang, sedangkan yang seorang masih terlihat muda namun berwajah ceria, senyuman selalu tersungging di bibirnya. Jaka Tingkir amat terpesona kepada gadis muda yang terlihat masih polos itu.
“Kalau perjaka ganteng itu, aku sering melihat berlatih kuda di padang ara-ara, kudanya kuda putih yang teji…..!” kata salah seorang yang lain lagi.
Jaka Tingkir menyimak, mungkin ada seseorang yang menyebut namanya.
“Dia itu Pangeran Timur yang rajin pula menuntut ilmu olah kanuragan maupun jayakasantikan…..!” sahut orang lain lagi.
“Mereka adalah putra-putri Kanjeng Sultan Trenggono. Yang sulung adalah Pangeran Prawoto, sedangkan yang nomor dua adalah gusti putri Ratu Kalinyamat, yang ketiga adalah Pangeran Timur, dan yang bungsu gusti putri Mas Cempaka…..!” kata yang lain seakan dia yang paling tahu.
Jaka Tingkir senang, tanpa bertanya sudah mendengar dengan jelas tentang putra-putri Kanjeng Sultan Trenggono.
Setelah seluruh pasukan memasuki alun-alun Demak Bintara, dua orang petinggi negeri berdiri di panggung memberikan sesorah. Yang seorang adalah seorang Tumenggung kepercayaan Kanjeng Sultan Trenggono yakni Tumenggung Kanduruwan dan yang seorang lagi seorang perjaka yang gagah dan tampan, Raden Husen.
Raden Husen yang menyampaikan urut-urutan acara, sedangkan Tumenggung Kanduruwan yang sesorah menyampaikan selamat datang dan kebanggaan atas kemenangan pasukan Demak Bintara mengusir pasukan Portugis. Panjang lebar Tumenggung Kanduruwan menyampaikan sesorah, setiap kali pula tepuk tangan menggetarkan alun-alun Demak Bintara.
Sambutan kawula Demak Bintara di alun-alun itu tak kalah gegap gempitanya dari pada saat di sepanjang perjalanan. Tumenggung Kanduruwan memang pandai sesorah sehingga para prajurit yang telah berperang ke tlatah Sunda Kelapa merasa bangga. Namun Jaka Tingkir lebih tertarik memandang wajah Mas Cempaka, putri bungsu Kanjeng Sultan Trenggono yang mempesona.
“Heemm……, cantik sekali dia. Tetapi sayangnya dia adalah seorang putri raja…….!” batin Jaka Tingkir.
Tetapi perasaan seperti itu pasti juga menghinggapi banyak para lelaki. Bahkan juga para senopati muda.
Menjelang petang upacara penyambutan pasukan yang menang perasaan telah usai. Kanjeng Sultan Trenggono dan para sentana telah masuk ke dalam keraton. Para prajurit ditempatkan di barak-barak prajurit. Para penonton telah kembali ke rumah masing-masing.
Sementara itu, Jaka Tingkir telah kembali pula ke tempat Ki Ganjur.
Ki Ganjur yang tidak ikut menyambut kedatangan Kanjeng Sultan Trenggono beserta pasukannya banyak bertanya kepada Jaka Tingkir. Sedangkan Jaka Tingkir dengan fasih dan bersemangat menceritakan apa yang ia saksikan. Jaka Tingkir pun pintar bercerita sehingga Ki Ganjur seakan ikut melihat sendiri seperti yang diceritakan itu.
……………
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Setiap orang akan kembali menjalani kehidupan rutin seperti biasa.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.