Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(328)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Ki Juru Martani bisa merasakan perasaan Raden Mas Danang Sutawijaya. Ia pasti sangat ingin maju ke medan laga. Kemudian ia menjawab pertanyaan dari Mas Danang tersebut.
“Ya benar, kau diminta oleh Kanjeng Sultan untuk menemani menjaga keraton Pajang ini……!”
“Keraton ini pasti tidak akan ada yang berani mengusik, mengapa harus dijaga? Lagi pula hampir semua orang-orang sakti berkumpul di dua kubu pasukan. Siapakah yang berani mengusik Rama Sultan…..?” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
Ki Juru Martani memahami jawaban dari Mas Danang Sutawijaya tersebut.
Namun Ki Juru Martani masih mencoba berkilah; “Tetapi kau masih terlalu muda untuk terjun dalam kancah peperangan yang besar ini, Kulup Danang…..!”
“Jika demikian, apa gunanya Danang digembleng setiap hari? Dan apa artinya Danang mampu mengalahkan seluruh senopati Pajang dalam pendadaran? Jika demikian, para senopati itu juga belum layak kalau diukur dari ilmunya……!” Dalih Mas Danang Sutawijaya.
Ki Juru tidak segera menjawab, karena jawaban Raden Mas Danang Sutawijaya itu memang benar dan sungguh bisa diterima. Namun terlihat Ki Juru mengangguk-anggukan kepala.
Ki Juru tahu persis bahwa para senopati Pajang tidak ada yang mampu menandingi Danang Sutawijaya. Jika Danang Sutawijaya ikut bergabung dalam pasukan Panjang yang besar itu tentu akan menambah kekuatan.
“Baiklah…..! Jika demikian, ayo aku antar menghadap Kanjeng Sultan…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Terimakasih Uwa…..! Danang sangat senang……!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya penuh semangat.
Sementara itu, prajurit sandi Jipang yang menuju Kudus telah sampai di Kudus. Ia pun kemudian melaporkan apa yang ia ketahui tentang pasukan Pajang yang besar dan telah siap akan melurug ke Demak Jipang. Pasukan Pajang tidak hanya diam menunggu pasukan musuh, tetapi justru mereka yang akan menyerang Demak Jipang.
“Gilaaa…..! Itu gila…..! Bagaimana mungkin Pajang akan menyerang Demak Jipang…..?!” Teriak Sultan Harya Penangsang yang marah setelah mendengar laporan prajurit sandi.
“Maaf Kanjeng Sultan, memang demikian yang terjadi…..!” Berkata prajurit sandi itu.
“Diaaaam…..! Jangan kau ulangi…..! Cukup, keluar kau…..!” Bentak Sultan Harya Penangsang yang masih tersulut amarah.
Prajurit sandi yang tak ingin menjadi sasaran kemarahan Sultan Harya Penangsang itu segera beringsut meninggalkannya.
Saat itu Kanjeng Sunan Kudus sedang tidak berada di sanggar.
Ketika Kanjeng Sunan Kudus masuk ke dalam sanggar, Sultan Harya Penangsang kemudian melaporkan laporan yang disampaikan oleh prajurit sandi sebelumnya.
“Mohon saran, Bapa Sunan…..!” Berkata Sultan Harya Penangsang.
“Jika demikian, laku yang Anakmas jalani ini dilanjutkan di Jipang saja. Setiap saat bisa berembug dengan Ki Patih Mantaun dan Angger Harya Mataram atau dengan para senopati pasukan yang datang di Jipang……!” Berkata Kanjeng Sunan Kudus.
“Baiklah Bapa, Besuk pagi kita kembali ke Jipang…..! Bedebah Jaka Tingkir yang cari mati…..!” Umpat Sultan Harya Penangsang.
Di Demak Jipang, Ki Patih Mantaun juga hampir tidak percaya dengan laporan dari prajurit sandi. Ia sama sekali tidak memperhitungkan bahwa pasukan Pajang yang akan menyerang Jipang. Karena menurut gelar perang, pasukan yang menyerbu harus memiliki jumlah pasukan dua kali lipat dari pasukan yang diserang. Dan itu hampir mustahil akan bisa diwujudkan oleh pasukan Pajang.
“Jika benar laporanmu, mereka ibarat sulung lumebu geni – seperti serangga laron masuk kobaran api…..! Pasukan Pajang pasti akan tumpas-tapis – tak bersisa……!” Berkata Ki Patih Mantaun.
Kemudian ia melanjutkan pertanyaan; “Apakah Kanjeng Sultan Harya Penangsang juga telah mendapat kabar……?”
“Maaf Ki Patih, Ki Lurah prajurit sandi sendiri yang telah melaporkan ke Kudus……!” Jawab prajurit sandi itu.
“Baik…..! Biarlah nanti semua akan aku atur……!” Berkata Ki Patih Mantaun.
……………..
Bersambung…………
(@SUN)