Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(534)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Mereka kemudian mengelilingi area yang masih kosong namun sudah dibersihkan dari semak belukar. Raden Mas Danang Sutawijaya mengatakan bahwa tempat-tempat itu nantinya juga akan dijadikan tempat pemukiman.
“Mataram masih membutuhkan para pendatang untuk bersama-sama membangun pemukiman baru. Kami justru berharap ada saudara-saudara kami yang dari Banyumas, Bagelen maupun Menoreh akan kami terima dengan senang hati. Dengan demikian akan terjalin persaudaraan yang erat dengan Mataram……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Baiklah, nanti akan kami sampaikan kepada Kanjeng Adipati…..!” Jawab utusan dari Banyumas. Demikian juga utusan yang lain juga akan menyampaikan kepada junjungan masing-masing.
“Nantinya di seberang alun-alun juga akan kami bangun pasar agar segala kebutuhan tercukupi……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya selanjutnya.
“Pasti nanti akan benar-benar menjadi sebuah kota yang ramai…..!” Berkata utusan dari Menoreh.
Para utusan itu memang tertarik dengan penawaran dari Raden Mas Danang Sutawijaya untuk menawarkan kepada warganya untuk boyongan ke Mataram. Mungkin mereka yang sekarang bertempat tinggal di lereng perbukitan yang rawan longsor bisa menerima tawaran tersebut.
“Di kawasan ini tempatnya datar dan tanahnya subur, bisa untuk bercocok tanam apapun…..!” Lanjut Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Ya memang benar, tanahnya subur. Berbagai jenis tetumbuhan bisa tumbuh dengan subur……!” Berkata utusan dari Bagelen.
Setelah mereka berkeliling ke hampir seluruh sudut kawasan yang telah dibersihkan dari semak belukar, mereka akan segera mohon diri. Mereka tidak ingin menginap di Kotagede. Jika mereka menginap tentu akan benar-benar merepotkan mereka yang sedang bekerja keras.
Mereka telah mendapat gambaran yang jelas tentang masa depan dari pusat telatah Mataram tersebut.
Mereka yakin bahwa kawasan itu nantinya benar-benar akan menjadi sebuah kawasan yang ramai.
Para utusan itu kemudian benar-benar minta diri.
Raden Mas Danang Sutawijaya pun tidak menahan mereka.
Sementara itu, di Surabaya, Panji Wiryakrama telah menghimpun kekuatan pula untuk menghadapi rencana Pajang yang akan menyerbu bang wetan. Para adipati dari pesisir wetan dikumpulkan di Surabaya untuk membicarakan penghimpunan kekuatan pasukan. Mereka dari Gresik, Tuban, Lamongan, Pasuruan dan juga dari Madura. Madura dipimpin oleh seorang muda yang sangat berpengaruh di seluruh pulau Madura, ia adalah Raden Pranatu.
“Jika kita bersekutu seperti ini, pasukan Pajang akan sulit mengalahkan kita…..!” Berkata Raden Pranatu dalam pertemuan itu.
“Benar Dimas…..! Kita lawan dengan seluruh kekuatan kita……!” Berkata Ki Panji Wiryakrama.
“Kita lebih mudah menghimpun kekuatan karena kita sebagai tuan rumah…..!” Berkata adipati Lamongan.
“Mereka sebaiknya kita cegat di perbatasan Lamongan. Ada tempat yang baik untuk menjebak mereka…..!” Lanjut dari adipati Lamongan tersebut.
“Mereka, pasukan Pajang itu tentu memerlukan waktu yang lama untuk sampai di perbatasan Lamongan. Kita memiliki banyak waktu untuk menjebak mereka…..!” Berkata adipati Pasuruan.
“Kami akan mengerahkan pasukan yang besar……!” Berkata adipati Tuban.
“Jarak kami yang lebih jauh tak mungkin kami mengerahkan seluruh pasukan. Namun para prajurit pilihan yang akan kami. Dan aku sendiri yang akan memimpin…..!” Lanjut adipati Pasuruan.
Mereka, para pimpinan kadipaten- kadipaten bang wetan telah bersepakat untuk bersatu menghadapi pasukan Pajang.
Ketika waktu yang ditemukan telah tiba, para prajurit dari berbagai kadipaten telah berdatangan di Pajang. Bahkan yang dari jauh seperti dari Tegal dan Pekalongan telah berdatangan pula. Demikian pula yang dari Banyumas, Bagelen maupun yang dari Menoreh. Kanjeng Ratu Kalinyamat juga mengirimkan pasukan yang cukup besar yang dipimpin oleh Pangeran Jepara.
………..
Bersambung…….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.