Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(538)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Akhirnya ujung paling belakang dari pasukan besar itu telah meninggalkan gerbang alun-alun.
Ki Penjawi masih didampingi oleh Kanjeng Sultan Hadiwijaya. Tetapi kemudian Ki Penjawi menjadi orang terakhir dari seluruh pasukan. Kanjeng Sultan sempat berbisik kepada Ki Penjawi. Namun kemudian Kanjeng Sultan melepaskan Ki Penjawi yang dipercaya sebagai senopati agung.
“Pada saatnya akan aku susul, Kakang……!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Daulat Kanjeng…..!” Jawab Ki Penjawi yang kemudian meninggalkannya.
Pasukan yang sangat besar telah mengular bagai ular naga akan mencari mangsa. Kawula Pajang yang berjejer di tepi jalan tidak hanya di kotaraja saja. Namun di luar kotaraja pun sambutan mereka tak kalah meriahnya. Bahkan ketika melewati bulak persawahan pun mereka mendapat sambutan yang meriah pula.
Para prajurit sungguh bangga. Mereka tidak mengira akan mendapat sambutan yang sedemikian meriah. Para prajurit semakin bersemangat untuk berjuang demi kewibawaan dan kebesaran kasultanan Pajang.
Sementara itu Kanjeng Sunan Mrapen beserta beberapa orang pengiringnya telah memacu kudanya. Kanjeng Sunan Mrapen berharap, pasukan Pajang belum berangkat menuju bang wetan.
Kanjeng Sunan Mrapen dan para pengirimannya memang tidak bersua dengan pasukan Pajang yang telah beberapa saat tadi meninggalkan alun- alun karena arahnya berbeda. Pasukan Pajang yang besar itu mengarah ke arah timur, sedangkan Kanjeng Sunan dan pengiringnya dari arah utara.
Namun demikian Kanjeng Sunan Mrapen heran karena berpapasan dengan banyak orang dari arah keraton.
“Apa yang telah terjadi…..? Apakah ada lelayu….?” Batin Kanjeng Sunan Mrapen.
Kanjeng Sunan Mrapen kemudian meloncat turun untuk bertanya kepada mereka.
“Maaf Kisanak, ada apakah sehingga banyak orang dari arah keraton…..?” Bertanya Kanjeng Sunan Mrapen. Orang-orang itu adalah mereka yang baru saja menyaksikan iring-iringan pasukan Pajang.
“Kami baru saja menyaksikan pasukan Pajang yang akan maju ke medan laga…..!” Jawab salah seorang dari mereka.
“Oooo……, terimakasih…..!” Berkata Kanjeng Sunan Mrapen singkat.
Kanjeng Sunan Mrapen sedikit kecewa, karena merasa terlambat beberapa saat. Namun demikian, Kanjeng Sunan Mrapen tetap melanjutkan perjalanan. Ia berharap masih bisa bertemu dengan Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya terkejut ketika menerima laporan dari prajurit bahwa Kanjeng Sunan Mrapen telah tiba di keraton. Kanjeng Sultan Hadiwijaya segera bergegas untuk menerimanya. Kanjeng Sultan Hadiwijaya tidak tahu kira-kira apa maksud dan tujuan dari Kanjeng Sunan Mrapen yang ia hormati itu berkunjung pada saat pasukan Pajang telah meninggalkan kotaraja.
Kanjeng Sunan Mrapen dan yang menyertainya telah diterima di pendapa keraton.
Setelah saling berkabar keselamatan, Kanjeng Sultan Hadiwijaya kemudian mengatakan; “Adakah perintah dari Kanjeng Sunan kepada Karebet, Kanjeng….?”
Kanjeng Sunan Mrapen kemudian mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk menahan pasukan Pajang untuk tidak berangkat menuju bang wetan.
Kanjeng Sunan Mrapen mengatakan berbagai pertimbangan bahwa peperangan tidak akan menyelesaikan masalah. Yang terjadi adalah memperbesar masalah, bahkan akan menimbulkan dendam yang berkepanjangan.
Para adipati di bang wetan itu hampir semuanya adalah para murid dari Kanjeng Sunan Mrapen seperti halnya Kanjeng Sultan Hadiwijaya sendiri. Bagaimana mungkin sesama muridnya akan saling berperang. Lebih dari itu, peperangan pasti akan menimbulkan korban yang tidak sedikit.
Kanjeng Sunan Mrapen kemudian mengajak Kanjeng Sultan Hadiwijaya untuk berbicara empat mata. Berdua, mereka ingin mencegah agar perang besar bisa dicegah.
Beberapa saat Kanjeng Sultan Hadiwijaya dan Kanjeng Sunan Mrapen berbincang. Tentu tidak mudah untuk mencegah terjadinya perang besar. Sedangkan pasukan besar telah menuju medan laga.
…………….
Bersambung………
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.