Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(611)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya tidak segera melanjutkan menyerang Nyi Singa Dangsa yang terduduk kesakitan. Ia tetap diam berdiri kokoh di tempatnya.
Walau Nyi Singa Dangsa kesakitan, namun ia masih tetap yakin bahwa lawannya itu sebentar lagi akan terkapar menggelepar karena tergores kuku baja beracunnya. Mereka yang menyaksikan pun yakin akan terjadi demikian seperti lawan-lawan Nyi Singa Dangsa sebelumnya. Bahkan Ki Singa Dangsa pun masih dengan tenang membiarkan istrinya yang kesakitan karena juga yakin bahwa lawannya itu sebentar lagi akan tewas. Jika terjadi demikian, ia akan segera menolong istrinya.
Nyi Singa Dangsa yang heran karena lawannya yang masih muda itu tidak segera tumbang segera melakukan tindakan yang mengejutkan. Dengan sangat cepat ia meluncurkan kuku-kuku baja itu ke arah Raden Mas Danang Sutawijaya yang masih berdiri termangu. Mereka yang sempat menyaksikan terkesiap. Kali ini pasti anak muda itu tak akan mampu menghindar. Namun yang diserang adalah Raden Mas Danang Sutawijaya yang sugih ilmu dari beberapa guru. Ia tidak ingin menangkis atau bahkan menangkap kuku-kuku baja yang meluncur itu. Ia belum yakin sepenuhnya bahwa ilmu kebalnya akan mampu melindungi dari tajamnya kuku-kuku baja itu dan juga kerasnya racun.
Yang terjadi kemudian sungguh menyayat hati. Terdekat jeritan beruntun dua kali.
“Auuuch…..! Auuuch…..!”
Dua kali luncuran kuku-kuku baja dari tangan Nyi Singa Dangsa dapat dihindari oleh Raden Mas Danang Sutawijaya. Namun akibatnya, luncuran kuku-kuku baja yang sangat kencang itu melaju ke arah kerumunan orang yang mengepung arena perkelahian itu. Yang terjadi kemudian adalah kuku-kuku baja dari tangan kiri kanan Nyi Singa Dangsa itu menancap di tubuh dua orang. Dua orang yang sempat mengaduh itu kemudian kejang-kejang. Namu kemudian kemudian keduanya diam tak bergerak, tewas. Mereka yang berada di sekitar dua orang itu tak berani mendekat karena takut terkena racun yang menjalar di tubuh dua orang yang tewas itu. Bahkan mereka mundur menjauh.
Yang terjadi kemudian membuat semua orang terkesiap dan bergidik bulu kuduknya. Terdengar auman singa yang menggetarkan Bukit Tidar.
Ki Singa Dangsa yang sangat marah segera meluapkan kemarahannya. Ia mengaum bagai singa jantan yang lapar dan kemudian menubruk mangsanya. Auman yang dilambari ilmu yang tinggi, ilmu sejenis ilmu gelap ngampar yang bisa merontokkan isi dada orang yang tak berilmu tinggi. Tubrukan-nya pun dilambari dengan ilmu yang tinggi pula, ajian sima lodra. Ajian yang diwarisi dari mendiang guru mereka, Ki dan Nyi Sima Lodra penguasa Bukit Tidar pada masanya. Ki Singa Dangsa pun tak bersenjata, ia mengandalkan ilmunya untuk melumpuhkan lawannya. Namun yang ditubruk adalah murid dan anak angkat Kanjeng Sultan Pajang yang ilmunya sulit dijajaki. Ia pun juga murid dari Ki Juru Martani dan sang ayah Ki Ageng Mataram serta para guru yang lain.
Raden Mas Danang Sutawijaya meloncat miring ke kiri sehingga Ki Singa Dangsa hanya menubruk angin.
Bahkan ia kemudian berguling di halamannya sendiri dan kemudian ia segera meloncat berdiri. Dengan tangan mengembang, ia kembali menyerang lawannya. Walau ia tidak bersenjata kuku-kuku baja seperti istrinya, namun cengkeramannya tak akan mampu dilepaskan oleh lawannya. Dan jika terjadi demikian, lututnya akan menghantam perut atau dada lawannya. Yang terjadi kemudian adalah lawannya akan terkapar karena kerasnya hantaman lutut Ki Singa Dangsa. Itu yang sering terjadi pada lawan-lawan Ki Singa Dangsa sebelumnya. Namun lawan Ki Singa Dangsa adalah Raden Mas Danang Sutawijaya. Bukannya tangan Ki Singa Dangsa yang menangkap Raden Mas Danang Sutawijaya, tetapi sebaliknya. Raden Mas Danang Sutawijaya sedikit berkelit ke samping kanan. Dan kemudian tangan kiri Ki Singa Dangsa yang ditangkap oleh Raden Mas Danang Sutawijaya.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.