Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(631)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya telah benar-benar meninggalkan Menoreh. Ia akan menyeberang di penyeberangan yang dahulu pernah ia datangi dari arah berlawanan. Namun ketika itu ia tidak meneruskan perjalanan ke Menoreh karena Ki Gede Menoreh sedang ke Kedu. Ketika itu diberitahu oleh menantu Ki Gede Menoreh yang berasal dari kademangan Sangkalputung.
Ia teringat bagaimana ia membantu menyeberangkan kerbau yang hampir hanyut di kali Praga. Ia pun teringat bagaimana ia berkenalan dengan menantu Ki Gede Menoreh itu serta istrinya dan dua orang lagi. Ia kemudian tahu bahwa dua laki-laki tersebut adalah murid orang bercambuk yang berilmu tinggi. Sedangkan istri pemuda dari Sangkalputung itu adalah putri dari Ki Gede Menoreh. Sedangkan wanita muda yang seorang adalah tunangan dari pria bercambuk yang seorang lagi. Dan wanita muda itu juga seorang yang berilmu tinggi dengan senjata tongkat baja putih. Namun saat itu tongkat baja putihnya tidak terlihat. Mungkin disembunyikan di pelana kuda.
Raden Mas Danang Sutawijaya juga teringat dengan tiga orang murid perguruan Kaliangkrik yang mencoba mencuri kudanya yang di tambatkan di tepian kali Praga agak sedikit jauh.
Namun ternyata dengan peristiwa itu mengubah rencana perjalanannya. Semestinya Tanah Perdikan Menoreh dikunjungi paling awal, namun menjadi yang paling akhir. Beruntungnya semua berjalan dengan lancar. Bahkan dengan hasil yang memuaskan dalam setiap kunjungannya. Baik di Kedu, di Bagelen, di Banyumas dan di Menoreh. Demikian juga ketika di Bukit Tidar dan di perguruan Kaliangkrik.
Sambil berkuda dengan kecepatan sedang, Raden Mas Danang Sutawijaya melamunkan perjalanannya selama ini. Namun ketika matahari telah jauh condong ke barat, ia telah sampai di penyeberangan kali Praga. Beruntungnya, getek penyeberangan sedang berada di sisi barat.
“Masih bisa menyeberangkan, Paman…..?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya setelah turun dari kudanya.
“Tentu masih bisa, Den…..! Bahkan ketika malam hari pun akan kami layani pula…..!” Berkata salah seorang tukang satang.
“Ooh terimakasih, tetapi sepertinya aku hanya sendiri…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Oooh tidak apa-apa, walau sendiri. Kami senang bisa membantu orang menyeberang kali Praga ini…..!” Jawab tukang satang tersebut.
Namun salah seorang tukang satang lainnya jidatnya berkerut sambil memperhatikan orang berkuda yang akan menyeberang tersebut. Sepertinya tukang satang tersebut sedang mengingat-ingat.
“Oooh Raden….., bukankah Raden adalah Raden Mas Danang Sutawijaya? Yang telah menolong kami beberapa waktu yang lalu…..?” Bertanya tukang satang yang lain.
Raden Mas Danang Sutawijaya tersenyum, ternyata masih ada yang ingat peristiwa beberapa waktu yang lalu.
“Benar Paman…..! Aku baru saja menghadap Ki Gede Menoreh….!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka, tiga orang tukang satang itu kemudian berloncatan turun dan memberi hormat kepada Raden Mas Danang Sutawijaya. Mereka kemudian tahu siapa orang berkuda yang dahulu membantu menyeberangkan kerbau yang hampir hanyut kala itu. Bahkan peristiwa itu menjadi perbincangan sampai beberapa waktu. Orang-orang yang dahulu tidak ikut menyaksikan pun telah mendengar ceritanya pula. Seperti tukang satang yang menyapa pertama kali tadi, saat peristiwa dahulu tidak ikut menyaksikan.
“Oooh….., maaf Raden. Saya tidak mengenali Raden, karena saat itu saya sedang tidak bertugas. Namun cerita tentang Raden telah kami dengar berulang kali…..!” Berkata tukang satang yang menyapa pertama kali.
“Kejadian yang lumrah, tak perlu dibesar-besarkan, Paman…..!” Dalih Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Maaf Raden, bagi kami kejadian itu bukan kejadian yang lumrah. Jika tidak ditolong Raden, kami tidak tahu nasib kami, terutama kerbau-kerbau yang kami seberangkan…..!” Dalih tukang satang yang saat itu ikut mengalami kejadiannya.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.