Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(778)
Mataram.
Yang lain pun menyahut, “Benar…..! Kita tuntut balas, kita bantai mereka di sini…..!”
“Ayo kita hadapi sekarang juga, kita buktikan bahwa Pajang mampu melumat Mataram…..!” Sahut yang lain.
Mereka pun segera berbalik untuk menghadapi pasukan berkuda dari Mataram yang membuntuti mereka.
Pasukan Mataram yang mengetahui bahwa pasukan pengawal raja akan melawan mereka, mereka pun segera bersiaga untuk menghadapinya.
Kanjeng Sultan yang masih pucat pasi itu mendengar kesiagaan pasukan pengawalnya untuk melawan pasukan berkuda Mataram yang baru menyusul mereka. Jika benar terjadi pertempuran, korban pasti akan berjatuhan di kedua belah pihak. Sedangkan Kanjeng Sultan sendiri tidak berdaya.
“Jangan…..! Jangan lawan mereka……!
Ayo kita lanjutkan ke bukit Jabalkat….!” Perintah Kanjeng Sultan Hadiwijaya lirih.
Walau lirih namun tetap didengar oleh senopati pengawal raja tersebut.
Senopati pengawal raja dan juga para prajurit pilihan itu kecewa karena dicegah oleh sang raja. Mereka tidak mungkin akan memaksakan diri. Dengan menahan amarah, mereka mematuhi perintah raja.
Gajah yang dituntun seorang srati kemudian melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan pasukan Mataram yang membuntuti. Pasukan pengawal raja terpaksa mengikuti langkah gajah yang lambat.
Pasukan Mataram menjaga jarak, namun tetap mengikuti pasukan Pajang tersebut. Mereka pun tetap bersiaga jika sewaktu-waktu pasukan Pajang itu berbalik dan menyerang mereka.
Pasukan Mataram itu kadang berhenti dan kemudian kembali menyusul. Bagi pasukan berkuda, langkah pasukan pengawal raja tersebut memang terasa sangat lambat. Namun demikian, pasukan Mataram tetap terus mengikuti pasukan Pajang tersebut.
Sementara itu, para prajurit gabungan pasukan Pajang yang lari kocar-kacir terpaksa harus minta minum dan makan warga yang dilaluinya. Warga yang didatangi pun tak bisa menolak permintaan para prajurit tersebut. Bahkan mereka merasa kasihan terhadap para para prajurit yang tampak kelelahan dan lesu tersebut. Mereka pun berusaha untuk menolong para prajurit itu. Bahkan mereka menghubungi para tetangga untuk ikut menolong para prajurit tersebut. Warga akhirnya tahu bahwa pasukan Pajang gagal menyerbu Mataram karena ribuan prajurit Pajang tersapu oleh banjir bandang yang melanda kali Opak dan kali Wedi. Dan sebagian besar prajurit Pajang telah terjebak di seberang kali Opak dan tak mampu menghadapi pasukan Mataram.
Sementara itu, perjalanan Kanjeng Sultan walau lambat, namun akhirnya sampai juga di pasarean – makam Tembayat yang sering dimudahkan pengucapan dengan menyebut makam Bayat.
Gajah dan kuda-kuda mereka ditambatkan di pepohonan di sekitar makam tersebut.
Dengan tertatih, Kanjeng Sultan Hadiwijaya mendekati gapura pintu gerbang yang tertutup namun tidak terkunci. Demikian pula para senopati dan para prajurit dengan sikap hormat mendatangi pintu gerbang tersebut.
Sang juru kunci menerima kehadiran para petinggi keraton Pajang tersebut dengan penuh hormat.
Sang juru kunci mempersilahkan Kanjeng Sultan dan para petinggi keraton Pajang tersebut untuk masuk ke dalam pendapa yang biasa untuk menerima para pengunjung.
Namun tak diduga, juru kunci mengalami kesulitan untuk membuka pintu gerbang tersebut. Pintu gerbang yang biasa ia buka dan tutup dengan mudah. Beberapa kali ia coba, namun tidak bisa juga. Pintu gerbang yang sama sekali tidak terkunci, namun memang tertutup. Seorang senopati segera membantu juru kunci tersebut. Namun ia pun tidak bisa membuka pintu gerbang tersebut. Beberapa senopati yang lain mencoba membuka pintu gerbang tersebut. Namun mereka pun juga tidak bisa. Dicoba dan dicoba lagi, tetapi tetap tidak bisa.
Basah kuyup pakaian si juru kunci oleh keringat yang mengucur deras, karena mereka semua tidak bisa membuka pintu gerbang tersebut. Kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
……….
Bersambung……….
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.