Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1142

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1142
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.

Namun yang dihadapi adalah Raden Tambakbaya putra Ki Ageng Giring yang telah mewarisi ilmu dari sang ayah. Keduanya bersenjatakan pedang yang sewajarnya. Pertarungan berlangsung sengit dan berimbang. Namun pasukan dari Pegunungan Sewu yang bergabung dengan pasukan Pajang berhasil menekan pasukan cadangan pasukan Demak. Salah seorang pengawal Kanjeng Adipati Pajang, yakni murid orang bercambuk yang lebih tua masih bertempur sewajarnya. Ia lebih memperhatikan para prajurit Pajang yang memerlukan bantuan. Dengan demikian bisa mengurangi korban di pihak pasukan Pajang. Sehingga kini pasukan Pajang yang tergabung dengan pasukan dari Pegunungan Sewu benar-benar telah menekan pasukan lawan. Ia kemudian memperhatikan pertempuran antara Ki Tandanegara melawan Ki Tambakbaya. Ia melihat bahwa Ki Tambakbaya tidak mengalami kesulitan. Lagi pula para prajurit dari Pegunungan Sewu sudah banyak yang kehilangan lawan. Dari mereka akan selalu siaga untuk membantu Raden Tambakbaya jika mengalami kesulitan.
Selagi Murid orang bercambuk itu termangu, seorang prajurit penghubung menghampirinya. Ia berbisik bahwa di sayap yang lain ada seseorang yang tangguh, yang dikerubut oleh beberapa orang senopati namun masih bertahan.
“Apakah aku perlu ke sana…..?” Bertanya murid orang bercambuk itu.
“Yaaa….., sekiranya perlu…..!” Jawab prajurit penghubung itu.
“Marilah…..!” Ajak orang itu.

Dalam pada itu, secara keseluruhan, pasukan Mataram berhasil menekan pasukan Demak. Terlebih pasukan di sayap gelar di sisi timur. Pasukan gabungan dari Blambangan, dari Pegunungan Sewu, dari Pajang dan dari barak prajurit dari Jatinom memporak porandakan pasukan Demak. Namun kemudian terdengar sorak sorai dari arah timur. Yang kemudian datang adalah pasukan dari timur yang sebelumnya terhambat perjalanannya, yakni pasukan Rembang, dari Blora dan dari Jipang. Namun pasukan itu sudah tidak utuh lagi banyak para prajurit yang telah menjadi korban sebelumnya di jembatan dan seberang sungai. Selain itu yang selamat pun sebagian besar harus merawat mereka yang terluka dan menyelenggarakan mereka yang gugur. Sehingga pasukan yang sesungguhnya besar itu kini yang bisa bergabung dengan pasukan Demak tak lebih dari separuh dari yang semestinya. Kini mereka dihadapi oleh pasukan sayap kanan dari pasukan gabungan dari Mataram yang sebagian besar telah kehilangan lawan yang telah porak poranda. Salah satu keunggulan dari sayap gelar dari pasukan Mataram tersebut adalah pasukan berkuda dari Blambangan dan dari barak prajurit dari Jatinom. Terlebih senopati muda telah kehilangan lawan. Pertempuran kembali sengit di sayap gelar itu.
Dalam pada itu, di bagian lain dari pertempuran itu, Ki Dadung Luwuk yang bersenjatakan luwuk yang besar dan panjang benar-benar tangguh. Senjata luwuk yang kehitaman itu beberapa kali berhasil memukul hingga terlepas senjata lawan. Ia dikerubut oleh empat – lima orang senopati dari Mataram. Namun ia tetap tangguh. Walau demikian ia pun belum bisa memakan korban di pihak lawan. Karena lawan selalu bisa saling mengisi.
Seorang prajurit penghubung kemudian berbisik kepada salah seorang senopati yang melawan Ki Dadung Luwuk. Bahwa murid orang bercambuk akan meladeni Ki Dadung Luwuk seorang diri. Dan para senopati dimohon untuk bergabung dengan induk pasukan yang masih terjadi pertempuran yang sengit. Walaupun pasukan Mataram sedikit demi sedikit menekan pasukan lawan. Dengan demikian akan mempercepat penekanan itu. Para senopati pun tidak tersinggung atas penawaran dari prajurit penghubung itu. Mereka tahu siapa murid orang bercambuk itu. Para senopati itu pun kemudian berloncatan mundur.
“Heee….. jangan lari…..!” Teriak Ki Dadung Luwuk.
Namun ia tertegun ketika dihadang oleh seseorang yang menggenggam seutas cambuk.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *