Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1184
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.
Sinuhun Hanyakrawati kemudian melanjutkan; “Sedangkan Eyang tahu sendiri keadaan Pangeran Martapura. Namun Jolang tahu, Eyang, bahwa yang ingin berkuasa itu ibunya Pangeran Martapura….!”
Ki Mandaraka mengerutkan kening. Ia memahami apa yang dikatakan oleh Sinuhun Hanyakrawati tersebut.
“Ia selalu menghalangi jika Mas Rangsang akan aku angkat sebagai putra mahkota….!” Lanjut Sinuhun Hanyakrawati.
Ki Mandaraka hanya mengangguk- anggukan kepala.
“Dunia akan mentertawakan Mataram jika Pangeran Martapura benar-benar jumeneng nata – menjadi raja di Mataram.
Ki Mandaraka yang sepuh itu namun masih berpikiran jernih. Ia paham betul dengan apa yang dikatakan oleh Sinuhun Hanyakrawati. Ia beberapa saat diam, namun kemudian katanya; “Mendekatlah Ngger….!”
Sinuhun Hanyakrawati kemudian mendekat ke tempat duduk Ki Mandaraka.
Kemudian dengan berbisik, seakan khawatir ada orang yang mendengar, Ki Mandaraka menyampaikan gagasannya. Sinuhun Hanyakrawati pun menyimak dengan seksama apa yang dikatakan oleh Ki Mandaraka tersebut.
“Apakah tidak akan terjadi masalah, Eyang…..?” Bertanya Sinuhun Hanyakrawati.
Ki Mandaraka tersenyum, kemudian katanya; “Tidak Ngger….! Istri selir tidak akan bisa menuntut lebih dari itu….!”
Sinuhun Hanyakrawati pun tampak tersenyum pula. Wajah gundah sebelumnya telah berubah menjadi cerah.
“Terimakasih Eyang…..! Saran Eyang sungguh melegakan Jolang…..!” Berkata Sinuhun Hanyakrawati.
“Ya….., tetapi rencana ini jangan sampai diketahui oleh siapa pun….!” Lanjut Ki Mandaraka.
“Baik Eyang….! Semua Jolang serahkan kepada Eyang. Termasuk besuk jika tiba saatnya….!” Jawab Sinuhun Hanyakrawati.
“He he he he…., Eyangmu ini sudah sepuh. Aku tidak tahu apakah saat itu aku masih diperkenankan untuk menyaksikan…..!” Berkata Ki Mandaraka.
Pembicaraan selanjutnya tentang masalah lain. Dikatakan pula bahwa sudah tiga pisowanan, para adipati di pesisir utara bagian timur tidak hadir. Bahkan perwakilan pun tidak. Demikian pula juga tidak pasok upeti ke Mataram.
“Bagaimana rencana Angger Sinuhun…..?” Bertanya Ki Mandaraka.
“Akan kami siapkan pasukan yang besar dan kuat, lebih besar dari yang melawat ke Demak atau ke Ponorogo, Eyang….!” Jawab Sinuhun Hanyakrawati.
Ki Mandaraka mengangguk-angguk memahami apa yang dikatakan oleh Sinuhun Hanyakrawati.
Kemudian Sinuhun Hanyakrawati melanjutkan; “Namun belum dalam waktu dekat, Eyang. Biarlah para prajurit beristirahat dahulu setelah melakukan lawatan yang panjang dan lama…..!”
“Itu keputusan yang bijak Angger. Mereka, para prajurit itu juga perlu berkumpul dengan keluarga mereka….!” Berkata Ki Mandaraka.
Sinuhun Hanyakrawati berhenti sejenak, kemudian melanjutkan; “Kami ingin menghibur diri untuk beberapa waktu, Eyang….!”
“Apa rencana Angger….?” Bertanya Ki Mandaraka.
“Kami ingin bebedak – berburu, Eyang. Para senopati dan para lurah prajurit ingin kami ajak ikut serta. Biarlah mereka juga bergembira…..!” Berkata Sinuhun Hanyakrawati.
Ki Mandaraka mengangguk-angguk, namun tidak menjawab.
Setelah beberapa saat berbincang, Sinuhun Hanyakrawati mohon diri.
Berburu binatang yang sering disebut bebedak, memang menjadi kegemaran bagi para petinggi negeri.
Binatang yang paling digemari dalam berburu adalah binatang kijang yang juga disebut menjangan. Yang paling menyenangkan adalah jika kijang tersebut bisa ditangkap hidup-hidup dan tidak terluka. Terlebih jika kijang tesebut tanduknya besar dan bercabang-cabang. Kebetulan, di hutan di luar kotaraja Mataram ada hutan padang rumput yang banyak terdapat kijang dan binatang pemakan rumput yang lain. Namun di tempat itu juga tidak sedikit binatang buas pemangsa binatang pemakan rumput.
Demikian-lah Sinuhun Hanyakrawati, beserta para senopati dan lurah prajurit dan beberapa nayaka praja. Pagi itu telah bersiap untuk berangkat. Mereka berkumpul di alun-alun kidul, di belakang keraton. Berbagai peralatan telah mereka siapkan.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.