Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#114

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(114)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Sengara.

Pasukan Pangeran Samodra telah berhasil mendarat jauh di sebelah utara dari markas pasukan Portugis. Sedangkan pasukan yang dipimpin oleh Adipati Unus juga telah mendarat jauh di sebelah selatan pasukan Portugis di semenanjung Malaka itu.
Pangeran Samodra telah melihat kepulan asap dedaunan basah yang dibakar bersamaan dengan kayu-kayu kering. Asap yang membubung tinggi itu telah disepakati sebagai tanda keberadaan pasukan yang dipimpin oleh Adipati Unus. Pangeran Samodra juga berbuat serupa sebagai tanda keberadaan pasukannya.
Namun mata-mata pasukan Portugis bukanlah prajurit yang bodoh. Mereka melihat hal yang tidak sewajarnya. Maka beberapa prajurit mata-mata yang menyamar mencoba mencari tahu tentang hal tersebut.
Mereka, mata-mata pasukan Portugis tersebut terkejut bukan kepalang karena menyaksikan pasukan yang besar dengan persenjataan lengkap. Pasukan di sisi utara maupun di sisi selatan hampir seimbang banyaknya. Mata-mata pasukan Portugis tersebut juga ingin mengetahui apakah pasukan itu juga membawa senjata lontar yang bisa membakar apa saja. Senjata api lontar yang oleh pasukan Portugis disebut kanon, senjata yang sekali hantam bisa menghancurkan kapal di lautan, dan tentu saja kereta perang di daratan pun akan hancur diterjang kanon tersebut. Di samping itu, pasukan kulit putih yang jumlahnya jauh lebih sedikit tersebut juga dilengkapi dengan senjata api dengan pelatuk yang mereka sebut bedil. Jika pelatuk bedil itu ditarik, maka akan terdengar letusan dan timah panas akan meluncur secepat kilat. Siapa pun yang tertembus timah panas itu pasti akan berkalang tanah.
Prajurit mata-mata itu yakin bahwa dua pasukan besar di sisi utara maupun sisi selatan itu belum dilengkapi dengan persenjataan seperti yang dimiliki oleh pasukan Portugis.

Malam itu, pasukan gabungan yang dipimpin oleh Pangeran Samodra dan Adipati Unus telah benar-benar mengepung barak prajurit Portugis dari daratan. Namun demikian tidak ada kepungan di sisi lautan.
Pasukan gabungan itu telah bersepakat akan mengadakan serangan dadakan di malam hari. Perang malam yang tidak pernah terjadi itu pasti akan mengejutkan pasukan Portugis. Dengan demikian akan lebih mudah mengalahkan lawan yang pasti tidak siap. Namun segala gerak pasukan gabungan itu tidak lepas dari pengamatan prajurit mata-mata. Prajurit mata-mata itu yakin bahwa pasukan lawan akan mengadakan serangan malam hari itu. Hasil pengamatan itu segera disampaikan kepada komandan prajurit di barak itu.
Komandan pasukan prajurit Portugis segera mengadakan persiapan untuk menyambut serbuan musuh.
Ada hal yang terabaikan okeh Adipati Unus maupun Pangeran Samodra bahwa pasukan lawan, walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit, namun lebih menguasai medan tempat tinggal mereka.

Lintang panjer sore telah hilang di balik cakrawala, pertanda malam telah larut. Malam itu sungguh mencekam, terasa sangat sepi. Tidak ada gerakan sama sekali dari pasukan gabungan. Mereka menunggu aba-aba yang akan dilontarkan oleh Pangeran Samodra. Pertanda yang telah disepakati adalah suara burung hantu tiga kali. Suara burung hantu yang sesungguhnya adalah suara orang yang pandai menirukan suara burung. Jika telah ada suara itu, maka penyerbuan akan dilaksanakan serentak dari segala sisi, kecuali dari lautan.
Pasukan gabungan telah bersiaga penuh dengan segala perlengkapan perang. Senjata yang paling banyak dipergunakan oleh para prajurit dari pasukan gabungan itu adalah pedang dan tombak. Namun para prajurit itu juga dilengkapi dengan pisau belati yang terselip di pinggang sebagai cadangan. Tak ketinggalan pasukan di bagian depan juga dilengkapi dengan tameng baja. Pangeran Samodra maupun Adipati Unus telah tahu bahwa para prajurit dari pasukan lawan telah dilengkapi dengan senjata bedil. Senjata bedil itu akan dimentahkan dengan tameng baja itu.
Di dalam barak prajurit Portugis juga tak kalah sepinya, seakan sebuah barak yang mati tanpa penghuni.
…………
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Perang adalah adu taktik dan strategi. Mereka yang lebih jitu yang akan memenangkan pertempuran.”
(@SUN)

**Kunjungi stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *