Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging.
Bahkan kemudian ledakan dan kebakaran terjadi pada kapal yang berada tak jauh dari kapal besar yang telah berkobar itu. Raden Tubagus Pasai semakin mengkhawatirkan nasib dari Adipati Unus. Ia tahu bahwa Adipati Unus akan menyingkirkan kapal besar itu ke tempat yang lebih jauh. Jika ia telah berada di dalam kapal itu tentu akan mengalami hal yang paling buruk.
Namun hal yang paling buruk itu benar-benar di dengar oleh Raden Tubagus Pasai. Dari kabar berantai para prajurit di tepian pantai itu telah disebarkan kabar bahwa Adipati Unus gugur bersama terbakarnya kapal besar. Dan di dalam kapal besar itu juga sudah berada bregada prajurit yang tidak sedikit. Dengan demikian, mereka tentu ikut gugur pula.
Ketika matahari telah merekah di balik cakrawala lautan, Raden Tubagus Pasai menarik mundur pasukannya. Ia dan sisa pasukannya tak mungkin mengadakan perlawanan.
Kabar gugurnya Adipati Unus telah terdengar pula oleh Pangeran Samodra. Ia juga sudah menerima kabar bahwa Raden Tubagus Pasai telah menarik mundur pasukannya. Oleh karena itu, Pangeran Samodra memutuskan untuk menarik mundur pasukannya dan akan langsung kembali ke telatah Kalimantan. Ia kemudian juga mempercayakan sisa prajurit Demak Bintara kepada Raden Tubagus Pasai.
Pada akhirnya, Raden Tubagus Pasai memutuskan untuk kembali ke tanah Jawa dengan sisa-sisa kapal yang selamat dari hantaman kanon meriam musuh. Pasukan itu sebagian juga berasal dari Sunda Kelapa dan dari Cirebon.
Pasukan yang dari Sunda Kelapa akan langsung menuju ke Sunda Kelapa. Pasukan yang dari Cirebon juga akan langsung kembali ke Cirebon. Sedangkan Raden Tubagus Pasai akan menyertai pasukan yang kembali ke Demak Bintara untuk sekalian melaporkan segala kejadian di Semenanjung Malaka kepada Raden Trenggono.
Raden Trenggono dan para ulama sangat prihatin atas gugurnya Adipati Unus di tanah sabrang. Adipati Unus adalah Sultan Demak saat itu, maka dengan gugurnya Adipati Unus takhta kerajaan Demak Bintara menjadi kosong.
Atas kesepakatan para sentana praja keraton Demak Bintara dan telah mendapat restu dari para ulama, maka diangkatlah Raden Trenggono sebagai Sultan untuk menggantikan Adipati Unus dengan gelar Sultan Trenggono.
Sultan Trenggono harus memulai dari awal untuk membangun negeri Demak Bintara yang kehilangan banyak prajurit. Demikian pula hubungan dengan beberapa kadipaten di bang timur menjadi semakin renggang.
Sultan Trenggono harus memperkuat kembali pasukan Demak Bintara agar disegani oleh para bupati di seluruh wilayah kekuasaan Demak Bintara.
Sementara itu, kademangan Pengging telah menjadi semakin maju dan berkembang. Ki Ageng Pengging membuka luas bagi para pendatang untuk bermukim di kademangan itu.
Di kemudian hari menjadi banyak pendatang dari berbagai wilayah untuk bermukim di kademangan Pengging.
Kademangan Pengging kini tak ubahnya sebuah kadipaten. Namun Ki Ageng Pengging tidak membentuk pasukan prajurit. Jika ia membentuk pasukan prajurit tentu akan dicurigai oleh keraton Demak. Dan tentu Ki Ageng Pengging akan dianggap merencanakan pemberontakan.
Namun Ki Ageng Pengging memilih untuk mengembangkan Pengging dalam bidang pertanian, peternakan dan perdagangan.
Pasar-pasar di wilayah Pengging kini menjadi semakin ramai dikunjungi dari berbagai wilayah.
Sementara itu, di keraton Demak Bintara, peran para ulama sangat besar dalam pemerintahan Sultan Trenggono di Demak Bintara. Segala kebijakan Sultan tak lepas dari saran para ulama yang mendampinginya. Para ulama ada yang berasal dari Parsi maupun dari Gujarat dan ada pula yang berasal dari negeri Campa. Mereka, para ulama itu adalah para penyebar agama yang telah dianut oleh Sultan Patah sebelumnya. Dan kini Sultan Trenggono bertekat untuk mengembangkan kepercayaan baru yang berbeda dengan yang dianut oleh para raja di kerajaan Majapahit sebelumnya.
………….
Bersambung………..
Petuah Simbah: “Adipati Unus adalah salah satu pahlawan yang gugur dalam mengusir pendatang kulit putih.”
(@SUN-aryo)