Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#35

Pangeran itu memang belum banyak tahu tentang pulau ini, karena ia adalah salah satu bagian yang datang dari seberang lautan, tanah Palembang. Beberapa bregada prajurit memang telah datang dari tanah itu untuk memperkuat kedudukan dari raja Demak Bintara saat ini. Ia senang mendengar cerita dari prajurit sandi yang menemaninya.
“Lembah di antara dua gunung itu juga sangat berbahaya karena menjadi sarang para penyamun…..!” kata prajurit sandi itu.
“Aku tidak takut…..! Suatu saat aku akan membuktikannya…..!” kata pangeran itu.
“Di seberang celah antara gunung Merbabu dan gunung Merapi itu ada sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi, namun berdiri sebuah perguruan yang sangat ditakuti, di bukit Tidar…..!” lanjut prajurit sandi itu.
“Heeemm….., menarik…..! Aku ingin berguru ke sana…..!” sahut pangeran itu.
“Jika ke arah selatan lagi ada hutan berbatu-batu sebesar gajah, hutan itu disebut hutan Selaliman, sela adalah batu dan liman adalah gajah….! Jika terus ke selatan ada hutan yang sangat angker, gawat kaliwat-liwat, orang mengatakan; sato mara, sato mati, janma mara keplayu…!” kata prajurit sandi itu.
” Apa itu artinya…..?” tanya pangeran itu.
“Hanya sebuah perumpamaan, artinya; hewan yang masuk hutan itu pasti mati, sedangkan jika orang yang datang pasti lari terbirit-birit ketakutan, untuk menggambarkan betapa berbahayanya hutan itu. Nama hutan itu adalah Mentaok……!” jawab prajurit sandi itu.
“Hutan Mentaok……! Aku pernah mendengar nama itu……!” kata sang pangeran.
Pangeran itu kemudian mengangguk-angguk tertarik dengan berbagai cerita yang disampaikan oleh prajurit sandi itu.
“Ada juga hutan Bering di arah barat dari hutan Metaok, hutan yang berawa-rawa, sedangkan di arah timur ada hutan Tambakbaya yang konon merupakan sarang buaya yang sangat ganas…..!” lanjut prajurit itu.
“Kau banyak tahu…..! Apakah kau pernah ke sana…..?” tanya pangeran itu.
“He he he…., belum…..! Itu adalah cerita dari para pengembara….!” jawab prajurit itu sambil tersenyum. Kemudian katanya; _”Jika dari arah timur, saya dan kawan-kawan pernah sampai di percandian yang sangat banyak dan megah, yang paling besar adalah candi Prambanan…..! Sedangkan yang sangat mengagumkan adalah candi Ratu Baka, karena di atas sebuah bukit….!”
“Heeemmm, aku pernah mendengar nama candi itu…., candi Prambanan. Kau suatu saat harus mengantar aku ke tempat itu….!” kata sang pangeran.
“Baik Pangeran, dengan senang hati……!” jawab prajurit itu.
“Ada lagi sebuah candi, yang konon sangat besar, lebih besar dari candi Prambanan. Letaknya tak jauh dari bukit Tidar, namun konon tertutup abu Merapi serta semak belukar dan di tengah hutan belantara, candi Mbudur namanya….!” lanjut prajurit yang menemaninya itu.
“Setelah dari Pengging, kita lanjutkan pengembara ke tempat-tempat yang kau sebutkan tadi…..!” ajak pangeran itu.
“Jika menyusuri jauh ke barat akan terhalang sungai berlumpur yang cukup deras, sungai Progo. Dan di seberang sungai itu adalah perbukitan yang memanjang. Di sana telah terdapat beberapa pemukiman pula, bukit itu adalah bukit Menoreh…..!” lanjut prajurit sandi itu.
“Aku tidak tertarik dengan bukit Menoreh, tetapi tertarik dengan percandian yang kau ceritakan…..!” sahut pangeran itu.
“Hanya sebagai pengetahuan, pangeran. Siapa tahu suatu saat gusti pangeran diberi wewenang untuk memerintah daerah-daerah itu….!” dalih prajurit sandi.
“Kau benar, negeri ini masih membutuhkan para pemimpin yang mumpuni……!” kata sang pangeran.
“Yang aku dengar, di pesisir pantai selatan tak jauh dari muara sungai Progo juga sudah ada pemukim yang ramai, yaitu tlatah Mangir. Konon, tlatah Mangir selama ini belum tersentuh oleh kekuasaan manapun. Majapahit pun tak menjangkau sampai di tlatah itu. Karena untuk menjangkau tempat itu memang sangat sulit dan berbahaya. Dari arah timur terhalang oleh pegunungan kapur dan kali opak, dari arah utara terhalang hutan Mentaok dan hutan Bering, dan dari arah barat terhalang oleh kali Progo…..!” lanjut prajurit yang kaya wawasan itu.
“Heeemm….! tak keliru aku mengajak kau untuk menemani aku….!” kata sang pangeran.
………….
Bersambung………

Petuah Simbah: “Orang yang memiliki wawasan yang luas akan mudah bergaul dengan siapapun.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

16 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

2 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#803

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(803)Mataram. Di barak prajurit di Jatinom, Pangeran Benawa tidak lama. Yang paling utama…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#802

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(802)Mataram. Pangeran Benawa dan Senopati barak prajurit itu kemudian berbincang berdua saja. Pangeran…

5 hari ago