Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#58

Rara Jonggrang terkejut, ia tidak menduga bahwa putra Pengging itu telah berada di depannya. Tak dipungkiri bahwa perjaka yang mengaku bernama Bandung Bandawasa itu sungguh gagah dan tampan. Perjaka yang seperti itulah yang terbayang dalam benaknya untuk menjadi pendamping hidupnya. Namun, bukankah putra Pengging itu yang menantang berperang tanding melawan ayahnya, Prabu Baka. Tetapi mengapa tiba-tiba telah berada di sini. Sewajarnya ia tentu telah tewas melawan ayahnya yang sakti mandraguna tanpa tanding. Mustahil perjaka semuda itu mampu menandingi ayahnya. Atau mungkin ia melarikan diri dan akan menculik aku? Jika itu maksudnya, aku bersedia untuk diculik. Tetapi, di manakah ayahnya.
Namun yang dibatin itu kemudian benar-benar ditanyakan oleh Rara Jonggrang.
“Di manakah ayah berada…..? Aku adalah putri tunggal Prabu Baka…..!” tanya Rara Jonggrang.
Raden Bandung Bandawasa tak segera menjawab, ia ragu untuk mengatakan bahwa Prabu Baka telah gugur ditangannya. Ia tak sampai hati mengatakan kepada gadis yang cantik jelita yang ternyata adalah putri dari Prabu Baka sendiri.
“Bukankah putra Pengging itu yang menantang perang tanding melawan ayahnda Prabu…..?” kata Rara Jonggrang sebelum perjaka itu menjawabnya.
Raden Bandung Bandawasa terpaksa menjawabnya; “Sebenarnya bukan aku yang menantang. Aku hanya mencegah agar sang Prabu Baka tidak menyerbu keraton Pengging….!” dalih Raden Bandung Bandawasa.
“Kemudian apa yang telah terjadi….? Kau melarikan diri dan akan menculik aku……?” tebak Rara Jonggrang.
Raden Bandung Bandawasa tersenyum, kemudian katanya; “Tidak akan menculik, Putri…..! Namun akan melamar secara baik-baik. Putri secantik ini sepantasnya aku boyong ke keraton Pengging…..!”
Semburat merah wajah Rara Jonggrang mendengar pujian perjaka gagah dan tampan, bahkan akan melamarnya. Namun pertanyaannya belum terjawab, yakni; apakah yang telah terjadi dengan ayahandanya.
“Di manakah ayahanda Prabu Baka sekarang berada…..?” tanya Rara Jonggrang.
Raden Bandung Bandawasa masih bimbang, namun ia putuskan untuk mengatakan apa yang telah terjadi.
“Maaf, Putri……! Dalam pertarungan, kadang korban tidak terelakkan. Demikian pula dengan Sang Prabu Baka…..! Beliau telah gugur di padang ara-ara……!” kata Raden Bandung Bandawasa.
“Tidaaak…..! Itu tidak mungkin…..!” teriak Rara Jonggrang sambil menutup mukanya antara percaya dan tidak dengan kata-kata Raden Bandung Bandawasa.
Raden Bandung Bandawasa terhenyak. Ia mencoba memahami perasaan dari putri Prabu Baka itu. Tentu apa yang ia katakan itu sangat memukul perasaannya, seorang putri yang kehilangan ayahnya. Dan ayahnya itu gugur di tangannya.
Raden Bandung Bandawasa mencoba menenangkan perasaan putri Prabu Baka tersebut.
“Maaf Putri…..! Itulah yang terjadi…..! Namun aku tidak akan menyakitimu. Bahkan aku bertanggungjawab untuk membahagiakan engkau….!” kata Raden Bandung Bandawasa lembut.
“Tidaaak…..! Aku belum percaya kalau ayahanda Prabu telah gugur. Dan di manakah Paman Patih Gupala sekarang…..? Dia akan menangkapmu…..!” kata Rara Jonggrang selanjutnya.
“Maaf Putri……! Patih Gupala pun telah gugur pula berpadu ilmu denganku…..!” kata Raden Bandung Bandawasa.
“Mustahil……! Mustahil kau bisa menewaskan dua penguasa keraton Baka yang sakti mandraguna…..!” bantah Rara Jonggrang masih diantara percaya dan tidak dengan kata-kata Raden Bandung Bandawasa.
“Maaf sekali lagi, Putri…..! Itulah yang terjadi di seberang kali Opak. Kebakaran belukar itu masih tampak dari tempat ini. Itu akibat ilmu dahsyat dari Prabu Baka maupun Patih Gupala. Jika dari tempat ini terdengar ledakan-ledakan, itu adalah beradunya ilmuku dengan ilmu Prabu Baka dan kemudian dengan Patih Gupala. Karena itulah, beliau berdua gugur……!” kata Raden Bandung Bandawasa mencoba meyakinkan putri dari Prabu Baka tersebut.
Rara Jonggrang tercenung mendengar kata-kata dari Raden Bandung Bandawasa yang sepertinya meyakinkan.
Jika itu benar, artinya perjaka yang tampan dan gagah itu adalah pembunuh ayah dan pamannya.
………….
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Kenyataan yang terjadi, kadang jauh dari apa yang diangankan.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *