Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#64

genduk jinten

Sebelum Ki Bekel melanjutkan ceritanya, Birawa sempat bertanya tentang Raden Bandung Bandawasa. Bagaimana ceritanya sehingga Bandung Bandawasa bisa luput dari celaka dan tidak tewas di dalam sumur.
Ki Bekel kemudian menceritakan bagaimana mana Raden Bandung Bandawasa tetap selamat, walau ia telah ditimbun bebatuan besar sampai menutup sumur.
Lemparan yang pertama sempat ditangkap oleh Raden Bandung Bandawasa sehingga tidak terdengar suara batu jatuh di dasar sumur. Bandung Bandawasa menyadari ada serangan dari atas sumur, kemudian mengetrapkan ajian ilmu kebal yang bersumber dari ajian Bandung Bandawasa pula. Dan kemudian, Bandung Bandawasa sempat membuat rongga yang menjorok ke samping dari lingkaran sumur seperti sebuah goa. Dengan demikian, Raden Bandung Bandawasa tidak langsung tertimpuk bebatuan yang menimbunnya. Di dalam rongga goa itu Raden Bandung Bandawasa tidak kehabisan nafas.
Setelah hari mulai gelap dan sudah tidak terdengar lagi timpukan batu dan hiruk-pikuknya para prajurit, Raden Bandung Bandawasa merangkak naik ke permukaan. Raden Bandung Bandawasa berhasil selamat lepas dari maut. Kemudian ia bergegas mencari Rara Jonggrang dengan penuh kemarahan. Dan selanjutnya terjadilah cerita Raden Bandung Bandawasa mendekap Rara Jonggrang dengan keadaan pakaian kotor oleh debu batu cadas.
“Selain sakti mandraguna, Bandung Bandawasa juga seorang yang cerdas sehingga luput dari maut…..!” kata Birawa ketika Ki Bekel sedang berhenti bercerita.
“Ya demikianlah cerita yang aku dengar dari sesepuh sejak dahulu…..!”
kata Ki Bekel. Kemudian katanya lagi; “Bagaimana, ceritanya dilanjutkan di sini atau di pendapa kabekelan sambil minum minuman hangat…..?”
“Sebaiknya dilanjutkan di Prambanan saja sekalian melihat candi Sewu dan arca Rara Jonggrang, Ki Bekel…..!” usul Lasa yang telah mendengar kelanjutan cerita itu.
“Heeem…..! Baik juga…..! Marilah kita sambil berjalan ke Prambanan melanjutkan cerita….!” kata Ki Bekel Klurak.

Mereka bertiga kemudian meninggalkan bukit Baka untuk menuju ke candi Prambanan dan candi Sewu.
Dari bukit percadian Ratu Baka ke area percandian Prambanan tidaklah terlalu jauh. Bahkan dari bukit itu, mereka bisa melihat pucuk candi Prambanan dengan jelas. Jauh di belakang candi Prambanan terlihat garangnya gunung Merapi yang menyemburkan awan bagai jamur raksasa di pucuknya.
“Heeem…., sungguh menakjubkan….! di negeriku di tanah seberang tidak pernah kulihat pemandangan begini indah…..!” celetuk Birawa yang juga menamakan diri Bayaputih yang mengaku berasal dari negeri Palembang itu.

Matahari telah condong ke barat ketika mereka bertiga menuruni bukit Baka.
Sambil berjalan, Ki Bekel melanjutkan ceritanya.

Diceritakan bahwa kemudian Rara Jonggrang mengajukan permintaannya.
“Raden adalah seorang yang sakti mandraguna, saya sangat kagum. Raden pasti akan mampu pula mewujudkan permohonanku yang telah menjadi impianku sejak lama…..!” Rara Jonggrang berhenti sejenak untuk mengatur kata-kata yang akan disampaikan kepada Raden Bandung Bandawasa.
Raden Bandung Bandawasa masih terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Rara Jonggrang.
“Raden….! Candi Prambanan menjulang tinggi sangat indah, namun belum lengkap…..! Kawasan candi itu akan menjadi sangat indah gagah dan megah jika dilengkapi dengan seribu candi di sisi utarnya….! Dan saya yakin bahwa Raden akan mampu mewujudkannya….! Buatkan bagi Jonggrang seribu candi itu, Raden…..!” kata Rara Jonggrang dengan tegas.
Terhenyak Raden Bandung Bandawasa mendengar permintaan Rara Jonggrang yang tak masuk akal itu. Bagaimana mungkin ia harus mewujudkan permohonan gila itu. Raden Bandung Bandawasa terdiam beberapa saat, masih belum menjawab kata-kata Rara Jonggrang, ia bahkan menggigit bibirnya sendiri untuk menahan gejolak perasaan dan nalarnya.
Rara Jonggrang tersenyum dalam hati, jika putra Pengging itu tak sanggup mewujudkan permintaannya, ia akan puas dan merasa menang. Hingga kemudian ia mendesaknya; “Bagaimana Raden….? Apakah sanggup….? Atau menyerah….? Jika menyerah, itu artinya Raden harus menyerah kepada Jonggrang…..!”
………….
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Kita harus bisa mencari solusi jika ada masalah yang sepertinya sangat sulit untuk diatasi.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *