Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#84

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.

Gendhuk Jinten.

Sementara itu, Ki Demang mengurungkan niatnya untuk menemui Gendhuk Jinten dan Nyi Demang ketika sebelumnya mendengar tangis Gendhuk Jinten. Ia memilih menunggu di luar pendapa.
Namun kini Ki Demang sedikit tenang karena tak mendengar lagi isak tangis Gendhuk Jinten. Ia mendengar yang di dalam pendapa sedang berbincang, namun tidak begitu jelas apa yang diperbincangkan.
Ki Demang sedikit kecewa dengan kedatangan Darpa dan kawan-kawan, sehingga mengurungkan rencananya untuk menggali di bawah batu yang berada di bawah pohon nangka. Ki Demang pun yakin bahwa batu itu yang dimaksud oleh Ki Tanu, karena tidak ada lainnya yang batunya sebesar kepala kerbau. Ki Demang berencana untuk mengambilnya nanti malam, pasti tidak ada orang yang tahu.
Mbok Dukun-lah yang kemudian mengetahui keberadaan Ki Demang yang berada di luar pendapa.
“Ki Demang…..! silahkan masuk saja, Ki……!” kata Mbok Dukun.
“Biarlah mereka berbincang, Mbok..!” sahut Ki Demang.
Namun Nyi Demang-lah yang mendengar perbincangan Mbok Dukun dengan Ki Demang. Ia segera keluar dan mempersilahkan Ki Demang masuk.
Mereka berempat kemudian berbincang tentang berbagai hal. Nyi Demang mengutarakan keinginannya untuk membantu Gendhuk Jinten dengan mengirim tenaga pembantu untuk mengurusi rumah tangga bersama Mbok Dukun. Begitu juga yang akan membantu mengurusi pekarangan Ki Tanu, ada peternakan, periklanan, perkebunan buah dan tanaman sayur.
“Itu baik sekali……! Biarlah setiap mala juga ada yang berjaga di pondok ini…..!” kata Ki Demang.
“Lha kok menjadi repot semua, Ki Demang…..!” kata Gendhuk Jinten yang telah mulai tenang.

Semetara itu, Lasa telah bertemu kembali dengan Bayaputih. Sebelumnya ia telah memata-matai keadaan sekitar pondok Ki Tanu. Lasa merasa heran bahwa yang ia lihat adalah keberadaan Ki Demang dan beberapa warga di tepian sungai. Sementara mereka tahu bahwa Ki Tanu telah berjalan ke arah selatan dengan muka menunduk.
“Ada sesuatu yang tidak pada semestinya, Pangeran…..!” kata Lasa.
“Kau harus mencari tahu apa yang terjadi di pondok Ki Tanu itu….! Aku kau carikan tempat menginap, setelah beberapa hari tidur sembarangan di berbagai tempat….!” kata Bayaputih.
“Baiklah…..!” jawab Lasa yang tidak akan kesulitan melakukan permintaan dari Bayaputih itu.

Sementara itu, Ki Tanu telah berjalan semakin jauh meninggalkan tlatah kademangan Pengging. Ia terus berjalan menuruti langkah kaki tanpa tujuan yang jelas. Ki Tanu memerlukan membeli caping untuk melindungi diri dari terik matahari dan hujan gerimis. Caping juga berguna untuk mengurangi kemungkinan dikenal orang. Namun sesekali ia juga harus mampir di sebuah warung untuk beristirahat dan menghilangkan rasa haus dan lapar. Namun demikian, Ki Tanu tak mampu menyembunyikan kerisauan hatinya. Ia terlihat murung dan tak banyak berkata-kata.
“Apakah Kisanak sedang sakit….?” tanya Mbok Bakul penjual makanan di warung itu.
“Tidak Mbok…..! hanya capai dan haus saja…..!” dalih Ki Tanu.
“Saya buatkan wedang jahe sere gula aren biar hangat….?” tawaran Mbok Bakul.
“Baiklah Mbok…..!” kata Ki Tanu.
Ki Tanu sedikit terhibur dengan keramahan Mbok Bakul itu. Ia ingin berlama-lama di warung yang telah jauh dari kademangan Pengging itu.
Matahari telah jauh condong ke barat saat itu. Bukan waktu yang pas untuk makan siang atau sore, sehingga warung itu terlihat sepi.
“Agak sepi pengunjung, Mbok…..?” tanya Ki Tanu.
“Wuoo…., tadi siang ramai….! Malah ada empat prajurit Demak yang singgah di warung ini, Kisanak….!” kata Mbok Bakul.
“Prajurit Demak…..? Dari mana atau mau ke mana mereka Mbok….?” selidik Ki Tanu.
“Kurang tahu Kisanak…..! Yang aku dengar hanya rencana pasukan Demak yang akan dikirim ke Giriwaya, begitu saja…..!” kata Mbok Bakul.
“Ooh begitu Mbok…..!” kata Ki Tanu yang tak ingin berbincang banyak tentang prajurit dengan Mbok Bakul itu. Namun demikian, Ki Tanu semakin menyadari bahwa kekuasaan Demak telah melebar sampai daerah Giriwaya.
Ki Tanu justru ingin menghindari perjumpaan dengan prajurit Demak agar tidak terjadi salah paham.
…………
Bersambung………

Petuah Simbah: “Tauladan dari Nyi Demang yang tergerak hatinya untuk membantu orang yang membutuhkan.”
(@SUN)

**Kunjungi web St Sunaryo
stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *