Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#90

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.

Gendhuk Jinten.

Sementara itu, setelah menjelang tengah hari, Ki Tanu telah sampai di pasar Gawok. Keadaan pasar tak banyak berubah dengan belasan tahun yang lalu. Hanya beberapa warung baru buka di luar pasar. Warung bumbon pun ada yang baru pula.
Ki Tanu ingin jajan makan siang di warung lama, warung yang dahulu pernah dikunjungi. Ki Tanu senang mangut lele yang ada di warung itu dahulu. Ia tidak tahu apakah masih ada mangut lele atau tidak. Apakah penjualnya masih yang dahulu atau bukan.
Yang jajan pun cukup ramai, ternyata mangut lele masih seperti yang dahulu dan penjualnya pun masih yang dahulu pula. Namun kini hidangan bertambah komplit.
Ketika sedang sibuk-sibuknya pembeli, datang dua orang berwajah sangar.
“Yuuu…., uang keamanan….!” kata salah seorang dari dua orang itu.
“Lho ini masih baru saja buka….! belum terima uang…..!” kata Mbok Bakul.
“Aaahc…… alasan saja…..!” bentak salah seorang dari mereka.
“Apakah keadaan tidak aman, Yuu…! kok pakai uang keamanan…..?’ tanya Ki Tanu.
“Yang membuat tidak aman ya teman-teman mereka…..! Yang sok menjaga keamanan ya kelompok mereka…..!” jawab Mbok Bakul.
“Heee…..! cepat Yuuu…. ! Masih banyak yang harus aku datangi…..!” bentak salah seorang dari mereka.
“Nih….! baru ada sebenggol…..!” kata Mbok Bakul.
Pengunjung warung terkejut ketika ketika orang berwajah sangar itu menerima uang benggol kemudian di banting di atas meja. Melesatnya uang logam itu mengenai dahi salah seorang pengunjung sehingga benjol.
Ki Tanu tak mau tinggal diam, dengan sigap Ki Tanu menangkap tangan orang itu dan kemudian dipelintirnya. Orang itupun mengaduh kesakitan. Temannya pun segera menyerang Ki Tanu dengan pukulan sekuat tenaga. Namun yang diserang adalah Ki Tanu, menantu raja Majapahit yang sugih ilmu. Sebelum ayunan tangan itu mengenai sasaran, sebuah tendangan miring menghantam lambung penyerangnya.
Hati Ki Tanu yang sedang gundah, tak bisa mengekang diri. Orang itu pun terlempar di halaman warung.
Tak ada orang yang membantu penarik uang keamanan itu. Bahkan mereka bersyukur karena ada orang yang mampu mengalahkan dua orang begundal itu dengan mudah.
Sementara Ki Tanu masih memelintir tangan yang seorang lagi.
“Uuuch….. ampuuun….., sakiiit…..!” keluh orang itu.
“Aku dengan mudah bisa mematahkan tanganmu ini…..!” kata Ki Tanu yang masih diliputi kegalauan.
“Sudahlah Kisanak….! lepaskan dia, mungkin dia akan kapok…..!” kata Mbok Bakul yang iba melihat kedua orang yang telah dikenalnya itu. Walau Mbok Bakul itu jengkel kepada kedua orang dan gerombolannya, namun ada rasa iba juga.
Ki Tanu pun kemudian melepaskannya justru karena yang minta adalah Mbok Bakul sendiri.
“Sudah…..! pergilah….! Jangan memeras orang lagi…..!” kata Ki Tanu. Sebelum kedua orang itu pergi, Ki Tanu sempat berpesan. “Aku setiap saat akan wira-wiri lewat pasar ini….! Jika kalian masih memeras bakul-bakul di pasar ini, aku tak segan mematahkan tanganmu….?”
“Ampun Deeen….., ampun…..! kami sudah kapok…..!” kata salah seorang dari mereka.
Keduanya pun segera meninggalkan warung dengan menahan rasa sakit.
Sedangkan Ki Tanu pun segera membayar jajanannya dan segera pula meninggalkan warung itu. Ia belum sempat menanyakan perempuan pengutil dan suaminya beberapa tahun yang lalu namun, sudah dihadapkan pada kejadian yang berbeda. Tetapi Ki Tanu merasa puas karena bisa berguna bagi sesama. Ia bisa menghentikan tindak ketidakadilan dan tindakan sewenang-wenang.

Sementara itu, di tepian sungai, Bayaputih kecewa, karena Gendhuk Jinten tidak tiduran di bawah pohon nyamplung seperti beberapa waktu yang lalu. Bahkan kini perempuan separuh baya yang menyusul di tepi sungai itu berbincang-bincang sambil mencuci peralatan dapur.
Tetapi Bayaputih tak bosan-bosannya memandangi Gendhuk Jinten yang perutnya mulai membuncit itu.
……………
Bersambung………

Petuah Simbah: “Orang yang berbahagia adalah mereka yang berguna bagi sesama.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *