Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#279

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(279)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Kanjeng Ratu Kalinyamat memang telah sering ke tempat yang akan dituju itu bersama sang suami sebelumnya. Tempat yang sunyi sepi, jauh dari jangkauan orang kebanyakan. Sebuah gunung di tengah hutan yang ada guanya di sebuah lereng. Gua yang sering ia bersihkan jika datang ke tempat itu. Di dalam gua itu ada ruangan yang bisa untuk beristirahat. Juga ada tempat untuk bersamadi di ruangan yang gelap namun tidak pengap. Bahkan ada cekungan yang bisa untuk tempat tinggal beberapa orang. Namun Kanjeng Ratu Kalinyamat ingin membuat pondok sederhana di samping gua itu. Pondok yang bisa ditempati para inang yang akan menemani Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Sultan Hadiwijaya juga pernah mendengar nama tempat itu, namun ia belum pernah mengunjunginya.
Sebuah perjalanan yang tidak mudah karena jalannya yang jarang dilalui orang. Bahkan kereta mereka tidak bisa sampai di tempat yang dituju. Mereka harus berjalan kaki.
Setelah matahari terbenam, mereka baru sampai di tempat itu. Tempat yang sungguh terpencil. Jika tidak ada yang mengantarkan, mustahil para prajurit Demak Jipang bisa sampai di tempat itu.
“Inilah tempat yang aku inginkan…..!” Berkata Kanjeng Ratu Kalinyamat ketika sudah sampai tempat yang dituju.
“Tempat yang teramat sepi, Kanmbok……!” Berkata Kanjeng Ratu Cempaka.
“Tetapi pasti aman dari incaran Harya Penangsang……!” Berkata Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Sampai kapankah Kangmbok akan nenepi di tempat ini…..?” Bertanya Sultan Hadiwijaya.
“Sangat tergantung kepada Dinda Sultan…..!” Jawab Kanjeng Ratu Kalinyamat yang membuat Sultan Hadiwijaya tidak mengerti.
“Lho…….., maksud Kangmbok…..? Mengapa tergantung saya…..?” Bertanya Sultan Hadiwijaya.
“Yang aku harapkan hanya Dinda Sultan yang bisa memenuhi nazarku. Menjelang Kangmas Hadliri menghembuskan nafas yang terakhir sempat berbisik, walau tidak jelas…..!” Kanjeng Ratu Kalinyamat berhenti sejenak, sedangkan yang lain menunggu apa yang akan dikatakan oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Kemudian ia melanjutkan; “Mendiang membisikkan; harus bisa membalaskan kematiannya, Penangsang hutang nyawa, harus dibayar nyawa. Hanya Dimas Sultan yang mampu mengimbangi kesaktian Harya Penangsang…..!” Lanjut Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Sultan Hadiwijaya belum menjawab, karena ia merasa tidak terkait langsung dengan dendam yang dibalas dendam trah Sultan Patah itu. Ia merasa hanyalah sebagai anak menantu. Namun demikian, ia juga tidak mungkin untuk menolak permintaan dari kakak iparnya itu.
Kanjeng Ratu Kalinyamat merasakan kebimbangan dari Sultan Hadiwijaya. Ia kemudian melanjutkan; “Dimas…..! Sebelum aku mendengar kematian Harya Penangsang, aku tidak akan menyudahi bertapaku di tempat ini. Dan aku akan bertapa telanjang bulat (maaf) di celuk gua yang gelap itu Aku hanya akan bertirai rambutku yang panjang ini……!”
“Kambok……!” Kanjeng Ratu Cempaka yang menyahut karena itu adalah nazar yang teramat berat.
“Ini sudah menjadi nazarku Diajeng Cempaka…..!” Berkata Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Semua yang mendengar pun tercengang dengan nazar yang berat dari Kanjeng Ratu Kalinyamat itu. Nazar yang tidak mungkin untuk dibatalkan karena sudah terucap di hadapan para saksi. Sultan Hadiwijaya tidak bisa tidak harus menyanggupi permintaan dari Kanjeng Ratu Kalinyamat itu.
“Baiklah Kangmbok…..! Aku sanggupi permintaan dari Kangmbok itu. Tetapi tentu tidak bisa dalam waktu yang dekat ini….!” Berkata Sultan Hadiwijaya.
Kanjeng Ratu Kalinyamat tersenyum, walau pahit. Kemudian katanya; “Jika telah terlaksana, wilayah-wilayah Pati Juwana, Lasem, Rembang, Grobogan dan tentu saja Jipang Panolan akan menjadi bagian dari kekuasaan Pajang. Bahkan Kedu, Bagelen, Banyumas dan Alas Mentaok akan menjadi bagian kekuasaan Pajang…..!”
“Kami tentu harus menyiapkan pasukan yang kuat untuk mengimbangi Demak Jipang yang telah terlebih dahulu memiliki pasukan yang kuat…..!” Janji Sultan Hadiwijaya.
………………
Bersambung………….

Petuah Simbah: “Bijaklah mengucapkan nazar, agar tidak menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.”
(@SUN-aryo)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *