Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#188

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(188)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Mereka senang dengan sikap orang itu yang genap unggah-ungguh, sopan santunnya. Tidak seperti orang terdahulu yang pongah dengan berkacak pinggang.
Dadung Awuk bergeremang untuk dirinya sendiri; “Ooh ternyata orang-orang itu gila hormat, yang mendapat tepuk tangan, ia yang memberi hormat. Bukan karena kelebihan seseorang. Itu bukan watakku. Akan aku tunjukkan kemampuanku. Perduli amat dengan tepuk tangan orang-orang lemah itu….!”
Dadung Awuk yang semula akan meniti titian dengan sewajarnya, kini berubah pikiran.
Dadung Awuk tersentak dari lamunannya ketika namanya dipanggil untuk meniti titian berikutnya.
“Saudara Dadung Awuk giliran berikutnya……!” Prajurit yang bertugas memanggilnya.
“Huuuwww…..!” Seru banyak calon prajurit yang tidak senang terhadap sikap Dadung Awuk.
Merah padam wajah Dadung Awuk merasa dihina.
Ia tanpa ba bi bu langsung meloncat ke atas titian. Ia benar-benar ingin menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Titian seperti ini baginya merupakan permainan anak kecil yang baru mulai bisa berlari-lari kecil.
Sekejap kemudian, Dadung Awuk berlari di atas titian bambu. Bagaikan lari di atas tanah, Dadung Awuk telah sampai di ujung titian. Ia tidak segera meloncat turun, namun berkacak pinggang di ujung titian. Ia amat bangga melihat para peserta calon prajurit ternganga dibuatnya. Kawan-kawannya pun kagum kepada saudara seperguruannya yang sangat diandalkan itu. Namun kali ini mereka tidak bertepuk tangan pula. Mereka ikut bangga karena para calon prajurit yang lain dibuat melongo terkagum-kagum.
Namun yang tidak diduga adalah sikap Jaka Tingkir yang bertepuk tangan untuk Dadung Awuk. Namun Dadung Awuk yang telah merasa disepelekan oleh banyak orang, justru tersinggung oleh sikap Jaka Tingkir itu. Ia menganggap sikap Jaka Tingkir itu adalah kepura-puraan, tidak jujur, dan bahkan dianggap penghinaan.
“Heee….. anak kemarin sore. Kau jangan menghina aku….!” Dadung Awuk berkata keras.
“Aku kagum akan kehebatanmu, Dadung Awuk…..!” Jaka Tingkir berkata sareh.
Dadung Awuk yang telah merasa tidak dihargai oleh banyak orang. Ia juga merasa bahwa yang ia lakukan tidak seperti yang diharapkan oleh para prajurit yang menilai. Ia merasa akan digagalkan dalam pendadaran ini. Oleh karenanya kepalang tanggung. Ia akan tunjukkan siapa dirinya. Demak Bintara akan rugi jika tidak meloloskan dirinya. Bahkan ia merasa pantas untuk menjadi salah seorang senopati, bukan hanya sekedar lurah wira tamtama.
Tiba-tiba Dadung Awuk yang masih di atas ujung titian itu meloncat dengan berjumpalitan di udara dan jatuh berdiri di depan Jaka Tingkir.
“Akan aku buktikan bahwa akulah yang pantas menguji kau, bukan kau yang menguji aku…..!” Dadung Awuk sesumbar.
Jaka Tingkir bimbang, apakah perlu ia meladeni orang seperti Dadung Awuk itu. Namun jika tidak diladeni, wibawa prajurit Demak Bintara akan jatuh.
Dalam kebimbangannya, Jaka Tingkir memandang senopati Brajamusti, seakan minta pertimbangan. Namun Dadung Awuk salah mengerti, ia mengira Jaka Tingkir takut menghadapinya.
“Jika kau takut, biarlah senopati Brajamusti yang menghadapi aku……!” Tantang Dadung Awuk.
Senopati Brajamusti tersinggung juga dengan sesumbar Dadung Awuk itu. Ia kemudian menganggukkan kepala kepada Jaka Tingkir tanda setuju untuk meladeni Dadung Awuk.
“Jangan singgung gusti senopati Brajamusti. Akun aku ladeni permainanmu…..!” Kata Jaka Tingkir dengan tenang.
“Ha ha ha ha…….! Jangan salahkan aku jika terpaksa kau tak mampu menahan hantamanku dan kau mampus……!” Dadung Awuk sesumbar.
Jaka Tingkir harus benar-benar berhati-hati menghadapi orang seperti ini. Ia pasti memiliki ilmu andalan yang akan ia pamerkan. Oleh karena itu, Jaka Tingkir telah bersiap dengan ilmu pada tataran yang tinggi, walau belum pada puncak ilmu andalannya, ajian Rog-rog Asem. Ia memperhitungkan bahwa Dadung Awuk akan menyerang dengan puncak ilmunya.
“Mari aku ladeni di tempat yang agak lapang itu……!” Kata Jaka Tingkir.
……………….
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Orang jika sudah tersulut amarah, akan sulit diajak musyawarah.”
(@SUN).

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *